MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns.Evrinica S.Kep
Disusun oleh:
1. Kristo Vorus
(30.01.12.00 )
2. Mutiara Magdalena (30.01.12.00 )
3. Yenita Rosyani
(30.01.2.0055)
KATA PENGANTAR
1
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah
dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang HYPERBILIRUBIN. Dengan harapan makalah
ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan
anak.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan
hyperbilirubin. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan anak secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Palembang,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis...........................................................7
2.1.1 Pengertian..................................................................7
2.1.2 Anatomi Fisiologi......................................................7
2.1.3 Etiologi......................................................................8
2.1.4 Manifestasi Klinis.....................................................8
2.1.5 Patofisiologi..............................................................9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang............................................10
2.1.7 Komplikasi................................................................11
2.1.8 Penatalaksanaan .......................................................11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................13
2.2.1 Pengkajian ................................................................13
2.2.2 Diagnosa....................................................................14
2.2.3 Intervensi...................................................................14
2.2.4 Implementasi.............................................................16
2.5.5 Evaluasi.....................................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................17
4.2 Saran....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Indikator derajat kesehatan
masyarakat komponen kesehatan, diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indonesia masih menuai presentasi di ASEAN
(Association of South East Asia Nations). Angka kematian bayi di Indonesia
cukup tinggi yaitu : 26,9 / 2000 per kelahiran hidup, dan kenyataannya adalah
tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu Negara.
Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting
dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang berkualitas kepada masyarakat yang belum terlaksana.
Menurut Pola penyakit penyebab kematian bayi menunjukkan bahwa proporsi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah premature
dan BBLR (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Penyakit penyebab kematian
neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1%
(termasuk tetanus 9,5%, sepsis, pneumonia, diare), kemudian feeding problem
(14,3%).
Berdasarkan data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee, WHO
(World Health Organization), pada tahun 2003, kematian bayi terjadi pada usia
neonatus dengan penyebab infeksi 33%, asfiksia/ trauma 28%, BBLR 24%,
kelainan bawaan 10%, dan lain-lain 5%. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi
baru lahir adalah ensefalopati biliaris (lebih dikenal sebagai kernikterus).
Ensefalopati biliaris merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat.
Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa
berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralysis dan displasia dental yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Ikterus adalah suatu keadaan kulit dan membran
mulkosa yang warnanya menjadi kuning akibat peningkatan jumlah pigmen
empedu di dalam darah dan jaringan tubuh. Hiperbiliirubin adalah suatu keadaan
dimana kadar bilirubiin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
menimbulkan
kern-ikterus,
jika
tidak
ditanggulangi
dengan
baik.
pada anak
e. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan
hiperbilirubin pada anak
f. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang harus di lakukan pada
pasien anak yang terkena hiperbilirubin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1 Pengertian Hyperbilirubin
hati. Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh
tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degredasi hemoglobin darah
dan sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif. Di dalam
hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor
membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati.
1.1.3
Etiologi
1.1.4
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinik
yang
sering
dijumpai
pada
bayi
dengan
hiperbilirubinemia diantaranya :
1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya.
Bila ditekan akan timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada
ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
1.1.5
Patofisiologi
1.1.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah
ibu.
2. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5
mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis.
10
4. Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan
kapasitas ikatan, terutama pada bayi praterm.
5. Hitung darah lengkap: Hb mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena
hemolisis. Ht mungkin meningkat (lebih besar dari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) dengan hemolisis dan anemia
berlebihan.
6. Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah
lengkap kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40
mg/dl bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan
lemak dan melepaskan asam lemak.
7. Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan
penentuan bilirubin seru.
1.1.7
Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi adalah sebagai berikut :
1. Ikterik ASI.
2. Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis).
Menghilangkan bilirubin yang terkontaminasi, menggantikan faktor
koagulasi pada kernik ikterus, menghilangkan antibodi (Rh, ABO), dan hemolisis
yang menghasilkan sel darah merah, serta tersensititasi dari sel darah merah.
1.1.8 Penatalaksanaan
a. Pemberian fenobarbital ( mempercepat proses kkonjugasi)
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam
baru terjadi penurunan bilirubin yangberarti. Mungkin lebih bermanfaat bila
diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya :
pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti
dengan plasma dosis 15 20 ml/kgbb. Pemebrian glukosa perlu untuk kojugasi
hepar sebagai sumber energi.
c. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan fototerapi
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg %.
Terapisinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol
11
yang sulitlarut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan
dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadr bilirubin menurun. Pelaksanaan
Terapi Sinar :
a) Baringkan bayi telanjang, hanya genitalia yang ditutup (maksmal 500
jam) agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
b) Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat
dengan kain kasa yang dilipat lipat dan dibalut.
c) Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam
bila mungkin, agar sinar merata.
d) Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37 C, dan observasi suhu tiap
4- 6 jam sekali.
e) Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan
suhu tubuh bayi.
f) Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam
g) Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi
dihentikan walaupun belum 100 jam.
h) Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.
petekie,
perdarahan
intrakranial.
c) Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada
bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
sebagai efek samping fototerapi.
2.2.2 Diagnosa
1.
2.
3.
2.2.3
1.
13
14
Intervensi :
1. Pertahankan suhu tubuh 36,5 37 C
R/ untuk mencegah cold/ heat stress
2. Cek tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sesuai yang di butuhkan
R/ untuk mengetahui setiap perubahan- perubahan yang kemungkinan
akan terjadi
3. Kolaborasi pemberian antipiretik jika demam
R/ antipiretik dapat menurunkan suhu tubuuh .
2.2.4
Implementasi
Implementasi yang di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat
dan sesuai dengan keadaan yang terjadi pada pasien
2.2.5
Evaluasi
a. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
b. Resiko cidera dapat di minimalkan
c. Suhu dalam keadaan normal
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
15
Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari referensi lain tentang
DAFTAR PUSTAKA
Harper. 1994. Biokimia. EGC, Jakarta.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta:EGC
16
17