Anda di halaman 1dari 8

MORBILI

I.

PENDAHULUAN
Morbili/campak/rubeola adalah penyakit akut yang menular, disebabkan oleh infeksi
virus morbili yang pada umumnya menyerang anak. (5)

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa
Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam
bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.(5)
Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili paramyxoviridae
anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur
sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila
dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat
maka infektivitasnya akan hilang(5)
II.

EPIDEMIOLOGI
Sebelum imunisasi campak: 5-9 tahun usia di Amerika Serikat. Di negara-negara
berkembang, hingga 45% dari kasus terjadi sebelum usia 9 bulan. Di Indonesia,
menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit
utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di
negara sedang berkembang. Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama (1)

III.

ETIOLOGI
Virus morbili berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawet beku,
minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35 0 C, dan beberapa hari pada suhu
00C. Virus tidak dapat aktif pada pH rendah. Virus morbili termasuk golongan
paramyxovirus
1

Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi, apabila
berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur kamar ia
kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 37 0c waktu paruh umurnya
2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia bertahan dalam keadaan
dingin. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -700c selama 5,5 tahun,
sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60c dapat hidup selama 5 bulan
apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat hidup 2 minggu bila tanpa
media protein. Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar
ultraviolet.

Oleh

karena

selubungnya

terdiri

dari

lemak

maka

termasuk

mikroorganisme yang bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter
selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada 0,01%
betapropiaceton dalam setiap konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan sifat
infektisitasnya dalam2 jam, walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas penuh.
Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan
antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenic(2)

IV.

PATOFISIOLOGI
Virus Morbili
Droplet Infection
Eksudat yang serius, ploriferasi sel mononukleus polimorfonukleus
Reaksi Inflamasi : Demam, suhu naik
metabolisme naik, RR naik, IWL naik

Gangguan r

Penyebaran ke berbagai organ


melalui hematogen

Saluran
Kulit nafas
menonjol sekitar seba
Saluran cerna
Inflamasi saluran nafas atas; bercak Koplik pada mukosa bukalis melua

Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, pala

Eritema membentuk macul

Batuk, pilek, RR

Rash, ruam pada daerah balik telinga, le


Bronkopneumonia
Gangguan pola nafas; bersihan jalan nafas

Gangguan Ist

Mulut pahit, timbul anorexia


Gangguan kebutuhan

Hygiene tidak dijaga dan imunitas kurang akan meluas pada saluran cerna bagian baw

Absorpsi turun > diare


. Kurang volume cairan elektrolit
. BAB terus menerus (iritasi)

Gangguan Integrit

V.

MANIFESTASI KLINIS(3)

Stadium kataral (prodormal)


Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak
Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau
4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza.

Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan
palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema
yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema
timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan
akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.

Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang

meninggalkan

bekas

yang

berwarna

lebih

tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain


hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

VI.

DIAGNOSIS
Diagnosis campak dicurigai oleh adanya demam tinggi, bintik koplik,
konjungtivitis. Gejala gangguan pernapasan atas , dan exanthem khas . Limfopenia
bersifat umum , dengan jumlah sel darah putih menurun. Biopsi lesi kulit dapat
menunjukkan keratinocytic syncytial sel raksasa , mirip dengan yang terlihat pada
sekresi pernapasan. Konfirmasi laboratorium biasanya akut dan konvalesen tes
serologi . Rubella , demam berdarah , sifilis sekunder ,infeksi enterovirus , dan erupsi
obat dalam diferensial diagnosis.(3)

VII.

DIAGNOSIS BANDING(2)
1. RUBELLA

Masa inkubasi 16-18 hari dengan prodrome ringan yang meliputi demam ,
sakit kepala dan gejala pernapasan atas . Pada anak-anak , banyak kasus yang
subklinis . Satu sampai 5 hari setelah prodrome , letusan makula eritematosa dan
papula muncul di wajah , menyebar ke arah cephalocaudad . Makula eritematosa
petekie juga dapat hadir pada langit-langit lunak ( bintik Forchheimer itu ) .
Letusan sering disertai dengan limfadenopati tender, terutama dari oksipital ,
posterior auricular dan daerah leher rahim . Letusan kulit cenderung memudar
dalam 2-3 hari dalam urutan yang sama seperti yang muncul
2. EXHANTEMATOUS DRUG ERUPTION
Exanthematous drug eruption atau morbiliformis adalah yang paling
umum menyebabkan efek samping obat yang mempengaruhi kulit . Mereka sering
disebut sebagai erupsi obat makulopapular. Mekanisme utama yang mungkin
mendasari adalah imunologi , dan meskipun mereka sering dianggap sebagai
reaksi hipersensitivitas yang diperantarai sel , itu adalah benar untuk mengatakan
bahwa seluruh patofisiologi saat ini tidak jelas dan cenderung lebih kompleks.

VIII. PENATALAKSANAAN(4)
Morbili merupakan suatu penyakit self limiting, sehingga pengobatannya hanya
bersifat symtomatik, yaitu:

Memperbaiki keadaan umum.

Antipiretika bila suhu tinggi.

Seldativum.

Obat batuk.
Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi
biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari.

Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

Tidak ada terapi antivirus khusus untuk campak . Vitamin A administrasi telah
direkomendasikan oleh WHO untuk anak-anak yang tinggal di komunitas dimana
6

kekurangan vitamin A adalah umum , sebagai yang terakhir dikaitkan dengan


peningkatan campak - morbiditas dan mortalitas terkait .
Pencegahan dengan vaksinasi campak adalah cara yang paling efektif untuk
mengurangi campak morbiditas dan mortalitas . Direkomendasikan Strategi
imunisasi campak saat ini adalah untuk dosis awal vaksin pada usia 12-15 bulan ,
dengan dosis kedua pada 4-6 tahun
IX.

KOMPLIKASI(3)

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil

Diare dapat diikuti dehidrasi

Otitis media

Laringotrakeobronkitis (croup)

Bronkopneumonia

Ensefalitis akut

Reaktifasi tuberkulosis

Malnutrisi pasca serangan campak

Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan


syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan
intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul
beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset
lambat.

X.

PROGNOSIS(5)
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada
komplikasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Klaus Wolff RAJ. Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6
ed. New York: McGraw-Hill; 2009.
7

2. Loweel Goldsmith SK, Barbara Gilchrest, Amy Paller, David Leffell, Klaus Wolff.
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 8 ed. New York: McGraw-Hill;
2012.
3. William D. James TGB, Dirk M. Elston. Andrew's Disease Of The Skin : Clinical
Dermatology. USA: Saunders Elsevier; 2006.

4. Rapini JLBJLJRP. Dermatology. New York: Mosby; 2009.


5. Klaus Wolff LAG, Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest, Amy S. Paller, David J. Leffell.
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. New York: McGraww Hill; 2012.

Anda mungkin juga menyukai