Dispepsia
Dispepsia
DISPEPSIA
Oleh:
Teguh Hermawansyah
G9911112134
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. M
Umur
: 78 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok
: merokok selama 30
tahun
b. Riwayat minum jamu
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
d. Riwayat asma
: disangkal
e. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tensi
: 130/90mmHg
Nadi
: 36.8 0C
BB = 50 kg
C.
Status Gizi
TB = 173 cm
Kulit
IMT = 16,51
Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi
Kepala
Mata
Telinga
G.
Hidung
H.
Mulut
penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal
F.
(+), bibir
kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
I.
Leher
J.
Thorax
Perkusi
Auskultasi
(-). Bunyi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
K.
Punggung
L.
Abdomen :
Inspeksi
Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Genitourinaria
teraba.
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N.
Ekstremitas
Odem
_ _
_ _
III.RESUME
Seorang pasien laki-laki Tn S 78 th datang ke RSDM. Kurang lebih 1
bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul.
Nyeri hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +,
cepat kenyang kalau makan +, sering sendawa +.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : IMT=16,51, RrR=20x /menit, TD
= 130/90, N = 90 x/menit
IV. DIAGNOSIS
DISPEPSIA ULCER LIKE TYPE
VII. TUJUAN PENGOBATAN
1
sucralfat
omeprazol, OMZ
simetikon,dimetil polisiloksan
Medikamentosa
R/ Ranitidine inj amp no III
cum disposs. Syringe cc 3 No III
S imm
R/ Antrain inj amp No III
cum disposs. Syringe cc 3 No III
S imm
R/ Paracetamol tab mg 500 No.XXI
S 3 dd tab 1
p.r.n.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "-" (Dys-), berarti sulit , dan ""
(Pepse), berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut
bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,
yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan
yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus
dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional
tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong
saluran pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian
atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau
rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena
dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena
dispepsia dalam beberapa waktu (Bazaldua, et al, 1999)
Tabel 1.1 Diagnosis banding nyeri/ketidaknyamanan abdomen atas
Dispepsia Organik
Dispepsia Fungsional
-Disfungsi sensorik-motorik
duodeni)
-Gastroparesis
idiopatik/hipomotilitas antrum
-Gastro-oesophageal reflux disease (GORD),
dengan atau tanpa esofagitis
-Disritmia gaster
-Hipersensitivitas gaster/duodenum
-Faktor psikososial
-Kolelitiasis simtomatik
-Gastritis H.pylori
-Idiopatik
gastroparesis DM)
-Keganasan (gaster, pankreas, kolon)
-Insufisiensi vaskula mesentrikus
-Nyeri dinding perut
(Mansjoer, et al, 2007)
2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat
anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
3. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan
gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia),
dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)
(Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi
nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan
flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau
gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
10
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1.
lemak
berarti
kemungkinan
menderita
malabsorpsi.
11
12
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%.
Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin,
ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan
PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh
sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,
2007).
7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena
tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor
kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)
13
Indikasi
Tukak peptik
Dosis
1x20mg/hari
Tukak
1x20-
duodenum
50mg/hari
Pemberian
Setiap pagi,
Efek samping
Sakit kepala, nuase,
selama
diare,
1-2 minggu,
oral
epigastrik, banyak
gas
Tukak peptik
Tukak peptik,
1x30mg/hari
1x40mg/hari
minggu, oral
4 minggu, oral
Oral
Idem
Idem
inhibitor
pompa proton
yang reversibel
(Mansjoer et al, 2007)
6. Pencegahan
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia
bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)
Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola
dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :
1. Atur pola makan seteratur mungkin.
2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi
lambung
(coklat, keju, dan lain-lain).
3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,
melon, semangka, dan lain-lain).
14
Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu
tidur.
15
BAB III
PEMBAHASAN OBAT
Ranitidine
Daya menghambat senyawa-furan terhadap sekresi asam. Tidak merintangi
perombakan oksidatif dari obat-obat lain. Resorpsinya pesat dan baik, tidak
dipengaruhi oleh makanan. Efek samping seperti simetidin, diare (sementara),
nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit. Tapi tdak menyebabkan gynecomastia.
Antrain
Isinya Metamizole Na. Fungsinya sebagai penghilang nyeri akibat colic
maupun pasca operasi. Kontra indikasi pada kehamilan dan menyusui, bayi
kurang dari 3 bulan atau berat badan kurang dari 5 kg. Pada penggunaan
jangka panjang monitor fungsi hati dan hitung darah karena dapat
menyebabkan kerusakan susunn darah, gangguan fungsi ginjal dan hati,
agranulocitosis, reaksi alergi. Kontraindikasi pada nyeri otot pada flu,
rheumatik, lumbago, bursitis, shoulders-arm sindrom.
Antasida DOEN
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi
asam
lambung.
Antasid
biasanya
mengandung Alumunium-
16
Omeprazole
Merupakan penghambat pompa-proton yang digunakan untuk menurunkan
dengan sangat kuat produksi asam lambung. Efek samping: gangguan
lambung-usus, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa
kantuk atau sukar tidur.
Paracetamol
Mempunyai efek analgesik yaitu menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
dengan sedang. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik yang diduga melalui
efek sentral.efek anti inflamasinya lemahsehingga tidak digunakan sebagai
anti reumatik. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.
Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1 Diagnosis dispepsia fungsioanal didasarkan pada keluhan atau gejala atau
sindrom dispepsia dimana pada pemeriksaan penunjang baku dapat
disingkirkan penyebab organik atau biokimiawi, sehingga masuk dalam
2
hipersensivitas viseral.
Modalitas pengobatan berdasarkan kompleksitas patogenesisnya, serta lebih
ke arah hanya untuk menurunkan atau menghilangkan gejala.
B. Saran
1. Penderita dispepsia diharapkan dapat mengatur konsumsi atau intake
makanan sedemikian sehingga tidak memicu kekambuhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi
Ketiga. Jakarta.: 488-491
2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159
3. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About
It.
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dy
spepsia.html, Desember 2006
4. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.
http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001
5. Sawaludin,
Diding.
2005.
Nyeri
Ulu
Hati
yang
Berulang.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.htm, 9 Oktober
2005
6. Ariyanto,
W.L.
2007.
Mencegah
Gangguan
Lambung.
www.kiatsehat.com, 2007
7. Anonim.
2004.
Dispepsia.
http://medicastore.com/med/subkategori_pyk.ph
p?
idktg=7&UID=20071107122240202.162.33.202, 2004
8. Anonim. 2007. Dyspepsia. http://en.wikipedia.org/wiki/Dyspepsia, 7
Oktober 2007
9. Bazaldua, OV et al.1999. Evaluation and Management of Dyspepsia.
http://www.aafp.org/afp/991015ap/1773.html, 15 Oktober 1999
10.
Torpy,
Janet
M.
2006.
assn.org/cgi/reprint/295/
Dyspepsia.
http://jama.ama13/1612?
maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=d
yspepsia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT, 5
April 2006
11.
19
in
Functional
Dyspepsia.
20