Anda di halaman 1dari 11

Case Report Session

Konjungtivitis
Oleh:
Yoan Putrasos Arif, S.Ked
Preseptor
DR. dr. Hafni Bachtiar, MPH
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ULAK KARANG
PADANG
2010
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada
bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya
perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh

bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa
mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang
terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam
waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak
diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi
konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam
dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata,
kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh
darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan
bola mata).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi
dan memberi nutrisi bagi kornea.
Histologi Konjungtiva:
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat,
superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di
dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus.
Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata
secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel
superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa
(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak

berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.13
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip
kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks
atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.
(Gambar )

Epidemiologi
Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum muda dan orang dewasa
di seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferri's Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis,
bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang
baru lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa
bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga dapat mempengaruhi bayi yang
hanya beberapa minggu. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis
kelamin.
Ada kemungkinan morbiditas okular yang signifikan dalam hal kemerahan di mata,
okular pelepasan dan ketidaknyamanan bagi anak-anak yang menderita konjungtivitis bakteri.
Kebanyakan orang Amerika gagal untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Ini serius
dapat menyebabkan meningitis dan sepsis dan dapat mengancam nyawa.
Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
infeksi oleh virus atau bakteri.

reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.


iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
entropion atau ektropion.
kelainan saluran air mata.
kepekaan terhadap bahan kimia.
pemaparan oleh iritan.
infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi

lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan
dan debu.
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya
konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap
dan cairan fumigasi).
Manifestasi Klinis
1 Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan
menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva
bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.

Gejala lainnya adalah:


mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
glaukoma
katarak
ablasi retina
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis
komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian

menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit,
dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan
mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna
mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena
bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika
(Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang
sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin
(antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata.
Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat
menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotiksteroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus
Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.
Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan
Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian
salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole
topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak
gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini,
diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi
dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.
Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang
yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat
dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila
penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi
retina.

Daftar Pustaka
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009
Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.
Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General
Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H.
Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R.
& Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama/ kelamin/umur : Mul/ Laki-laki/ 20 tahun
Pekerjaan/pendidikan : Tidak bekerja/ tamatan SD
Alamat : Jalan Kelapa Gading 3B No. VII Ulak Karang
LATAR BELAKANG SOSIAL-EKONOMI-DEMOGRAFI-LINGKUNGAN KELUARGA
Status perkawinan : Belum menikah
Jumlah anak/ Saudara : - / 6 bersaudara, anak ke lima
Status ekonomi keluarga :
Mampu : Mampu
Miskin :
KB : Kondisi Rumah :
Rumah permanen ukuran 8 x 7 m, kamar 3 buah, jamban ada didalam rumah,
pekarangan cukup luas, ventilasi cukup, sumber air minum dari PDAM, sampah
dijemput oleh petugas sampah sekali sehari.

Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal bersama 6 orang serumah, 3 orang adalah saudara kandung pasien,
dan 2 orang menempati rumah tersebut dengan status menyewa kamar. Tarif
penyewaan kamar Rp 4.000.000 setahun
Rumah dan pekarangan pasien cukup bersih, pasien tidur sekamar dengan kakak
laki-lakinya, dan pasien mempunyai kebiasaan membersihkan rumahnya setiap
hari.
ASPEK PSIKOLOGIS DI KELUARGA
Pasien adalah anak kelima dari enam bersaudara, belum mempunyai pekerjaan tetap dan
hanya sekolah tamatan SD, sekarang pasien membiayai kehidupan sehari-hari dari
hasil penyewaan kamar dan pendapatan tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari.
3 saudara kandung yang tinggal satu rumah dengan pasien bekerja sebagai wiraswasta
dan belum berkeluarga,
Saudara kandung lainnya tinggal di kampung bersama ayah dan ibu pasien. Ayah bekerja
sebagai guru ngaji dan ibu tidak bekerja
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU/ PENYAKIT KELUARGA
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Saudara kandung dan orang yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
menderita keluhan yang sama dengan pasien
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan utama: mata sebelah kiri terlihat merah sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Mata sebelah kiri terlihat merah, terasa gatal, lengket dan berlendir sejak 3 hari yang lalu,
terasa ada yang mengganjal atau berpasir
Awalnya muncul bercak kemerahan yang terasa panas seukuran jarum pentul di pipi
sebelah kiri atas sejak seminggu yang lalu, lama kelamaan bercak membengkak
menjadi seukuran biji jagung dan mulai terasa nyeri, pada bengkak terlihat puncak
yang mengeluarkan rambut
Pasien mencoba mengobati sendiri dengan mengompres bengkak pada kulit dengan daundaunan pada hari ke tiga, setelah dikompres seharian bengkak menjadi pecah dan
menyusut
Bengkak kemudian semakin terasa dan meluas ke kedua kelopak mata sehingga kelopak
mata terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan
Sehari kemudian mata mulai terlihat merah, terasa gatal, lengket dan berlendir
Tidak ada penurunan tajam penglihatan dan tidak silau terhadap cahaya.
Setiap pagi pasien sulit membuka mata karena banyak kotoran berwarna kuning yang
menempel pada kelopak mata.
Ia merasa seperti menangis karena air matanya sering keluar.
Ia menyangkal adanya demam dan keluhan lain.
Selama ini ketika mengalami mata merah ia menggunakan obat tetes mata (insto), tetapi
untuk keluhan sekarang ia merasa tidak ada perbaikan.
Tidak ada riwayat trauma.
Mata sebelah kanan tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis kooperatif

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Nadi : 86 x/ menit
Nafas : 18 x/ menit
Suhu : 37,8 o C
Status Internus :
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
THT : Tidak ditemukan kelainan, kelenjar getah bening preaurikular tidak membesar
Leher : JVP 5-2 cm H2O, KGB tidak membesar
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
Abdomen : Perut tidak tampak membesar, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani,
bising usus normal
Ekstremitas : Perfusi baik, akral hangat

Status Dermatologikus
Lokasi : pipi kiri sebelah atas
Distribusi : terlokalisir
Bentuk/Susunan : tidak khas/ tidak khas
Batas/ Ukuran : tegas/ lentikuler
Efloresensi : nodul eritema, krusta kehitaman
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
Reflek fundus

OD

OS

5/5

5/5

(+)

(+)

Silia/ Supersilia

Madarosis (-), Trikiasis


(-)

Madarosis (-), Trikiasis


(-), krusta (-)

Palpebra superior

Udem (-)

Udem (+)

Palpebra inferior

Udem (-)

Udem (+)

Margo palpebra

Hordeolum (-)
Khalazion (-)

Hordeolum (-)
Khalazion (-)

Aparat lakrimalis

Lakrimasi normal

Hiperlakrimasi

Konjungtiva tarsalis

Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (+), Papil (-),

Folikel (-)

Folikel (-)

Konjungtiva forniks

Khemosis (-)

Khemosis (+)

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (-), Injeksi Hiperemis (+), Injeksi


Konjungtiva (-), Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi
Siliaris (-), Sekret (-)
Siliaris (-), Sekret (+)
mukoid

Sclera

Putih

Putih

Kornea

Bening

Bening

Kamera okuli anterior

Cukup dalam

Cukup dalam

Iris

Rugae (+), coklat

Rugae (+), Coklat

Pupil

Bulat, diameter 3 mm, Bulat, diameter 3 mm,


reflex (+)
reflek (+)

Lensa

Bening

Bening

Korpus vitreum

Bening

Bening

Fundus
Papil optikus
Retina
Macula
Aa/Vv retina

Tidak diperiksa
Batas, udem
Perdarahan, eksudat
Udem
Penyempitan, pelebaran

Tidak diperiksa

Teknan bulbus okuli

Normal palpasi

Normal palpasi

Gerakan bulbus okuli

Bebas kesegala arah

Bebas kesegala arah

LABORATORIUM
Pemeriksaan pewarnaan gram/ giemsa terhadap sekret
Pemeriksaan kultur dan sensitivity test
DIAGNOSIS KERJA
Furunkel + Blefaritis + Konjungtivitis bakterialis OS
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis viral
MANAJEMEN
Preventif :
Tidak memakai handuk bersama
Tidak tidur satu kasur dengan saudara sekamar
Menghindari pengobatan dengan menggunakan kompres yang dibuat dari
dedaunan
Menjaga kebersihan kulit muka dengan mencuci sebersih mungkin setiap
mandi, mandi dua kali sehari
Promotif :
Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularannya

Edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan


Kuratif :
Antibiotic sistemik
Antibiotic topical pada mata
Anti histamine
Analgetik anti inflamasi non steroid
Rehabilitatif :
Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit
jika terasa gatal
Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan
Kompres pada kulit yang bengkak dan mata yang merah dengan air hangat dua
kali sehari
Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : bonam
Quo ad Kosmetikum : bonam

Anda mungkin juga menyukai