Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN RESPONSI UJIAN

KLIEN DENGAN KASUS HIPOSPADIA


Di Ruang Cendana 4 RSUP DR Sardjito Yogyakarta

Tugas Individu
Stase Keperawatan Anak Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun oleh :
Latifah Sidhi Adnani 14/375177/KU/17499

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

HIPOSPADIA
A. Definisi
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang ditandai dengan letak meatus uretra yang
abnormal, yaitu di posterior penis. Terdapat berbagai derajat kelainan, tergantung pada posisi
meatus uretra. Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital yang paling sering
terjadi pada genetalia laki-laki, terjadi pada salah satu dalam 350 kelahiran laki-laki.Sebagian
besar penderita hipospadia memiliki bentuk penis yang melengkung akiba tterbentuknya
jaringan ikat ( fibrosis) yang bersifat menarik dan mengerutkan kulit sekitar.Jaringan parut di
sekitar muara saluran kencing tersebut disebut chordee. Selain itu, pada penderita hipospadia
biasanya juga memiliki kelainan berupa testis yang belum turun sampai ke kantung
kemaluannya (undescended testis).

B. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.s
C. Patofisiologi
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam
utero.Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke
10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline
dan meatus terbuka pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral kecil
dan tampak seperti kap atau menutup. Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi

oleh testis. Tanpa adanya testis, maka struktur wanita seperti klitoris, labia minora dan
labia mayora dominan, tetapi dengan adanya testis, klitoris membesar menjai penis,
sulkus antara labia minora terbentuk menjadi uretra dan labia mayora berkembang
menjadi skrotum, ke dalam sana testis kemudian turun. Hipospadia terjadi jika sel testis
yang berkembang secara premature berhenti memproduksi androgen, karena itu
menimbulkan interupsi konversi penuh dari genitalia eksterna menjadi bentuk laki laki.
D. Klasifikasi
Terdapat banyak klasifikasi pada hipospadia. Hipospadia dibagi menurut posisi
meatus dan derajat kelengkungan penis. Meatus uretra eksternal bisa berlokasi dari glans
penis hingga perineum. Makin proksimal letak meatus, makin berat kelainannya dan makin
jarang frekuensinya.

E. Penatalaksanaan
Koreksi bedah untuk memperbaiki kelainan anatomi merupakan satusatunya
penanganan untuk hipospadia. Tujuan operasi hipospadia adalah melakukan koreksi penis
yang melengkung, agar tidak menghambat ereksi saat melakukan penetrasi vagina layaknya
penis normal dan menempatkan muara uretra di ujung penis, sehingga dapat melakukan miksi
dan pembuahan secara normal, membuat tampilan luar layaknya penis normal, dan setelah
operasi tanpa adanya fistel. Penampilan penis merupakan salah satu faktor yang mendapat
perhatian pasien pasca operasi hipospadia dan berperan penting bagi aspek psikoseksual
pasien. Selain reposisi meatus uretra, perbaikan penampilan penis secara kosmetik juga
merupakan tujuan penatalaksanaan operasi hipospadia. Meskipun, koreksi bedah merupakan
satu-satunya penanganan untuk hipospadia, pemahaman tentang molekular dan mekanisme
hormonal daripada hipospadia mungkin berkontribusi untuk pencegahan dan pengurangan
insidensi hipospadia
Fistula uretrokutan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dari operasi
hipospadia. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya fistula uretrokutan antara lain
devaskularisasi kulit, garis jahitan yang tegang, superposisi uretra dan garis jahitan pada
kulit, infeksi luka operasi, perforasi kulit akibat jahitan, dan tepi luka operasi yang memisah.
Fistula dapat timbul segera atau beberapa tahun setelah operasi. Fistula yang timbul segera
setelah operasi akibat dari penyembuhan lokal yang buruk, bisa karena hematom, infeksi, dan

aproksimasi yang terlalu tegang. Terkadang fistula dapat menutup spontan dengan perawatan
lokal yang agresif dan disertai diversi urine.
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 - 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di
bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan
3. Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,
multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi
4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan
pada daerah luka

DAFTAR PUSTAKA
Limatahu,N.,Oley,M.H., dan Monoarfa,A.2012.Angka kejadian hipospadia di RSUP.Prof
Dr.R.D.Kandou Manado.Artikel.Manado: Universitas Sam Ratulangi
Sastrasupena H. Hipospadia. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD,Kartono D,
Hutagalung EU, Sumardi R, Luthfia C, editors. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Edisi
pertama. Tangerang: Binarupa Aksara: hal. 399-403.
Sukasah CL, Supit L. Sidik-Chaula urethroplasty and the manset flap for nonglanular
hypospadias repair. JPR. 2012;1:74-81.
Yopalika, P,dkk.2011. Luka Post Operasi.Makalah.Semarang : Prodi Ilmu Keperawatan
Universias Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai