peramalan
Diagram Aliran
Modul
III
Pengawasan
Perencanaan
Operasi
dan
Kegiatan Perencanaan
Operasi al :
&
Pengawasan
1.Peramalan
Perkiraan atau estimasi tingkat permintaan suatu produk
untuk periode yang akan datang berdasarkan data penjualan
masa lampau yang dianalisis dengan cara tertentu.
2.
Perencanaan Operasi/produksi
Peramalan(Forecast)
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.
2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturanaturan matematis dan statistik.
Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi
permintaan histories tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor
eksternal
yang
mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan.
Untuk peramalan jangka pendek, Analisis deret
waktu (Time Series)
Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan
dimasa datang.
Peramalan
jangka
panjang,
karena
dapat
menunjukkan hubungan sebab-akibat
(disebut
metode kausal), Metode Regresi.
Regresi Linier
y b x
y b x
N
b=
N xy x y
N x 2 x 2
Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Contoh
Data penjualan produk PT ABC seperti pada tabel berikut,
kemudian perusahaan ingin meramal penjualan pada
periode ke 11, 12, 13, 14, 15.
Penjualan (Y)
Periode (X)
X2
XY
45
45
35
70
30
90
50
16
200
40
25
200
60
36
360
30
49
210
45
64
360
55
81
494
65
10
100
650
455
55
385
2680
10 2680 455 55
10 385 55 55
a=
2,15
Persamaan
garis regresinya adalah :
55
455 2 ,15 33,675
Y 10
= 33,675 + 2,15 (X)
10
Ramalan ke 11 Y = 33,675 + 2,15 (11) =
57,325
Ramalan ke 12 Y = 33,675 + 2,15 (12) =
59,325
Ramalan ke 13 Y = 33,675 + 2,15 (13) =
61,325
Ramalan ke 14 Y = 33,675 + 2,15 (14) =
63,475
Ramalan ke 15 Y = 33,675 + 2,15 (15) =
65,925
Rata-rata Bergerak Tunggal
Tujuan utama dari penggunaan metode rata-rata
bergerak adalah untuk menghilangkan atau
i 1
t 1
i 1
Xt
i 2
t 2
i 3
Xt
t
Xt
t
Xt
t
F(t+1) =
F(t+2) =
F(t+3) =
dst.
Dengan :
Contoh :
Bulan
Data
Rata-rata bergerak
Tiga bulanan
Rata-rata bergerak
Lima bulanan
386
340
390
368
372
425
366
440
394,3
381,8
410
411
392,6
466
425
406,6
330
438,7
421,8
10
350
402
414,2
11
375
382
399,2
12
380
351,7
386,2
Fungsi lain :
- Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten
terhadap
rencana strategi perusahaan.
- Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana
produksi.
- Sebagai alat monitor hasil produksi aktual terhadap rencana
produksi.
- Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target
produksi dan
rencana produksi.
- Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadual induk
produksi.
1. Metode Kualitatif :
Rasio persediaan, konsensus manajemen, grafik dll.
2. Metode Kuantitattif :
Heuristik, model matematik, simulasi dll.
Contoh :
Data dari hasil peramalan :
Bulan
Peramalan
Komulatif
103
103
117
220
115
335
121
456
123
579
109
688
89
777
74
851
71
922
10
73
995
11
81
1.076
Perama lan
Komu latif
Rencana Produksi 1
Rencana Produksi 2
Persediaan
Awal
Produksi
Persediaan
Akhir
Persedia an
Awal
Produksi
Persediaan
Akhir
103
103
340
70
307
100
120
117
117
220
307
70
260
117
120
120
115
335
260
70
215
120
120
125
121
456
215
70
164
125
120
124
123
579
164
70
111
124
120
121
109
688
111
70
72
121
120
132
89
777
72
70
53
132
60
103
74
851
53
70
49
103
60
89
71
922
49
70
48
89
60
78
10
73
995
48
70
45
78
60
65
11
81
1.076
45
70
34
65
60
44
12
98
1.174
34
70
44
60
Dari dua rencana produksi tersebut akan dipilih salah satu dari rencana
yang ada dengan mempertimbangkan biaya yang terjadi, yaitu biaya
terkecil yang akan digunakan sebagai rencana produksi.
PENGAWASAN DAN
PERENCANAAN PERSEDIAAN
dan
dari
Biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan lebih kecil dari jumlah yang diperlukan.
Metode Pengendalian Persediaan
Metode Tradisional
Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)
Metode Kanban
dalam
cost +
Rata-rata persediaan =
Q/2
t = Q/D
Waktu ( t )
D
k
2 Dk
h
EOQ
D
to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
t
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100 unit, Biaya pemesanan diketahui Rp 100,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan harian setiap unit persediaan Rp 0,02,tentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan waktu antar pemesanan yang optimal.
Diketahui : D = 100 unit/hari
k = Rp 100,-/pesan
h = Rp 0,02,-/unit/hari
EOQ =
2 Dk
2 x100 x100
1000 unit
0,02
to =
EOQ 1000
10 hari
D
100
Metode Pendekatan
- Kontinyu (Penentuan satu/lebih lokasi optimal)
. Metode Analisa Pusat Gravitasi Gravity
- Analisis Kuantitatif (Faktor Obyektifitas)
. Metode Analisis Transportasi Program Linier
- Analisis Hibrid (Kombinasi Faktor Obyektif &
Subyektif)
. Metode Brown-Gibson
Analisa Pusat Gravitasi :
Dalam metode ini ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu :
- Lokasi sumber bhn baku/material (input
produksi).
- Lokasi daerah pemasaran (output produksi).
Soal Latihan :
Sebuah perusahaan Elektronik bermaksud
mendirikan pabrik baru, berdasarkan hasil studi
kelayakan diperoleh alternatif dan jarak koordinat
lokasi (dalam satuan puluhan kilometer) sebagai
berikut :
Alternatif lokasi P (-10, 7)
Alternatif lokasi Q (5, -30)
Alternatif lokasi R (10, 0)
Daerah pemasaran yang harus dipenuhi
kebutuhannya terletak di 5 (lima) kota dengan
koordinat dan kebutuhan masing-masing (dalam
satuan ton) sebagai berikut :
Daerah Pemasaran :
Demand (ton)
Pemasaran A (2, -15)
5
Pemasaran B (-5, -10)
10
Pemasaran C (8, 8)
8
Pemasaran D (0, -7) 15
Pemasaran E (-15, 8)20
Dengan menggunakan analisa gravitasi, tentukan lokasi perusahaan perminyakan mana yang seharusnya dipilih ?
Metode Kuantitatif
Transportasi Program Linier
Aplikasi metode transportasi digunakan
untuk
menentukan pola distribusi yang
terbaik dari lokasi pabrik ke daerah
pemasaran tertentu. Keputusan yang dipilih
didasarkan pada lokasi yang memberikan
total biaya terkecil.
Dalam menyelesaikan masalah trensportasi
ada beberapa cara/metode yang dapat
digunakan yaitu : cara/metode heuristics,
vogel dan north west corner.
Daerah Pemasaran
Kapasitas
(ton/mgg)
Jogja
Solo
P Kerto
Mg-lang
Semarang
18
20
25
15
650
Bandung
40
45
30
42
600
Surabaya
55
50
60
55
tak terbatas
Malang
58
55
62
60
tak terbatas
400
500
300
450
Demand
(ton/mgg)
1650
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Solo
P Kerto
Semarang
18
20
25
Bandung
40
45
30
Surabaya
55
Demand
(ton/mgg)
400
50
500
60
300
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
15
42
55
450
650
600
400
1650
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Semarang
18
Solo
20
P Kerto
25
200
Bandung
40
200
Surabaya
55
Mg-lang
15
450
45
100
50
30
600
55
400
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
650
42
300
60
Kapasitas
(ton/mgg)
300
450
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
Semarang
Solo
20
-3
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
200
40
Bandung
Solo
100
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Surabaya
Jogja
55
10
Surabaya
Solo
400
50
Surabaya
P Kerto
60
25
Surabaya
Magelang
55
13
Semarang
Daerah Pemasaran
Jogja
18
100
Bandung
40
Solo
20
50
25
100
45
300
Surabaya
P Kerto
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
15
650
450
30
30
600
300
50
60
55
400
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
Semarang
Solo
100
20
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
300
40
Bandung
Solo
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Surabaya
Jogja
55
Surabaya
Solo
400
50
Surabaya
P Kerto
60
22
Surabaya
Magelang
55
10
Daerah Pemasaran
Jogja
Solo
P Kerto
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
58
40
18
Semarang
Bandung
Malang
Demand
(ton/mgg)
18
20
25
15
650
40
45
30
42
600
58
55
62
60
400
400
500
300
450
1650
Semarang
58
45
40
18
Jogja
18
Solo
20
P Kerto
Mg-lang
25
15
450
200
Bandung
40
Kapasitas
(ton/mgg)
45
30
650
42
600
200
Malang
58
100
55
300
62
60
400
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
Semarang
Solo
20
-3
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
200
40
Bandung
Solo
100
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Malang
Jogja
58
Malang
Solo
400
55
Malang
P Kerto
62
19
Malang
Magelang
60
13
Kapasitas
(ton/mgg)
Lokasi
Jogja
Semarang
Solo
18
100
Bandung
P Kerto
20
25
Mg-lang
15
650
450
100
40
45
30
42
600
300
Malang
300
58
55
62
60
400
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
Semarang
Solo
100
20
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
300
40
Bandung
Solo
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Malang
Jogja
58
Malang
Solo
400
55
Malang
P Kerto
62
19
Malang
Magelang
60
10
4.
5.
6.
Bahan
Baku
Gudang
Bahan
Baku
SK-1
SK-2
SK-3
SK-4
Gudang
Produk
Jadi
Produk
Jadi
Press
1
2
Bubut
4
PengeDrill pakan
2
1
4
3
2
Gerind Frais Bubut Pengepakan
a
Keuntungan :
1. MHC rendah sebagai akibat Lay Out disusun
berdasarkan urutan operasi, shg jarak
perpindahan bahan minimum.
2. Total waktu yang dipergunakan untuk produksi
relatif singkat.
3. Work In Procces jarang terjadi karena lintasan
produksi sudah seimbang. Output satu proses
langsung dipergunakan sebagai input proses
berikutnya.
4. Tiap unit produksi atau SK memerlukan luas
area yang minimal karena tidak diperlukan WIP
Storege.
Kerugian :
1. Breakdown dari satu mesin menyebabkan
terhentinya seluruh aliran produksi.
2. Jika terjadi perubahan terhadap desain produk,
maka akan merubah aliran produk dan lay out.
3. Kelancaran proses produksi akan ditentukan
oleh proses mesin yang paling lambat.
4. Memerlukan investasi mesin tinggi (Special
Purpose Machine).
Tata Letak Proses :
. Denaturant dan penempatan mesin/fasilitas
produksi yang semacam dalam satu
departemen.
. Semua fasilitas produksi yang memiliki
ciri/fungsi kerja yang sama diletakan dalam satu
departemen.
. Diaplikasikan pada industri berskala kecil.
. Faktor manufaktur dan jasa pelayanan.
Pertimbangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahan
Baku
Gudang Bahan
Baku
A
SK-1
SK-2
Press
Bubut
SK-3
SK-4
1
B
1
Pengecoran
Produk
Jadi
Gerinda
Drill
Gudang
Produk Jadi
3
4
Frais
Pengepaka
n
Keuntungan :
1.
2.
3.
Kerugian :
4. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC
lebih mahal.
5. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih
banyak dijumpai karena waktu operasi sulit
diseimbangkan.
6. Karena diversifikasi produk adalah job order,
maka diperlukan operator skill tinggi.
Mesin-2
Produk Utama
Tata Letak Fixed Position
Keuntungan :
1.
Keuntungan :
Dengan pengelompokan produk sesuai dengan proses
pembuatannya, maka pendayagunaan mesin akan
diperoleh secara maksimal.
Jarak perpindahan material
lebih pendek sehingga
lintasan aliran lebih lancar.
Memiliki keuntungan yang bisa diperoleh dari produk lay
out dan proses lay out.
Umumnya menggunakan mesin-mesin general purpose
sehingga investasinya juga lebih rendah.
B
C
Bubut
Bor
Gerinda
Perakitan
Milling
Perakitan
Bor
Finising
Press
Bubut
Bor
Gerinda
Bor
Perakitan
Press
Bor
Perakitan
Gerinda
Kerugian :
1. Diperlukan TK dengan skill tinggi.
2. Kelancaran kerja sangat tergantung pada
kegiatan pengendalian produksi terutama aliran
kerja.
3. Jika keseimbangan aliran sulit dicapai maka
diperlukan WIP Storage.
4. Beberapa kerugian dari product dan procces lay
out juga akan dijumpai.
5. Kesempatan untuk mengaplikasikan faslitas
produksi tipe special purpose sulit dilakukan.
Modul V : Optimasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan penilaian/evaluasi,
membandingkan dan menjaring berbagai
pilihan
jawaban,
sehingga
dapat
mengambil keputusan yang terbaik.
Mampu
menyelesaikan
persoalanpersoalan dengan pertimbangan criteriacriteria dan pembatas-pembatas tertentu
dengan tujuan mengoptimalkan hasil
yang ingin dicapai.
OPTIMASI :
PROGRAM DINAMIS
Program Dinamis
Suatu teknik optimasi untuk menyelesaikan
masalah
yang
melibatkan
sekumpulan
pengambilan
keputusan
yang
saling
berhubungan, dengan tujuan agar secara
keseluruhan mencapai keefektifan.
Prinsip Optimasi Bellman :
Menyatakan bahwa suatu kebijakan menyeluruh
yang optimal harus dibentuk oleh sub-sub
kebijakan yang optimal pula.
Dalam program dinamis keputusan mendatang
ditentukan berdasarkan keputusan saat ini,
keputusan saat ini ditentukan berdasarkan
keputusan
kemarin
dan
keduanya
saling
mempengaruhi.
Keputusan mendatang
dipengaruhi
Keputusan saat ini
Keputusan kemarin
Contoh :
Skema jaringan jalan beserta lama waktu
tempuhnya dalam menit, seperti di bawah ini.
Pilihlah route state A (asal) ke state I (tujuan) yang
dapat ditempuh paling cepat.
G
10
Stage 5
3
F
Stage 4
10
12
8
A
B
Stage
1
C
Stage 2
Stage 3
Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari
stage (tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route
submasalah dimulai dari H (state H) ke I dan
dimulai dari D ke I. Berarti hanya terdapat satu
pilihan, route manakah yang mempunyai waktu
tercepat. Sudah barang tentu route H-I mempunyai
waktu tercepat 10 menit, dan keputusan
optimumnya adalah route H-I.
State
Keputusan
I
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
10
10
11
11
Tahap 3 :
Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah,
yaitu dari state G, E, C. Route manakah yang
tercepat apabila tujuannya ke I.
Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu
melewati D atau H. Berarti hanya tersedia dua
keputusan. Jika keputusannya adalah route G-H
waktu yang ditempuh adalah 8 menit. Dengan
demikian total waktu yang ditempuh adalah 18
menit (tercepat).
Jika route yang ditempuh adalah E-H, maka waktu
yang dempuh untuk mencapai I adalah 7 menit
ditambah jarak dari H ke I (10 menit), sehingga
total waktu yang ditempuh adalah 17 menit.
Jika route yang ditempuh adalah E-D, maka waktu
yang ditempuh 7 menit ditambah 11 menit,
sehingga total 18 menit.
Jika dimulai route C-D, maka waktu yang
ditempuh adalah 9 menit ditambah 11 menit,
sehingga total waktu yang ditempu adalah 20
State
Keputusan
H
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
18
18
17
18
17
20
20
Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan
3, maka tabel analisa tahap 2 adalah sebagai
berikut :
State
Keputusan
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
21
26
21
22
32
22
Tahap 1 :
Dalam tahap 1, hasil analisa route terpendek adalah
sebagai berikut :
State
Keputusan
F
31
30
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
30
10
10
I
11
12
SISTEM ANTRIAN
Keberadaan sistem antrian diperlukan/
dipergunakan ketika para pelanggan (konsumen)
menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan.
Beberapa contoh sistem antrian digunakan dalam
melancarkan pelayanan kpd pelanggan atau
konsumen :
Pelanggan menunggu pelayanan didepan kasir.
Mahasiswa menunggu untuk regristrasi dan
pembayaran uang kuliah.
Para penumpang Kereta Api menunggu pelayanan
loket penjualan karcis.
Para pengendara kendaraan menunggu untuk mendapatkan pelayanan pengisian bahan bakar.
Beberapa peralatan menunggu untuk disservice.
dll.
2
Pelanggan masuk
ke dalam sistem
antrian
Garis tunggu
atau antrian
Pelanggan keluar
dari sistem
S
Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan
Antrian
Keberangkatan
2
Pelanggan masuk
dalam sistem
antrian
3
Konsumen antri
dalam garis
tunggu
Pelanggan keluar
dari sistem
Fasilitas
pelayanan
yang
lama setiap
2.
3.
4.
5.
6.
Pn P n (1 P )
1 P
2
P2
Lq
( ) 1 P
W
Wq
( )
Ekonomi Teknik
Difinisi Ekonomi Teknik :
Adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis
ekonomi untuk pekerjaan teknik dengan kriteria
efisiensi ekonomi agar diperoleh suatu keputusan
yang baik secara ekonomi.
Tujuan mempelajari ekonomi teknik secara garis
besar
adalah untuk memberikan dasar-dasar
pemikiran tentang pengambilan keputusan dalam
investasi yang dilakukan dengan kriteria efisiensi
ekonomi.
Dua investasi : investasi finansial dan investasi
nyata.
Dua faktor yang terlibat dalam investasi yaitu
$1+
bunga
N-1
Cara
Thn.
Bunga pada
awal tahun.
(Rp)
Pembayaran
akhir tahun.
(Rp)
0
1
2
3
4
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
II
0
1
2
3
4
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
12.000.000
9.000.000
6.000.000
3.000.000
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
10.000.000
7.500.000
5.000.000
2.500.000
0
III
0
1
2
3
4
2.000.000
1.627.422
1.180.327
643.815
12.000.000
9.764.531
7.081.967
3.862.891
=
3.862.891
3.862.891
3.862.891
3.862.891
10.000.000
8.137.109
5.901.640
3.219.076
0
0
1
2
3
4
2.000.000
2.400.000
2.880.000
3.456.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
20.736.000
0
0
0
20.736.000
10.000.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
0
IV
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.12 )1 = Rp 112.000,Jika suku bunga tersebut dibayarkan setiap 6 bulan
sekali, maka suku bunga menjadi 12% : 2 = 6%
per bulan, maka nilai uang satu tahun (12 bulan)
kemudian menjadi :
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.06 )2 = Rp 112.360,Jadi suku bunga efektif = 12,360
- Dari perhitungan diatas dapat diketahui
hubungan antara tingkat suku bunga nominal dan
efektif sebagai berikut :
( 1 + i ) = ( 1 + r/t ) t
i = ( 1 + r/t ) t 1
Dimana : i = suku bunga efektif
r = suku bunga nominal
t = jumlah periode pembungaan
0
n
P
n-2 n-1
n-2 n-1
0
n
n-2 n-1
F
A
1
n-2
n-1
/ /
....
n-2
n-1
Rumus :
= P(1+i)
atau
= P ( F/P, i, n )
Contoh :
Seseorang menginvestasikan uang di sebuah Bank sebesar Rp
20.000.000,00 dengan tingkat bunga 6% per tahun. Berapa jumlah
uang setelah diinvestasikan selama 5 tahun ?.
Penyelesaian :
P = Rp 20.000.000,00 ; i = 6% ; n = 5
F = P (1 + i )n
= ( Rp 20.000.000,00) ( 1 + 0,06)5
atau :
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000,00)*(1,338) = Rp
26.760.000,00
2. Mencari P bila diketahui F
Berapa modal P yang harus diinvestasikan pada
saat sekarang (t = 0), dengan tingkat bunga i%,
per tahun, sehingga pada akhir n periode didapat
uang sebesar F rupiah.
Rumus : P = F
atau
P =
1/(1+i)
F ( P/F, i, n )
Contoh :
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan datang
anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi, untuk itu
diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp 35.000.000,00. Bila
tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa ia harus menabungkan
uangnya sekarang ?
Penyelesaian :
F = Rp 35.000.000,00 ; i = 5% ; n = 15
P = (Rp 35.000.000,00) (P/F, 5 , 15)
= (Rp 35.000.000,00) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00
A
Rumus :
4
/ /
A
A = F
n-2
n-1
A
i/(1+i)
A
-1
atau
A = F ( A/F, i, n )
Contoh :
Tuan Sastro ingin mengumpulkan uang untuk
membeli rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan
10 tahun lagi dia pensiun. Jumlah uang yang
diperlukan Rp 225.000.000,00. Tingkat bunga 12 %
setahun. Berapa jumlah yang harus ditabung setiap
tahunnya ?
Penyelesaian :
F = Rp 225.000.000,00 ; i = 12% ; n = 10
A = (Rp 225.000.000,00)(A/F, 12% , 10)
= (Rp 225.000.000,00)( 0,0570)
= Rp 12.825.000,00.
atau
F = A { (1 + i)
F = A ( F/A, i , n )
Contoh :
Bila setiap tahun ditabung uang sebesar Rp 12.000.000,00 selama 8
tahun dengan tingkat bunga 6%. Berapa besar uang yang akan
terkumpul setelah akhir periode tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 12.000.000,00 ; i = 6% ; n = 8
F = ( Rp 12.000.000,00 )( F/A, 6%, 8 )
= ( Rp 12.000.000,00 )( 9,897 )
= Rp 118.764.000,00
3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila
diketahui P)
Bila uang sebesar P rupiah diinvestasikan pada saat
sekarang dengan tingkat bunga i%, maka berapa
A rupiah
yang dapat diterima setiap akhir periode
selama n periode,
sehinggga jumlah uang yang
diterima selama n periode
tersebut sesuai
dengan modal P rupiah yang ditanam pada awal
periode pertama.
Contoh :
Seorang ayah menabung uang sebesar Rp
17.500.000,00 disebuah bank. Bank tersebut akan
membayar sejumlah uang setiap tahun yang
besarnya sama kepada udin anaknya, sebagai
biaya pendidikan. Pembayaran dimulai akhir tahun
pertama selama 7 tahun. Jika tingkat bunga 10%
setahun, berapa jumlah yang akan diterima oleh
udin setiap tahunnya ?.
Penyelesaian :
P = Rp 17.500.000,00 ; i = 10% ; n = 7
A = ( Rp 17.500.000,00 )( A/P, 10% , 7 )
= ( Rp 17.500.000,00 )( 0,2054 )
= Rp 3.594.500,00
atau
P= A {(1+i)
1} / { i ( 1 + i ) n }
P = A ( P/A, i , n )
Contoh :
Perusahaan Go Public mempunyai kewajiban untuk
membayar royalti sebesar Rp 250.000,00 setiap akhir
tahun selama 5 tahun berturut-turut. Jika perusahaan
tersebut menyetujui membayar sekaligus pada awal
tahun pertama dengan tingkat bunga sebesar 15%,
maka berapa jumlah uang yang harus dibayar oleh
perusahaan tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 250.000,00; i = 15%; n = 5
P = ( Rp 250.000,00 )( P/A , 15%, 5 )
= ( Rp 250.000,00 )( 3,3522 )
= Rp 838.050,00.
A+(n-1)G
A1+(n-2)G
A1+2G
A1+G
A1
/ /
0
Rumus
n-1
: A = A1 + A2
A2 = G [ 1/i - n/(1 + i)n 1]
= G (A/G, i , n)
Keterangan :
A = pembayaran per periode dengan
jumlah
yang sama
Keterangan
: A = pembayaran per periode dengan
jumlah yang sama
A1 = pembayaran pada akhir peroide
pertama
G = gradient, perubahan per periode
n = jumlah periode
Contoh :
Si Doel pada thn pertama merencanakan
menginvestasikan uangnya sebesar Rp
10.000.000,00 dari sebagian hasil usahanya. Ia
merasa bahwa kemampuannya menginvestasikan
uangnya bertambah Rp 200.000,00 tiap tahun,
dimana hal ini berlangsung selama 9 tahun
berikutnya. Bila tingkat bunga adalah 8%, berapa
rata-rata tabungan Si Doel setiap tahunnya?
Penyelesaian :
0
10
1
10
jt
10.2
10.4
10.6
10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
A = A1 + A2
= A1 + G (A/G, 8, 10)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 200.000,00 (3,8713)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 774.260,00
= Rp 10.744.260,00
D. Aliran Kas Yang Tidak Teratur
Pada pembahasan sebelumnya aliran kas yang
teratur dimana aliran kas terjadi sekali (tunggal) atau
terjadi beberapa kali atau terjadi perubahan tetapi
secara seragam. Pada aliran kas yang tidak teratur
besarnya aliran kas pada tiap periode tidak memiliki
pola yang teratur.
Untuk itu menangani permasalahan aliran kas yang
tidak teratur harus melakukan konversi satu persatu ke
awal atau ke akhir periode sehingga didapat nilai
total dari P, F atau A
dari aliran kas tersebut.
Contoh :
Dari diagram alir gambar dibawah, dengan tingkat bunga 12%
tentukan nilai P, F dan A dari keseluruhan aliran kas tersebut.
Gambar Cash Flow :
0
5
Rp 3.000
Rp 8.000
Rp 6.000
Rp
10.000
Rp 12.000
P1 = Rp 10.000
P2 = Rp 3.000
P4 = Rp 12.000
P5 = Rp 8.000
P0 = Rp 6.000
(P/F, 12%, 1) = Rp
= Rp 8.929
(P/F, 12%, 2) = Rp
= Rp 2.391,6
P3 = 0
(P/F, 12%, 4) = Rp
= Rp 7.626
(P/F, 12%, 5) = Rp
= Rp 4.359,2
10.000 (0.8929)
3.000 (0.7972)
12.000 (0.6355)
8.000 (0.5674)
P = P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= Rp 6.000 + Rp 8.929 + Rp 2.391,6 + 0 + Rp
7.626 + Rp 4.359,2
= Rp 29.485,8
Dengan didapatkannya nilai P maka Nilai F (pada tahun ke
5) dan Nilai A (selama 5 tahun) dapat dihitung sebagai
berikut :
F = P (F/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (F/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (1.762) = Rp 51.95398 dan
A = P (A/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (A/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (0.27741)
= Rp 8.179,66
Soal-soal Latihan
1. Seorang investor meminjam uang dari sebuah bank
sebesar $ 100.000 dengan suku bunga pertahun
sebesar 12%. Investor bermaksud mengembalikan
pinjamannya tersebut pada akhir tahun ke 10.
Berapakah uang yang harus dibayarkan kelak?
2. Seorang investor berkeinginan mengivestasikan
uangnya pada tahun ini pada sebuah bank yang
memberikan suku bunga 15% pertahun. Dia berharap
setelah 10 tahun jumlah uang yang diinvestasikan
akan mencapai jumlah sebesar $200.000. Berapakah
uang yang harus diinvestasikan sekarang?
Tentukan besarnya nilai sekarang (Present Value)
dari cash flow berikut ini dengan suku bunga 10 %
per tahun :
3.
$ 3.000
(+)
$ 2.000
$
2.000
$
4.000
(-)
$
3.000
Pinjaman
10
10
30
20
20
juta
juta
juta
juta
juta
DEPRESIASI
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari
suatu
barang
sebagai
akibat
berlangsungnya
waktu.
Depresiasi didefinisikan sebagai :Sejumlah
biaya yang harus disediakan oleh seseorang
atau suatu perusahaan atau unit-unit
tertentu pada setiap periode waktu untuk
melakukan
penggantian
dari
mesin,
peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain
setelah umur dari mesin, peralatan, ataupun
fasilitas-fasilitas lain tersebut dilampaui.
Jenis depresiasi :
1. Depresiasi Fisis :
Sebagai akibat dari penggunaan/operasi
yang
mengakibatkan
menurunnya
kemampuan secara fisis yang berarti
kemampuan
operasional
dari
suatu
barang/peralatan menurun. Salah satu cara
untuk mengurangi kecepatan menurunnya
kemampuan fisis suatu barang/peralatan
adalah dengan melakukan perawatan yang
baik.
2. Depresiasi Fungsional :
Permintaan suatu produk yang
meningkat dan tidak simbang dengan
kapasitas produksinya,
sehingga
perusahaan tidak dapat lagi sepenuhnya
melakukan
fungsi
pemilikan
atas
permintaan.
3. Depresiasi Teknologi :
Adanya penemuan baru mengakibatkan
peralatan yang
sudah ada menjadi tidak ekonomis lagi
yang disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Metode-metode Depresiasi
Banyak metode yang bisa digunakan untuk
menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu
aset. Diantara metode tersebut yang sering
digunakan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line = SL).
2. Metode jumlah anka tahun (sum of year
digit = SOYD).
3. Metode keseimbangan menurun
(declining balance = DB).
4. Metode dana sinking (sinking found = SF).
5. Metode unit produksi (production unit =
UP).
Dt
P - SV
n
BVt = P - t Dt
d = 1/n
Keterangan :
Dt = nilai depresiasi tahunan
t
= tahun (t = 1,2,3 ........,n)
P
= investasi awal/first cost
n = periode pendapatan (umur depresiasi
yg diharapkan)
Bvt = book value
d = tingkat depresiasi
Contoh :
Jika diketahui nilai investasi awal adalah $ 50.000 dengan
nilai sisa $ 10.000 setelah 5 tahun, maka hitungkah nilai
depresiasi tahunan, book value.
Dt = P - SV / n
= $ 50.000 - $ 10.000 / 5
= $ 8.000/tahun
Perhitungan depresiasi selama umur pakai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Akhir tahun ke-t
0
1
2
3
4
5
$ 8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
atau
n-t+1
Dt =
(P - SV)
S
n
= j =
n (n + 1)
j=1
t (n - t/2 + 0.5)
Bvt = P -
(P - SV)
S
n-t+1
dt
=
S
(8 - 2 + 1)
(25.000 - 4.000) = $ 4.083
36
(8 - 3 + 1)
(25.000 - 4.000) = $ 3.500
36
D2 =
D3 =
BV3 = 25.000 -
= 25.000 36
3 (7)
(21.000) = $ 12750
Tujuan :
Keuntungan :
kronologi (jam
3.
Tabel sampling
Tabel yang terdiri dari jadual pengamatan
kualitas,
biasanya dalam bentuk
presentase.
4. Metode Khusus
Metode ini digunakan untuk pengendalian
kualitas dalam industri, al : korelasi,
analisis variansi, analisis toleransi, dll.
Macam Variasi :
Variasi dalam objek
Mis : kehalusan dari salah satu sisi daru
suatu produk tidak sama dengan sisi yang
lain, lebar
bagian atas suatu produk
tidak sama dengan lebar bagian bawah,
dll.
Variasi antar objek
Mis : sautu produk yang diproduksi pada
saat yang hampir sama mempunyai
kualitas yang berbeda/ bervariasi.
Variasi yg ditimbulkan oleh perbedaan
waktu produksi
Mis : produksi pagi hari berbeda hasil
produksi siang hari.
Penyebab Timbulnya Variasi
Peta X dan R
Peta kendal X :
Memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi
suatu variabel asal dalam hal lokasinya
(pemusatannya).
Apakah proses masih berada dalam batas-batas
pengendalian atau tidak.
Apakah rata-rata produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Peta kendali R :
Memantau
perubahan
dalam
hal
spread-nya
(penyebarannya).
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang
diukur
dengan mencari range dari sampel yang diambil.
UCL = X + (A2 . R)
LCL = X (A2 . R)
A2 =
d2
Dimana :
S
USL LSL
6S
N X X
2
N N 1
atau S = R/d2
Kriteria penilaian :
Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses
sangat baik
Jika 1,00 Cp 1,33, maka kapabilitas
proses baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses
rendah
USL X
CPU =
3S
X LSL
dan CPL =
3S
Kriteria penilaian :
Jika Cpk
= Cp, maka proses terjadi
ditengah
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan
produk
yang
sesuai dengan
spesifikasi
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan
produk
yang tidak sesuai dengan
Contoh Kasus
PT
XYZ
adalah
suatu
perusahaan
pembuatan
suatu
produk
industri.
Ditetapkan spesifikasi adalah : 2.40 0,05
mm. Untuk mengetahui kemampuan
proses dan mengendalikan proses itu
bagian pengendalian PT XYZ telah
melakukan
pengukuran
terhadap
20
sampel. Masing-masing berukuran 5 unit
(n=5).
Hasil Pengukuran
Sampel
X1
X2
X3
X4
X5
2,38
2,45
2,40
2,35
2,42
2,39
2,40
2,43
2,34
2,40
2,40
2,37
2,36
2,36
2,35
2,39
2,35
2,37
2,39
2,38
2,38
2,42
2,39
2,35
2,41
2,41
2,38
2,37
2,42
2,42
2,36
2,38
2,35
2,38
2,37
2,39
2,39
2,36
2,41
2,36
2,35
2,38
2,37
2,37
2,39
10
2,43
2,39
2,36
2,42
2,37
11
2,39
2,36
2,42
2,39
2,36
12
2,38
2,35
2,35
2,35
2,39
13
2,42
2,37
2,40
2,43
2,41
14
2,36
2,38
2,38
2,36
2,36
15
2,45
2,43
2,41
2,45
2,45
16
2,36
2,42
2,42
2,43
2,37
17
2,38
2,43
2,37
2,39
2,38
18
2,40
2,35
2,39
2,35
2,35
19
2,39
2,45
2,44
2,38
2,37
20
2,35
2,41
2,45
2,47
2,35
Perhitungan
Sampel
Rata-rata
Range
2,40
0,10
2,39
0,09
2,37
0,05
2,38
0,04
2,39
0,07
2,40
0,05
2,37
0,03
2,38
0,05
2,37
0,04
10
2,39
0,07
11
2,38
0,06
12
2,36
0,04
13
2,41
0,06
14
2,37
0,02
15
2,44
0,04
16
2,40
0,07
17
2,39
0,06
18
2,37
0,05
19
2,41
0,08
20
2,41
0,12
X = ( X)/k
R = ( R)/k
= 47.78 / 20 = 2.39
= 1.19 / 20 = 0.06
Peta Kendali X :
CL= X = 2.39
UCL = X + (A2 * R) = 2.39 + (0.577*0.06)
= 2.42
LCL = X - (A2 * R) = 2.39 (0.577*0.06)
= 2.36
Peta Kendali R
CL = R = 0.06
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.06 = 0.12
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Pada Peta X ada data yang out of control,
maka data pada sampel tersebut dibuang
Rata-rata
Range
2,40
0,10
2,39
0,09
2,37
0,05
2,38
0,04
2,39
0,07
2,40
0,05
2,37
0,03
2,38
0,05
2,37
0,04
10
2,39
0,07
11
2,38
0,06
12
2,36
0,04
13
2,41
0,06
14
2,37
0,02
16
2,40
0,07
17
2,39
0,06
18
2,37
0,05
19
2,41
0,08
N X X
2
S =
N N 1
USL LSL
=
6S
USL X
CPU =
3S
CPL = X LSL
3S
2,54 2,35
= 6( 0,06) 0,6410
2,45 2,386
= 3(0,06) 0,8205
2,386 2,35
= 3(0,06) 0,4615
Kesimpulan :
Nilai Cpk sebesar 0.4615 yang diambil dari
nilai CPL menunjukkan bahwa proses
cenderung mendekati
batas spesifikasi
bawah.
Nilai Cp sebesar 0.6410 ternyata kurang
dari 1, hal ini menunjukkan kapabilitas
proses untuk memenuhi spesifikasi yang
ditentukan rendah.
UCL = p + 3
LCL = p 3
p 1 p
n
Contoh :
Sebuah perusahaan ingin membuat peta
kendali untuk periode mendatang dengan
mengadakan inspeksi terhadap proses
produksi pada bulan ini. Perusahaan
melakukan 20 kali observasi dengan
mengambil 50 buah sample untuk setiap
kali observasi. Hasil selengkapnya adalah :
Observasi
Ukuran
Banyaknya
Proporsi
Sampel
Produk Cacat
Cacat
50
0,08
50
0,04
50
0,10
50
0,06
50
0,04
50
0,02
50
0,06
50
0,04
50
0,10
10
50
0,08
11
50
0,06
12
50
0,10
13
50
0,10
14
50
0,04
15
50
0,06
16
50
0,04
17
50
0,08
18
50
0,10
19
50
0,08
p 1 p
n
0,0651 0,065
50