Ketika aku terdiam. Suara itu kembali muncul dan terdengar di telingaku. Begitu jelasnya
dan begitu agungnya. Begitu aku akan mengikutinya ia mendadak berhenti lagi. Dan
yang terdengar adalah suara berisiknya para jama'ah yang melakukan aktivitasnya
masing-masing. Dan aku pun semakin heran dibuatnya.
Tetap ada satu pertanyaan yang mengusik dalam hatiku. Suara siapakah itu? Dari
mana datangnya?
Ketika aku berusaha mencari jawabnya, tiba-tiba terdengar suara iqamah dari bilal
sebagai pertanda waktu shalat akan dimulai. Dan aku pun melakukan shalat dhuhur
bersama para jama'ah lainnya.
Sesampai di maktab, aku terus berusaha mencari jawabnya. Suara apakah itu,
bergemuruh, datang dari jauh, tambah lama tambah dekat dan membentuk suatu ritme
yang mempesona. Indah, agung, mesra, dan membentuk harmoni yang luar biasa...
Begitu penasarannya aku. Maka pada malam itu juga kutulis kejadian itu di dalam
buku harianku. Buku yang selalu kubawa kemana saja aku pergi.
Hari ke dua, dari terjadinya peristiwa itu, aku kembali ke masjid pada jam yang
sama. Dan aku menempati shaf agak depan dibanding shaf di hari sebelumnya. Seperti
biasanya, sebelum waktu shalat dhuhur tiba, setelah aku lakukan shalat sunah, aku
melakukan aktivitas dzikir untuk lebih menghayati dan lebih mendekatkan diri kepada
Ilahi Rabbi.
Saat-saat aku melakukan dzikir itu, tiba-tiba aku tersentak! Dan bulu kudukku
merinding... . Ah, ternyata suara itu terdengar kembali di telingaku. Asalnya lamat-lamat.
Tetapi tambah lama bertambah jelas. Dan semakin dekat. Begitu dekatnya suara itu.
Sampai aku tidak tahu dari mana datangnya. Telingaku kututup dengan tanganku, suara
itu semakin jelas. Telingaku kutempelkan di lantai, di sajadahku, suara itu pun sangat
jelas. Aku mendongak ke atas, suara itu pun terdengar begitu jelas bahkan seolah
memenuhi atap masjid Nabawi.
Aku berusaha menenangkan diri. Setelah aku tenang, aku mencoba mengikuti
suara itu dengan hatiku. Ah! Ternyata suara itu berhenti dan hilang lagi.... Aku pun
meratap..." Ya Allah, apa yang terjadi dengan diriku...?" Suara apakah itu? Siapakah
yang bersuara itu...
Akhirnya aku pun pulang kembali ke hotel, tanpa mendapatkan jawaban yang
pasti, tentang suara misterius tadi. Berikutnya, hari itu merupakan hari yang ke tiga, sejak
terjadinya peristiwa itu. Aku kembali ke masjid untuk berjama'ah shalat dhuhur. Saat itu
aku mendapatkan shaf di bagian tengah. Tempatnya sangat berbeda dengan dua hari
sebelumnya.
Setelah shalat sunah, seperti biasanya aku melakukan aktivitas dzikir. Dalam hati
aku bertanya dan juga berharap, apakah akan muncul lagi suara itu? ternyata lama aku
tunggu, suara itu tidak muncul lagi. Maka aku pun melupakan kejadian itu.
Selanjutnya aku melakukan shalat sunah lagi. Begitu selesai mengucap salam
yang ke dua sebagai penutup shalatku, tiba-tiba hatiku berdegup kencang. Bulu kudukku
merinding lagi... Akh, suara itu terdengar lagi. Kini bertambah jelas, bertambah dekat,
dan semakin indah iramanya... Aku pun terbuai dibuatnya.
Dengan perasaan agak takut, aku mencoba mengikuti kalimat itu. Hatiku mulai
mengikutinya, Setelah itu bibirku mencoba mengikutinya, Ah! sungguh agung, sungguh
menyejukkan. .. dan sungguh mempesona.
Dan di hari yang ke tiga itu, aku ternyata bisa mengikuti kalimat indah
itu...subhaanallaah... Bibirku mulai bergerak mengikuti suara itu. Suara gemuruh dari
berjuta-juta suara, yang membentuk harmoni luar biasa.
Suara itu, kalimat agung itu berbunyi :
"..laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah..."
Aku pun tenggelam dalam alunan dzikir yang luar biasa indahnya itu. Entah
sampai berapa puluh kali atau bahkan berapa ratus kali aku mengikuti dzikir indah itu aku
tidak tahu.... Sampai akhirnya aku dikejutkan oleh suara iqamah bilal.
Aku mulai menyusun shaf untuk shalat berjama'ah, bersama-sama para jama'ah
lainnya untuk melakukan shalat dhuhur...
Sesaat sebelum aku shalat dhuhur, tiba-tiba pikiranku melayang kepada kehadiran
seorang jama'ah yang pernah shalat di sebelahku yang
memberi minyak wangi di sekujur tubuhku dua hari sebelumnya itu. Pandangan matanya,
senyumnya, masih begitu kuat tertanam dalam hatiku.
Apakah peristiwa yang barusan aku alami selama tiga hari berturut-turut itu ada
hubungannya dengan orang tersebut?
Atau juga masih berhubungan dengan pengalamanku ketika pergi ke masjid,
dimana saat itu setiap langkah kakiku aku gunakan untuk berdzikir? ..wallahu alam!
Sungguh aku masih bingung...
Aku pun berusaha untuk melupakan peristiwa itu, karena imam shalat sudah terdengar
mengucapkan takbiratul ihram... Allaahu akbar! Kami semua mengikutinya untuk
melakukan shalat berjama'ah.
Setelah usai shalat dhuhur, aku baru menyadari bahwa hari itu adalah hari
terakhirku di kota Madinah. Dan saat itu merupakan shalat dhuhur terakhir kami di
masjid Nabawi, sebelum menuju Mekah Al-Mukaromah.