Blok 25 NKB BBLR SMK
Blok 25 NKB BBLR SMK
Penilaian usia gestasi juga dapat dilakukan sesaat setelah bayi baru lahir, yaitu dengan
penilaian Ballard(Ballard Score). Sistem penilaian ini berguna untuk menentukan usia gestasi
bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Pada penilaian neuromuskular
yang dilihat adalah:3-5
1. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat
otot diregangkan.Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit
lebih awal dari ekstremitas atas. Untuk mengamati postur, bayi ditempatan terlentang dan
pemeriksa menunggu
sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat
dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau
sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya.
Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
2. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.Pemeriksa meluruskan jari-jari
bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut
antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan
berturut-turut > 90, 90, 60, 45, 30, dan 0.
3. Arm recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan
cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian
bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati
reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1:
fleksi parsial 140-180, Skor 2: fleksi parsial 110-140, Skor 3: fleksi parsial 90-100, dan
Skor 4: kembali ke fleksi penuh.
4. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi.Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok,
paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks
dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan
sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan
pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.Kaki diekstensikan
sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi.Ukur sudut yang terbentuk antara paha
dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi
berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini
untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi.
5. Scarf sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi
melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua
bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi
siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada
tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus
xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4).
6. Heel to ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi
terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin
dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan
amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka
pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil
dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0);
dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4).
Selanjutnya dilakukan juga pemeriksaan maturitas fisik, diantaranya pemeriksaan
kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.Masing-masing hasil
penilaian baik maturitas fisik maupun neuromuskular disesuaikan dengan skor di dalam tabel
dan dijumlahkan hasilnya, intepretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.Sebagai contoh,
aspek maturitas fisik jumlahnya 12 dan aspekneuromuskular jumlahnya 13, jumlah aspek
maturitas fisik ditambah aspek neuromuskular adalah 25. Menurut tabel penilaian tingkat
kematangan Ballard, jumlah nilai 25 tingkat kematangannya sesuai dengan masa gestasi 34
minggu.Perhatikan gambar 2.3-5
Definisi1
Masa gestasi atau umur kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai
Bayi Berat Lahir Cukup/Normal adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >
(294 hari).
Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)disebut juga small for gestational
age/SGA adalah bayi dilahirkan dengan berat lahir (< 10 persentil) menurut grafik
Lubchenco.
Bayi Besar untuk Masa Kehamilan(BMK)disebut juga large for gestational
age/LGA adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut
grafik Lubchenco. Perhatikan gambar 2.
Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang yang berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.Tangan serta
alat yang digunakan untuk pemeriksaan harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada BBL
dilakukan paling kurang tiga kali, yaitu: 1) pada saat lahir, 2) pemeriksaan yang dilakukan
dalam 24 jam di ruang perawatan, dan 3) pemeriksaan pada waktu pulang.6
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin, tujuannya adalah:
1) menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang
memerlukan resusitasi, 2) untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu
tindakan segera (misalnya atresia ani, atresia esophagus), trauma lahir, 3) menentukan apakah
BBL tersebut dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau di tempat perawatan khusus
untuk diawasi, atau di ruang intensif, atau segera dioperasi.6
Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah bayi
berada di tempat perawatan. Tujuannya agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama
akan ditemukan pada pemeriksaan ini. pemeriksaan di kamar bersalin dan di ruang rawat
sebaiknya di bawah lapu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan bayi di ruang
rawat harus dilakukan di depan ibunya, kelainan yang ditemukan harus diterangkan kepada
ibunya dan harus dijelaskan apakah kelainan tersebut berbahay atau tidak agar si ibu dapat
memahami dan merasa lebih tenang.6
Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakhir.
Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat dipulangkan
(hematoma sefal, ginekomastia, ikterus), atau mungkin pula adanya bising yang hilang timbul
pada masa BBL, atau bayi menderita penyakit yang didapat di rumah sakit seperti aspirasi
pneumonia, infeksi nosokomial, dan lain-lain. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik
adalah lingkar kepala, berat, panjang, kelainan fisis yang ditemukan, frekuensi napas dan
nadi, serta keadaan tali pusat.6
Pada pemeriksaan di kamar bersalin, yang perlu diperiksa adalah:4,6,7
1. Menilai adaptasi, hal ini perlu segera diperiksa di kamar bersalin untuk melihat apakah
bayi beradaptasi dengan baik atau memerlukan resusitasi. Bayi yang mungkin memerlukan
resusitasi adalah bayi yang lahir dengan pernapasan tidak adekuat, tonus otot kurang, ada
mekonium di dalam cairan amnion atau lahir kurang bulan. Nilai APGAR masih tetap
digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Nilai
APGAR dapat dilakukan pada menit pertama dan kelima kehidupan, jika nilai masih
dibawah 7 atau bayi memerlukan resusitasi maka penilaian ini diteruskan setiap 5 menit
sampai normal atau sampai 20 menit. Nilai Apgar tidak digunakan untuk menentukan
perlunya resusitasi. Lihat tabel 1.
2. Mencari kelainan kongenital, terutama untuk yang memerlukan penangan segera. Pada
anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena
radiasi, atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan
bawaan pada keluarga. Disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang
dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti diabetes melitus, asma brokial, dan
sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat dan
plasenta.
3. Mulut, perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palatoskisis, harus perhatikan juga apakah
terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esophagus (khusunya
pada bayi yang kecil untuk masa kehamilan, arteri umbilikalis hanya satu, polihidramnion,
atau hipersalivasi). Perhatikan juga hipoplasia otot depressor anguli oris, pada keadaan ini
terlihat asimetris wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke
bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat. Pada 20%
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan kardiovaskular
dan dislokasi panggul kongenital.
4. Anus, perhatikan adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam
anus.
5. Kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus pilonidalis,
ambigus genitalia, eksomfalos, dan lain-lain.
6. Jenis kelamin.
0
Tidak ada
1
< 100
2
100
(pulse)
Usaha napas
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
(respiratory)
Tonus otot (activity)
Lumpuh
Ekstremitas fleksi
Gerakan aktif
Refleks (grimace)
Tidak bereaksi
sedikit
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Warna kulit
Seluruh tubuh
Tubuh kemerahan,
Seluruh tubuh
(appearance)
biru/pucat
ekstremitas biru
kemerahan
Pemeriksaan di ruang rawat, harus dilakukan dalam waktu 24 jam, untuk mendeteksi kelainan
yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin. Pemeriksaan ini meliputi:6,7
1. Aktivitas fisik, keaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi,
dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris. Bila ada asimetris pikirkan
terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang.
2. Tangisan bayi dapat member keterangan tentang keadaan bayi. Tangisan melengking
ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau
merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan pernapasan.
3. Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya sindrom Down, sindrom
Pierre-Robin, sindrom de Lange, dan sebagainya.
4. Keadaan gizi, dinilai dari berat dan tinggi badan, disesuaikan dengan masa kehamilan,
tebal lapisan subkutis serta kerutan pada kulit.
5. Pemeriksaan suhu pada BBL diukur pada aksila. Suhu normal BBL adalah antara 36,537,5 oC. Suhu meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, atau
kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan
besar disebabkan oleh sepsis, perlu diingat bahwa infeksi/sepsi pada BBL dapat saja tidak
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermi.
6. Paru, penilaian keadaan paru dengan observasi tidak kalah penting dari auskultasi dan
palpasi. Selain melihat warna kulit bayi, amati frekuensi napas dan tanda lain distres
pernapasan seperti retraksi dan merintih. Frekuensi napas yang normal pada BBL adalah
40-60 kali per menit. Semua BBL bernapas dengan diafragma, sehingga pada waktu
inspirasi bagian dada tertarik ke dalam dan pada saar yang sama perut bayi membuncit.
7. Kardiovaskular, denyut nadi bervariasi dari 90 kali/menit saat bayi tidur sampai 180
kali/menit selama aktivitas. Denyut jantung bayi premature yang tenang berkisar antara
140-150 kali/menit. Nadi di kaki dan tangan harus diperiksa pada waktu lahir dan saat
dipulangkan. Sekitar 60% dari BBL normal memiliki bising sistolik pada usia 2 jam, tetapi
persentase ini berkurang sampai 1% pada pemeriksaan rutin bayi.
Selain itu perlu diperhatikan juga pada BBL apakah mengalami ikterus atau tidak,
karena hampir selalu BBL mengalami ikterus.Pemeriksaan derajat kuning (ikterus) pada BBL
secara klinis, sederhana, dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer. Caranya
dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang
telah diperkirakan kadar bilirubinnya.Perhatikan tabel 2.6
Tabel 2. Derajat Ikterus pada Neonatus Menurut Kramer
Zona
1
2
3
4
5
indirek (mol/L)
100
150
200
250
> 250
Diagnosis
Sesuai dengan skenario dimana bayi lahir pada usia gestasi 34 minggu dengan berat
badan lahir 2000 gram, maka diagnosis kelahiran bayi ini adalah kelahiran kurang bulang
(bayi kurang bulan/BKB). Namun melihat berat badan lahir yang sudah mencapai 2000 gram,
bila lihat sesuai usia gestasi (dengan grafik Lubchenco) maka bayi tersebut sesuai dengan
masa kehamilan (SMK), tetapi berat badan lahirnya tergolong rendah ( < 2500 gram, atau
BBLR). Dari pengamatan awal terlihat bayi menangis kuat (nilai 2), aktif (nilai 2), denyut
jantung 140 kali/menit (nilai 2), refleks bersin positif (nilai 2), dengan ekstremitas sedikit
biru (nilai 1), maka jumlah nilai APGAR adalah 9, berarti nilainya baik.Namun setelah 48
jam tampak ikterus, berarti merupakan ikterus fisiologis.
Prematuritas
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan
37 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir) tanpa memperhatikan berat badan. Berat
badan lahir rendah dikelompokan sebagai berikut: 1) bayi berat badan lahir amat sangat
rendah (BBLASR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1000 gram, 2) bayi berat
badan lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1500 gram,
dan 3) bayi berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 15002500 gram.7
Ikterus
Ikterus diamati selama usia minggu pertama pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan
80% bayi preterm. Warna kuning biasanya akibat di dalam kulit terjadi akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tidak terkonjugasi, non polar (bereaksi indirek) yang dibentuk dari
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi
nonenzimatik dalam sel retikuloendotelial.7
Sebelum menentukan apakah benar bayi tersebut ikterus mungkin ada beberapa hal
yang perlu ditanyakan kepada orang tua/pengasuh bayi tentang riwayat keadaan bayi
sebelumnya, sebagai berikut:
1. Identitas pasien lengkap.
2. Keluhan utama pasien misalnya badan kuning, atau bayi menangis terus.
3. Apabila keluhan ikterus, maka perlu ditanyakan sejak kapan bayi mulai ikterus, apakah
sejak lahir atau beberapa hari sejak lahir. Hal ini dapat membedakan antara ikterus
patologis dan ikterus fisiologis. Dapat pula ditanyakan di bagian mana saja ikterus
ditemukan, apakah di badan saja, atau juga ditemukan di sklera.
4. Tanyakan pula apakah urin anak sebelumnya berwarna gelap.
5. Pada bayi ikterus sejak lahir penting ditanyakan golongan darah kedua orang tua. Ikterus
pada bayi bisa terjadi apabila ibu bergolongan darah O dan ayah bergolongan darah lain
misalnya A atau B.
6. Tanyakan pula apakah rhesus kedua orang tua bayi tersebut. Ikterus juga dapat terjadi
akibat inkompatibilitas rhesus kedua orang tua. Dimana rhesus ibu negatif, sedangkan
rhesus ayah positif.
7. Adakah riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit hati.
8. Adakah riwayat inkompatibilitas darah dalam keluarga.
9. Tanyakan pula penyakit penyakit yang diderita ibu selama kehamilan.
10. Apakah ada trauma lahir, asfiksia.
11. Apakah ada penundaan pengikatan tali pusat.
12. Apakah bayi mendapat tranfusi darah sebelumnya.
13. Tanyakan tentang pemberian ASI dan makanan.
Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal, sehingga
proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan ini akan menyebabkan
dominasi bilirubin tak terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan bayi baru lahir,
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi merupakan fenomenal transisional yang normal, tetapi
pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin
berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat
bertahan hidup pada jangka panjang akan menimbulkan sekuele neurologis. Dengan
demikian, setiap bayi yang mengalami kuning, harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi
merupakan keadaan yang fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah mempunyai
kecenderungan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia yang berat.8
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
kuning pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.Ikterus
secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.8
Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar
patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi
menjadi kernikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.8-10
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar
1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan
demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke
2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2
mg/dl pada hari ke 5-7 kehidupan. Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus
fisiologis dan diduga sebagai akibat konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan
menurun dengan cepat selama beberapa hari pertama kehidupan, umur sel darah merah pada
bayi baru lahir lebih pendek dibandingkan sel darah merah orang dewasa, imaturitas enzimenzim
hati
mengganggu
konjugasi
dan
ekskresi
bilirubin.4,9,10
lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya
mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan
diperlihatkan bergantung pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai
pematangan mekanisme metabolisme ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl
tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang-kadang ikterusditemukan setelah hari ke-
10.Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan
menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan
laboratorium.9,10
Ikterus non fisiologis adalah: 1) ikterus yang terjadi sebelum umur 24 jam, 2) setiap
peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi, 3) peningkatan kadar
bilirubin total serum > 0,5 ml/dL/jam, 4) adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada
setiap bayi (muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apneu,
takipneu, atau suhu yang tidak stabil), 5) ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup
bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.8
Metabolisme bilirubin. Bilirubin merupakan produk dari metabolisme hemoglobin
dan protein hem lainnya. Produk pemecahan awal adalah bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin
indirek), yang dibawa di dalam darah dalam keadaan terikat dengan albumin.Ketika ikatan
albumin tersaturasi, bilirubin tak terkonjugasi yang bebas dapat melewati sawar darah-otak
karena bersifat larut lemak.Bilirubin tak terkonjugasi yang berikatan dengan albumin
dikonjugasi di hati (bilirubin direk), yang diekskresikan melalui saluran empedu ke dalam
saluran cerna. Sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran cerna (sirkulasi
enterohepatik).4
Ikterus dalam 24 jam dari saat kelahiran paling mungkin bersifat hemolitik. Keadaan
ini berpotensi berbahaya karena bilirubin yang dominan adalah yang tak terkonjugasi (dan
berpotensi neurotoksik) dan dapat meningkat dengan cepat sampai kadar yang sangat tinggi.
Beberapa ikterus non fisiologis yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran:4,7-10
1. Inkompabilitas ABO
Biasa terjadi pada ibu dengan golongan darah O, dan golongan darah bayi A atau B. IgG
antihemolisin maternal melewati plasenta dan menyebabkan hemolisis pada bayi. Pada
pemeriksaan antibody direk (Tes Coombs) positif (namun hasil yang positif merupakan
predictor buruk bahwa bayi akan mengalami ikterus hanya 10% yang membutuhkan
fototerapi).
Tidak
seberat
dibandingkan
inkompabilitisan
rhesus.Onset
setelah
albumin. Adanya
keadaan
seperti
hipoksemia,
hiperkarbia,
hipotermia,
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan
(dismatur).
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga
neonatus preterm / BBLR / SMK.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau bblr adalah :
Faktor Ibu
1) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
2) Gizi saat hamil kurang
3) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
4) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
5) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
6) Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
7) Faktor pekerja terlalu berat
8) Primigravida
9) ibu muda
Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil
seperti pre eklamsia, eklamsi, ketuban pecah dinic.
Faktor Janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomali congenital
Faktor Kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain,
Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLSR).3
Neonatal Care
Unit neonatal di rumah sakit khusus merawat bayi yang lahir lebih awal, dengan berat
badan rendah atau yang memiliki kondisi medis yang memerlukan perawatan khusus. Bayi
yang baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan luar. Yang terpenting ialah bila
bayi lahir, bayi tersebut sudah tidak bergantung pada plasenta ibu Sebelum lahir, bernapas,
makan ditanggung oleh ibu. Setelah bayi lahir, akan terjadi perubahan system yang sangat
drastis dari si bayi, contohnya :
Perubahan cardiovaskular
Digestive System
Sistem Imun.
Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir dengan berat
badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil dan dengan kontrol
antenatal secara teratur.
Prognosis
Sekarang ada 95% atau lebih peluang bertahan hidup pada bayi yang dilahirkan
dengan berat badan antara 1501 dan 2500 gram, tetapi bayi-bayi dengan berat badan kurang
masih mempunyai mortalitas yang lebih tinggi secara bermakna. Bila tidak ada kelainan
kongenital, jejas sistem saraf pusat, dan BBLSR atau IUGR yang mencolok, pertumbuhan
fisik bayi BBLR selama 2 tahun pertama cenderung mendekati pertumbuhan fisik bayi cukup
bulan; hal ini terjadi lebih awal pada bayi prematur yang ukuran lahirnya lebih besar. Pada
umumnya, semakin hebat tingkat prematuritasnya dan semakin rendahnya berat badan lahir
bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya defisit intelektual dan neurologis.7
Sebanyak 50% bayi dengan berat 500-750 gram mempunyai cacat perkembangan
saraf yang berarti (kebutaan, ketulian, retardasi mental, palsi serebral). Ibu-ibu dengan sosio
ekonomi rendah lebih mungkin mempunyai bayi BBLR yang cenderung berkembang kurang
baik daripada mereka yang mempunyai lingkungan pasca lahir yang lebih baik.7
Kesimpulan
Pemeriksaan prenatal pada ibu hamil sangat penting dilakukan untuk memantau
kesehatan ibu dan janin.Anamnesis lengkap harus dilakukan untuk mencegah kesalahan
diagnosis.Bayi yang lahir kurang dari 37 minggu merupakan bayi kurang bulan atau
prematur, dalam hal ini bayi tersebut butuh perhatian yang lebih, jadi perlu dilakukan
pemeriksaan fisik yang lebih cermat. Untuk mengetahui perbandingan berat badan yang
sesuai dengan usia gestasi dapat dilihat dengan menggunakan grafik Lubchenco.
Pada bayi prematur dengan berat badan sesuai masa kehamilan, berat badan lahir
rendah, akan dapat tumbuh baik bila disertai dengan pola asuh dan pemberian nutrisi secara
tepat.
Ikterus fisiologis hampir terjadi pada 60% kelahiran bayi cukup bulan dan 80% pada
bayi kurang bulan, dan terjadinya biasa setelah hari ke 2 kelahiran atau minggu pertama
kelahiran. Hal ini lebih ringan di bandingkan dengan ikterus non fisiologis yang terjadi pada
24 jam pertama kehidupan bayi.
Daftar Pustaka
1. Sylviati M D. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, 2010.h.11-25.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams volume 1. Edisi ke-23. Jakarta: EGC, 2012.h.204-9.
3. Maryati. Ballard score. Edisi 2011. Diunduh dari
http://blogs.unpad.ac.id/maryati/files/2011/01/Ballard-Score.pdf, 3 Juni 2013.
4. Lissauer T, Fanariff AA, Rodriguez RJ, Weindling M. At a glance neonatologi. Jakarta:
Erlangga, 2008.h.68-9, 96-7, 186.
5. Colson ER, Chapman RL, Held MR. Evaluation and Care of the Normal Neonate.
Edition March 2012. Downloaded from
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/approach_to_the_care_of_normal
_infants_and_children/evaluation_and_care_of_the_normal_neonate.html, 3rd June
2013.
6. Suradi R. Pemeriksaan fisis pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010.h.7186.
7. Kliegman RM. Janin dan bayi neonatus. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM.
Nelson: ilmu kesehatan anak volume 1. Edisi ke-15.Jakarta: EGC, 2000.h.535-41, 56171
8. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI,
Usman A. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010.h.147-62.
9. Nelson. Esensi pediatric nelson. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2010.h.674.
10. Susi N, Syamsi R M, Sikumbang T M N, Hartanto H, Vera, Bani A. Buku ajar pediatri
Rudolph. Edisi 20, Vol 2. Jakarta: EGC; 2007.h.1249-50, 1313-37, 1320-1.
11. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC, 2005.h.483-4.