sangat terilhami oleh filsuf besar dua Yunani, Socrates dan Aristoteles.
Pengaruh dua tokoh ini bisa dilihat dalam karya-karya Al-Kindi di
kemudian hari.
Bekerja di bidang sandi-sandi rahasia dan pesan-pesan tersembunyi
dalam naskah-naskah asli Yunani dan Romawi mempertajam nalurinya
dalam bidang kriptoanalisa. Ia menjabarkannya dalam sebuah
makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad sesudahnya
diterjemahkan sebagai Manuscript on Deciphering Cryptographic
Messages.
Di dalamnya antara lain mengungkapkan : "Satu cara untuk
memecahkan kode rahasia, jika kita tahu bahasanya, adalah dengan
menemukan satu naskah asli yang berbeda dari bahasa yang sama,
lalu kita hitung kejadian-kejadian pada tiap naskah. Pilah menjadi
naskah kejadian satu, kejadian dua, dan seterusnya. Kemudian kita
lihat teks rahasia yang ingin kita pecahkan, dan mulailah
mengklasifikasikan simbol-simbolnya. Kita lalu menemukan simbol
yang paling sering muncul, lalu ubahlah dengan catatan kejadian satu,
dua, dan seterusnya itu, sampai seluruh simbol itu terbaca."
Teknik Al-Kindi ini kemudian dikenal sebagai analisa frekuensi dalam
kriptografi, yaitu cara paling sederhana untuk menghitung persentase
bahasa khusus dalam naskah asli, persentase huruf dalam kode
rahasia, dan menggantikan simbol dengan huruf.
Dalam dunia Islam dan dunia pada umumnya, Al-Kindi dikenal sebagai
filsuf Arab kenamaan. Karya-karyanya yang luar biasa
menempatkannya pada posisi tertinggi di bidang ilmu pengetahuan.
Namun meski dikenal sebagai seorang filsuf kenamaan asal Dinasti
Abassiyah, ia juga menguasai berbagai cabang ilmu lainnya seperti
kedokteran, matematika, musik, astrologi, dan ilmu optik.
***
Al-Kindi (801-873)
Lahir : Kufa, Arab.
Pekerjaan awal : penerjemah, penulis kaligrafi.
Bidang yang dikuasai : filsafat, kedokteran, musik, astronomi,
geografi, matematika, farmakologi, kriptografi.
Karya : 205 buku, antara lain Geometri (32 buku), pengobatan dan
filosofi (22 buku), logika (9 buku), fisika (12 buku).
[republika.co.id]