Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan satu fase yang penting dari proses pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak
ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Masalah gizi pada
remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan
antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan karena berperilaku
membatasi asupan gizi guna mempertahankan bentuk tubuh yang dianggap ideal.
Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang
melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Jika dilihat
dari segi gizi remaja, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan
metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup,
mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis
dan medis yang serius. Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa (AN) dan
bulimia nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai
gangguan perilaku makan atau perilaku dalam mengkontrol berat badan.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV)
mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu anoreksia nervosa (AN),
bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED). AN ditandai dengan
keengganan untuk menetapkan berat badan normal dan ketakutan ekstrim menjadi
gemuk. BN ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar yang sering
dan berulang-ulang, kemudian berupaya untuk memuntahkannya kembali,
penggunaan obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan (National
Institute of Mental Health/NIMH, 2007).
Penelitian internasional tentang gangguan makan menunjukkan 1% dari
remaja wanita di Amerika Serikat menderita AN, sedangkan 4% menderita BN.
Sebanyak 1,2% anak sekolah di Cairo dan 3,2% anak sekolah di Iran menderita
BN (Edquist, 2009). Di Norwegia, sebanyak 2.6% mahasiswa perempuan dan
1,3% mahasiswa Italia menderita AN (Makino et al., 2004)
1.2 Tujuan dan Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Remaja
Remaja adalah individu baik laki-laki atau perempuan yang berada pada
masa atau usia antara anak-anak dan dewasa.. Masa remaja merupakan periode
pertumbuhan dan proses kematangan manusia, sehingga terjadi perubahan yang
sangat unik dan berkelanjutan. Masa remaja adalah masa mencari identitas diri,
adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh
lawan
jenis
yang
menyebabkan
remaja
sangat
menjaga
penampilan.
intelektual
yang
khas
dari
cara
berpikir
remaja
ini
status gizi dan kesehatan yang optimal pertumbuhan dan perkembangan remaja
menjadi lebih sempurna (Nurhayati, 2005).
Status Gizi dalam hal ini status gizi remaja merupakan kondisi tubuh yang
muncul diakibatkan adanya keseimbangan antara konsumsi dan pengeluaran zat
gizi. Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi dari makanan
dan penyakit infeksi yang mengganggu proses metabolisme, absorpsi dan utilisasi
zat gizi oleh tubuh. Oleh karena status gizi ini merupakan suatu proses yang selalu
berlangsung dan berubah dari waktu ke waktu, maka upaya-upaya pemantauannya
perlu dilakukan secara berkesinambungan dan tepat (Hoffnung, 1999). Walaupun
tahapan tumbuh kembang remaja merupakan variasi yang besar akan tetapi setiap
remaja akan melalui suatu karakteristik growth spurt yang merupakan tahapan
dari tumbuh kembangnya yang memiliki ciri khas masing-masing remaja
(Zanden, 1995).
Adapun karakteristik remaja yang sangat menonjol adalah :
1) Pertumbuhan berat dan tinggi badan mengalami akselerasi,
sangat cepat setelah masa bayi
2) Waktu, lama dan intensitas pertumbuhan bervariasi antar
individu
3) Wanita mulai lebih awal (1013, puncak 1213), pria 1216,
puncak 1516
4) Intensitas pertumbuhan pada pria lebih cepat dari pada wanita.
5) Akhir pertumbuhan usia 19 pada wanita, 21 pada pria, namun
massa tulang terus meningkat hingga usia 25 tahun
6) Pertambahan berat badan umumnya karena pertambahan otot
dan tulang
7) Pada wanita, pertambahan berat badan ini terdistribusi ke
seluruh tubuh
Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Masalah gizi yang dapat terjadi pada remaja adalah gizi kurang
(under weight), obesitas (over weight) dan anemia. Gizi kurang terjadi karena
jumlah konsumsi energi dan zat-zat gizi lain tidak memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi pada remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi karena keterbatasan
diet atau membatasi sendiri intake makannya. Kejadian gizi lebih remaja
disebabkan kebiasaan makan yang kurang baik sehingga jumlah masukan energi
(energy intake) berlebih, sedangkan kejadian anemia pada remaja karena intake
zat besi yang rendah. Remaja putri lebih beresiko terkena anemia selain karena
keterbatasan intake pangan hewani juga karena menstruasi dan meningkatnya
kebutuhan zat besi selama growth spurt (Nurhayati, 2005).
2.3 Gangguan Makan Pada Remaja
Kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku yang
berhubungan dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan
seseorang, pola makan yang dimakan, kepercayaan terhadap makanan (suka atau
tidak suka), cara pemilihan bahan makanan yang hendak di makan (Suhardjo,
1989). Kebiasaan makan pada remaja menurut Bourne (1979) menyatakan remaja
mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah atau
sekolah, memilih makanan yang dianggap populer dan meningkatkan gengsi,
serta mempunyai kebiasaan makan tidak teratur (Nurhayati, 2005).
Kebiasaan makan yang kurang baik pada remaja dan keinginan untuk
terlihat langsing, khususnya pada remaja putri seringkali menimbulkan gangguan
makan (eating disorder). Pada masa remaja banyak anak, khususnya remaja putri,
dengan berat badan normal tidak puas dengan bentuk dan berat badannya dan
ingin menjadi lebih kurus. Pada remaja putri ini pada umumnya ingin mempunyai
bentuk badan yang lebih langsing, ramping dan menarik. Untuk mencapai hal
tersebut mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru tidak mereka
sadari dapat membahayakan diri dan kesehatnnya. Agar tampak langsing dan
menarik mereka tidak mau makan pagi, mengurangi frekuensi makan bahkan
melakukan diet yang berlebihan (Gunawan, 1997).
Hal senada diungkapkan oleh Daniel dalam Arisman (2002) hampir 50 %
remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain
membuktikan masih banyak remaja sebesar 89% yang meyakini kalau sarapan
memang penting, namun yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri
malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan (Nurhayati,
2005).
Menurut American Psychiatric Association (2005) dalam sebuah artikelnya
yang berjudul Lets Talk Facts About Eating Disorders, dikatakan bahwa
penyimpangan perilaku makan adalah sebuah penyakit dimana si penderita
mengalami gangguan dalam perilaku makan mereka terkait pikiran dan emosinya.
dengan
keengganan
untuk
menetapkan
berat
badan
normal,
seseorang mengalami rasa takut yang tidak wajar terhadap kegemukan. Gangguan
makan ini di tandai dengan penolakan makanan yang mengakibatkan berat badan
berkurang sampai ke tingkat yang membahayakan (Neinstein LS, 2007).
Defenisi anorekasi nervosa menurut DSMIV adalah :
a. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan
normal minimal menurut usia dan tinggi badan (misalnya,
menurunkan berat badan untuk mempertahankan berat badan kurang
dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat
badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan
berat badan kurang dari 85% dari yang diharapkan).
b. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi
gemuk, walaupun sesungguhnya memiliki berat badan kurang
c. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri;
berat badan atau bentuk badan yang tidak pantas atas dasar
pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan berat badannya yang
rendah.
d. Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga
siklus menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami
amenore jika periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon,
misalnya, estrogen). (Benjamin, 2010).
laki. Prevalensi wanita muda yang memiliki beberapa gejala anoreksia nervosa
tetapi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik diperkirakan adalah mendekati 5
%. Walaupun gangguan awalanya di laporkan paling sering terjadi pada kelompok
kelas yang tinggi, survey epidemiologi terakhir tidak menunjukan distribusi
tersebut. Gangguan ini paling sering pada Negara maju, dan ditemukan dengan
frekuensi tertinggi pada wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan
seperti model dan penari balet. Menurut Turnbull et al. (1996) kejadian tertinggi
AN terjadi pada wanita berusia 1019 tahun karena pada usia ini, mereka rentan
terhadap perubahan dan lebih terpapar dengan dunia luar (Benjamin, 2010).
2.4.3 Klasifikasi Anoreksia Nervosa
DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007) mengkategorikan penderita anoreksia
nervosa menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Restricting Type : Mereka yang selama mengalami anoreksia tidak
selalu melakukan binge eating atau perilaku memuntahkan makanan
(contoh: muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri atau
penyalahgunaan obat-obatan pencahar, diuretik atau enema)
b. Binge eating/purging type : Mereka yang selama mengalami
anoreksia selalu melakukan binge eating atau perilaku memuntahkan
makanan (contoh: muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri atau
penyalahgunaan obat-obatan pencahar, diuretik atau enema)
Varian AN perlu dibedakan antara AN primer dan sekunder dan antara
bentuk tipikal dengan atipikal. Hal ini perlu dilakukan karena berhubungan
dengan perbedaan pengobatan dan hasilnya.
a. AN primer dan tipikal
Menurut Russel kriteria AN primer dan tipikal meliputi : (1)
membiarkan diri kelaparan. (2) ketakutan akan hilangnya control
makan sehingga menjadi gemuk, meskipun kenyataannnya kurus dan
ringan, dan (3) terjadinya amenore pada wanita dan kehilangan gairah
seksual pada pria. Sedangkan The Phipps Psychiatric Service of the
Johns
Hopkins
Psychiaatric
Hospital menggunakan
Associations
third
Edition
criteria the
of
American
Diagnostic
and
10
badan
yang
normal.
Criteria
yang
dikehendaki
juga
11
12
13
f. Faktor Sosial-Budaya
Kasus AN meningkat
pada
kelompok
masyarakat
yang
14
tubuh tidak terdeteksi dan tulang-tulang menonjol pada kulit (Isselbacher, 2002).
Yang menarik, jaringaan payudara seringkali tetap ada. Kulit mungkin
kering dan bersisik, seringkali berwarna kuning karena karotenemia (terutma pada
15
16
sekresi
hormon
pelepas
kortikotropin
dari
hipotalamus.
(rT3)
meningkat. Kadar basal dari hormon pemacu tiroid (TSH) bisanya norml dan
respons TSH teradap TRH adalah utuh. Defek primer dalam metabolisma hormon
tiroid adalah menurunnya aktivitas dari 5-deiodinae yang kengkonversi T4 ke T3
dan rT3 ke diiodotironin dalam jaringan nontiroid. Perubahan-perubahan ini
adalah khas dari kelaparandan penyakit wasting dan tidak spesifik untuk anoreksia
nervosa (Isselbacher, 2002).
Kepadatan tulang menurun pada perempuan dengan anoreksia nervosa.
Mekanisme yang dianggap berperan adalah defiiensi estrogen. Mekanisme yang
dianggap berperan adalah defisiensi estrogen. Kelebihan kortisol mungkin juga
ikut menyababkan (Isselbacher, 2002).
17
yang
khas
dari
penderita AN
adalah
adanya
18
berlebihan tentang ukuran tubuh. Sejumlah cara telah dibuatuntuk menguji gejala
ini. slade dan Russel menggunakan seperangkat lampu cahaya yang dapat
bergerak dalam suatu ruangan gelap penderita menunjukan bahwa lebar muka,
punggung, pinggang dan pingul telah dicapai sesuai keinginan. Garfinkel dan
kelompoknya menggunakan lensa-lensa distorsi dan membiarkan penderita untuk
mengidentifikasi ukuran yng di rasakan. Penderita AN mengestimasikan ukuran
tubuhnya secara berlebihan hingga 20% sampai 80% diatas ukuran sebenarnya.
Dengan menggunakan On DrawA Person Testing penderita AN menggambarkan
bahwa dirinya lebih besar dari yang sesungguhnya, tetapi bila diminta untuk
menggambarkan dirinya seperti apa yang dilihat dokter memberikan respon
dengan perhatian yang sedikit (Neinstein LS, 2007).
2.4.9 Diagnosis Anoreksia Nervosa
AN mempunyai ciri khas gangguan makan atau mengurangi berat badan
dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
a. Kriteria American Psychiatry Association (APA, 2004) melalui DSM-IV
Diagnosa AN adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis dan
fisiknya. Kriteria diagnostik DSM-IV ini termasuk :
1) Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan
menjadi gemuk
2) Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat
normal yang minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya
3) Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya terlalu gemuk
walaupun dirinya telah underweight)
4) Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurangkurangnya 3 siklus berturut-turut.
19
1)
2)
2.
Menggunakan pencahar
3.
4.
5.
penderita,
penilaian
terus menerus
yang
berlebihan
aksis,
dengan
kenaikan
hormon
pertumbuhan,
kortisol,
Jika
onset
terjadinya
pada
masa
prubertas,
Pada
penyembuhan,
prubertas
kembali
c. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mutlak mambantu menegakan
diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring laboratorium adalah
20
nonsupresi
kortisol
setelah
deksametason,
hipokalemia,
teratur.
Gangguan tiroid.
Gagal ginjall.
Hipotermia
Hipotensi
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Edema dependen
Lanugo
Infertilasi
Osteoporosis
Gagal jantung
Kematian (paling lazim
disebakan oleh kelaparan,
dan bunuh diri).
21
mortalitas tahunan untuk semua penyebab kematian pada wanita usia 1524
tahun di populasi umum.
2.4.11 Diagnosis Banding Anoreksia Nervosa
Diagnosis banding anoreksia nervosa
adalah
dipersulit
oleh
organik,
seperti
tumor
otak
yang
melibatkan
Mellitus,
jaras
dan
gangguan gastrointestinal.
c. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu
penurunan nafsu makan, sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku
memiliki nafsu makan yang normal dan merasa lapar. Pada agitasi
depresif, hiperaktifitas yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah
direncanakan dan merupakan ritual. Preokupasi dengan makanan yang
mengandung kalori, resep makanan dan persiapan
pesta pencicipan
makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak ditemukan
pada penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan
depresif tidak memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau
gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki oleh pasien anoreksia nervosa.
d. Fluktuasi berat badan, muntah dan penanganan makanan yang aneh dapat
terjadi pada gangguan somatisasi. Pada umumnya, penurunan berat badan
pada gangguan somatisasi tidak menunjukan ketakutan morbid akan
menjadi kegemukan seperti yang sering di temukan pada pasien dengan
gangguan somatisasi tidak menunjukan ketakutan morbid akan menjadi
kegemukan, seperti yang sering di temukan pada pasien dengan anoreksia
nervosa.
22
yang
ditingkatkan
diberikan makanan
secara
bertahap,
biasanya
23
kembali
keinginan
pasien
untuk
24
jangka pendek dan jangka panjang akibat gangguan makan (Abraham dan
Stafford, 2004).
Keterlibatan keluarga dalam penatalaksanaan AN pada remaja telah
menjadi komponen standar, walaupun pengobatan utamanya lebih kepada
mengembalikan nutrisi di rumah sakit dan psikoterapi individu atau
konseling. Walaupun sebagian besar pasien dengan AN perlu dirawat inap,
peran keluarga juga memainkan peranan penting dalam pengobatan yang
efektif (Eisler, et al., 2005).
d. Terapi biologis
Pebatalaksanaan melalui pemberian obat-obatan terbukti dapat
menurunkan angka mortalitas penderita AN, obat-obatan tersebut
diantaranya: (Benjamin, 2010).
1)
Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis antihistamine
dan serotonin, telah terbukti efektif sebagai stimulus untuk pasien
anoreksia nervosa yang mempunyai sedikit efek samping. Dosis
harian adalah 8mg peroral dan dinaikan 32mg/hari pada akhir
2)
minggu kedua.
Amitrypline, dimulai dengan dosis 50 mg/hari dan dinaikan
perlahan-lahan sampai 150 mg/hari. Obat ini terbukti bermanfaat
untuk pasien anoreksia nervosa, biasanya pasien mengalami
panaikan berat badan, biasanya digunakan untuk pasien dengan
3)
4)
gangguan depresi.
Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan, diperuntukan
untuk pasien yang mengalami anxietas yang berat.
Olanzapin, pengobatan dengan olanzapin ternyata meningkatkan
berat badan dan selera makan pada pasien AN, dan mengubah
persepsi diri tentang gambaran tubuhnya. Mereka akan memikirkan
bahwa mereka lebih normal dan matang (Jensen dan Mejlhede,
2000).
25
beraktifitas
26
Bulimia berasal dari bahasa Yunani bous yang artinya sapi, dan
limos yang artinya rasa lapar. Gambaran dari istilah tersebut adalah
makan yang terus menerus, seperti sapi yang memamah biak. BN adalah
gangguan makan yang melibatkan episode berulang-ulang dari tindakan
makan berlebihan (binge) tak terkontrol yang diikuti dengan tindakan
kompensatoris untuk mengenyahkan makanan itu (Neinstein, 2007).
Menurut DSM-IV-TR, BN didefinisikan sebagai makan berlebihan
dikombinasi dengan kebiasaan yang tidak tepat untuk menghentikan
penambahan berat badan. Penyelaan sosial atau gangguan fisik yaitu, nyeri
abdomen atau mual menghentikan makan berlebihan, yang sering kali
diikuti oleh rasa bersalah, depresi, atau muak terhadap diri sendiri. Tidak
seperti pasien AN, pasien dengan bulimia nervosa dapat mempertahankan
berat badan yang normal (Benjamin, 2010).
DSM-IV mengklasifikasikan BN kepada dua bentuk yaitu purging
dan non-purging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan
kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar,
diuretik
atau
enema.
Pada
tipe
non-purging,
individu
tersebut
menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging,
seperti berpuasa atau beriadah secara berlebihan (APA, 1994).
2.5.2 Epidemiologi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa lebih sering daripada anoreksia nervosa. Perkiraan
bulimia nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Seperti
anoreksia nervosa, bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan
dibandingkan laki-laki, tetapi awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja
yang lebih akhir dibandingkan dengan awitan anoreksia nervosa. Menurut DSMIV-TR, angka kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angka kejadian pada
perempuan. Awitan bahkan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia
nervosa yang kadang-kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebihan
dan mengeluarkan kembali, dilaporkan pada hampir 20 persen mahasiswi
perempuan. Bulimia nervosa sering terdapat pada perempuan berberat badan
normal, tetapi kadang-kadang pasien memiliki riwayat obesitas. Di negara
industri, prevalensinya kira-kira 1 persen populasi umum. (Benjamin, 2010).
27
genetik pada anak kembar untuk mengalami BN tetapi bagaimana hal ini terjadi
tidak begitu jelas (Abraham dan Stafford, 2004).
dan
mengeluarkannya
kembali
dengan
berbagai
28
impuls
mereka
sering
ditunjukkan
dengan
d. Tidak komunikatif
e. Kelenjar Membengkak
f. Memakan apa saja
29
j. Terlalu memperhatikan
penampilan fisik
k. Suka Menyisihkan sedikit uang
untuk pesta-pesta makan malam
l. Kehilangan lapisan email gigi
30
sering dialami
31
ketakutan
tidak
wajar
akan
kegemukan,
bersikeras
untuk
mengendalikan kekurusan badan, atau keduanya dan jumlah tidak seimbang dari
evaluasi diri terus-menerus yang terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan.
Ketika membuat diagnosis dari bulimia nervosa, klinisi harus memeriksa
kemungkinan bahwa pasien sebelumnya mempunyai pengalaman singkat atau
telah lama menderita anoreksia nervosa. Sekarang ini diperkirakan separuh dari
mereka menderita bulimia nervosa. Makan berlebihan biasanya didahului dengan
muntah kira-kira 1 tahun (Isselbacher, 2009).
Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Bulimia Nervosa
a. Episode makan berlebihan berulang. Episode ini ditandai dengan :
1) Makan, dalam periode waktu terpisah (cth., dalam periode waktu 2
jam), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat
dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang sama
dan dalam keadaan yang sama.
2) Rasa tidak adanya kendali terhadap makan selama episode ini (cth.,
perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa
atau berapa banyak yang dimakan).
b. Perilaku kompensatorik berulang yang tidak tepat untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah yang diinduksi sendiri;
penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema, atau obat lain; berpuasa; atau
olah raga berlebihan.
c. Makan berlebihan dan perilaku kompensatorik yang tidak tepat ini
keduanya ada, rata-rata setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan.
d. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan.
e. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa.
Tentukan tipenya:
Tipe mengeluarkan kembali makanan: selama episode bulimia nervosa
saat ini, orang tersebut secara teratur terlibat di dalam muntah yang
diinduksi diri sendiri atau penyalahgunaan laksatif, diuretik atau enema.
Tipe tidak mengeluarkan kembali makanan: selama episode bulimia
nervosa saat ini, orang tersebut menggunakan perilaku kompulsatorik
yang tidak tepat lainnya, seperti berpuasa atau olah raga berlebihan,
tetapi tidak secara teratur muntah yang diinduksi oleh diri sendiri atau
penyalahgunaan laksatif, diuretik atau enema.
32
33
34
35
Terapi
psikodinamik
pada
pasien
bulimia
nervosa
36
dengan penampilan mereka maka bicarakan pada mereka mengenai masalah ini.
Meskipun anda mungkin tidak memiiki kemampuan untuk mencegah masalah ini
terjadi, pendapat anda dapat diikuti seseorang dengan hidup sehat atau bersedia
menjalani pengobatan sebelum situasi memburuk (Graber, 2006).
2.6 Perbedaan Anemia Nervosa dan Bulimia Nervosa
Jika penderita anoreksia berusaha untuk menahan rasa lapar dan berupaya
sekeras mungkin untuk tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar,
maka penderita bulimia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka
sukai. Pada dasarnya, tujuan akhir dari penderita bulimia dan anoreksia adalah
sama, yaitu untuk mempertahankan bentuk tubuhnya selangsing (sekurus)
mungkin dengan cara yang berbeda. Penderita bulimia cenderung mengkonsumsi
makanan yang disukai dan makan berlebihan untuk memuaskan keinginanya,
namun kemudian akan memuntahkannya kembali hingga tidak ada makanan yang
tersisa. Dengan demikian terhindar dari kegemukan tetapi tetap menjadi kurus
tanpa perlu menahan keinginan mereka untuk makan (Nurhayati, 2005).
Tabel 2. Perbedaan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
(Sumber:
Kaplan dan sadock sinopsisBulimia
psikiatri,Nervosa
2010)
Anoreksia
Nervosa
restriktif
Perasaan dikendalikan oleh
makanan
Makanan dilihat sebagai baik
makan
Sering tidak makan
Sering merindukan manis-manisan,
atau jelek
Sering tidak makan
Sering berpikir tentang makanan
tepung
Merasa bersalah setelah makan/
makan diam-diam
Perilaku buang air besar
Penggunaan alkohol secara teratur
variasi yang luas dalam masukkan
37
kalori
berharga
Tujuan berat <85% dari BB
ideal
KEADAAN KESEHATAN
Amenore
Kembung atau mual
Tak tahan dingin
Konstipasi
Berat <85% dari BB ideal
FUNGSI PRIBADI
Perkembangan psikoseksual
terlambat
Afek depresif
Kesulitan individualisasi
Identitas diri negatif
Perfeksionistik
Kurang dapat menanggulangi
Depresi afek
Identitas diri sendiri negatif
Perfeksionistik
Kurang dapat menanggulangi
teman-teman
PENGARUH LINGKUNGAN
38
keluarga
Riwayat obesitas, gangguan
terlibat
Riwayat obesitas, gangguan makan,
berfokus tubuh
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Remaja adalah individu baik laki-laki atau perempuan yang berada
pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Berbagai perubahan
terjadi pada diri remaja baik perubahan psikis maupun fisik. Masa remaja
merupakan periode pertumbuhan dan proses kematangan manusia, sehingga
terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat
psikologis dan medis yang serius. Gangguan makan, seperti anoreksia
nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang
didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan atau perilaku dalam
mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan ada tiga jenis
gangguan makan yaitu AN dan BN. AN ditandai dengan keengganan untuk
menetapkan berat badan normal, penyimpangan pandangan terhadap tubuh,
ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat
terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar
39
AN,
umumnya
kematian
terjadi
sebagai
akibat
dari
40
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson . EGC. Jakarta.
Betz Lynn Cecily & Sowden Linda A. 2009. Buku saku keperawatan
pediatri. Edisi 5. EGC. Jakarta
Duvvuri, V. And Kaye, W.H. Anoreksia Vernosa focus (Fall 2009) The
Brain Fix: What's the Matter With Your Gray Matter: Improve
Your Memory ... Oleh Ralph E. Carson.
Erdianto, Sigit Dwi. 2009. Hubungan Antara Faktor-Faktor Terjadinya
Penyimpangan Perilaku Makan Pada Mahasiswi Jurusan
Administrasi Perkantoran dan Sekertaris, Fisip-UI Tahun 2009.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta. 13. (Tidak Dipublikasikan).
Geissler, C. A. & Hilary J. P. 2005. Human Nutrition. Eleventh Edition.
Elsevier Inc, UK.
Graber, et al. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga. EGC. Jakarta.Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan edisi kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Isselbacher, et al. 2009. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam
ed:13 vol:1. EGC. Jakarta
Martianto, D. 2004. Gizi Pada Usia Remaja. Materi Bahan Kuliah Gizi
Remaja pada Program Studi GMK. Sekolah Pascasarjana IPB,
Bogor.
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan
Rimgkas PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya. Jakarta.
Nurhayati, Ai. 2005. Status Gizi, Kebiasaan Makan Dan Gangguan Makan
(Eating Disorder) Pada Remaja Di Sekolah Favorit Dan NonFavorit. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran, Universitas
Padjajaran, Bandung. 19. (Tidak Dipublikasikan).
Puri, Basant K et al. 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. EGC. Jakarta
Sadock, Benjamin James dan Virginia Alcott Saddock. 2007.
Kaplan
&
Saddocks
Synopsis
Psychiatry:
Behavior
41