Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendahuluan
Fieldtrip ke daerah Padalarang ini merupakan bagian dari kegiatan himpunan di
program studi Teknik Geologi Universitas Trisakti. Fieldtrip ini bertujuan melatih
mahasiswa agar dapat melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung
pada suatu singkapan batuan serta memberikan wawasan keadaan geologi daerah
Padalarang dan sekitarnya secara umum.
Kegiatan yang dilakukan dalam fieldtrip ini meliputi pengamatan singkapan
batuan; deskripsi tekstur dan mineralogi untuk menentukan jenis-jenis batuan,
susunan batuan, pengamatan penyebaran dan hubungan antar satuan batuan
(stratigrafi, bentuk dan kedudukan batuan), struktur geologi (perlapisan batuan, kekar,
lipatan, sesar, pengamatan morfologi dan proses-proses geologi yang terjadi di
permukaan, misalnya: pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
2. Stratigrafi Regional
Berdasarkan jenis sedimen pembentuknya, Jawa Barat dibagi menjadi tiga
mandala sedimentasi ( Martodjojo, 1989 ), yaitu :

Mandala Paparan Kontinen di utara


Lokasi mandala ini sama dengan zona Dataran Pantai Jakarta dan terletak
paling utara pada Zona Fisiografi van Bemmelen (1949). Mandala ini
dicirikan oleh endapan paparan yang umumnya terdiri dari batugamping,
batulempung, dan batupasir kuarsa, serta lingkungan pengendapan umumnya
laut dangkal dengan ketebalan sedimen dapat mencapai 5000 m.

Mandala Banten di barat


Sebenarnya Mandala sedimentasi ini tidak begitu jelas, karena sedikitnya data
yang diketahui. Pada umur Tersier Awal, mandala ini lebih menyerupai
Mandala Paparan Kontinen, sedangkan pada Tersier Akhir cirinya sangat
mendekati Mandala Cekungan Bogor.

Mandala Cekungan Bogor di selatan dan timur

Mandala ini terletak di selatan Mandala Paparan Kontinen yang meliputi


beberapaZona Fisiografi van Bemmelen (1949), yakni: Zona Bogor, Zona
Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan
oleh endapan aliran gravitasi, yang kebanyakan berupa fragmen batuan beku
dan batuan sedimen, seperti: andesit, basalt, tuf, dan batugamping.
Ketebalannya diperkirakan lebih dari 7000 m.
Stratigrafi Cekungan Bogor dari tua ke muda terdiri dari Formasi Ciletuh, Formasi
Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala, Formasi Jampang, Formasi
Citarum, Formasi Saguling, Formasi Bantargadung, Formasi Cigadung, Formasi
Cantayan, Formasi Bentang, Formasi Beser, Formasi Tambakan, dan Endapan
Gunungapi Muda (Gambar 2.2). Adapun daerah fieldtrip meliputi Formasi Bayah,
Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala, dan Formasi Citarum.

Gambar 2.2. Stratigrafi Umum Cekungan Bogor ( Martodjojo, 2003 )

Mandala Cekungan Bogor menurut Martodjojo (1984, 1989) terdiri dari tiga siklus
pengendapan. Pertama-tama diendapkan sedimen laut dalam, kemudian sedimen
darat yang berangsur berubah menjadi sedimen laut, dan yang terakhir diendapkan
sedimen dengan mekanisme aliran gravitasi. Siklus pertama dan kedua sumber
sedimen berasal dari utara, sedangkan siklus ketiga berasal dari selatan.

Siklus pertama

Pada siklus ini diendapkan Formasi Ciletuh yang terdiri dari perselingan lempung dan
pasir dengan sisipan breksi, yang diendapkan dengan mekanisme arus gravitasi diatas
endapan melange. Siklus ini terjadi pada Kala Eosen, ketika cekungan ini berada di
muka busur vulkanik (cekungan muka busur). Endapan tertua di Cekungan Bogor ini
berumur Eosen awal yang dijumpai di Teluk Ciletuh (Martodjojo, 2003).

Siklus kedua

Siklus kedua terjadi pada Kala Eosen - Miosen Awal yang berturut-turut diendapkan
endapan Formasi Bayah pada Oligosen Awal Tengah pada lingkungan fluvial
deltaic, lalu secara tidak selaras diatasnya diendapkan Formasi Batuasih yang terdiri
dari batulempung hitam dan serpih yang merupakan endapan laut dangkal. Formasi
ini saling menjari dengan Formasi Rajamandala yang berupa batugamping pada
lingkugan pengendapan laut dangkal, dengan umur satuan Oligosen Miosen. Siklus
ini juga berasal dari selatan. Komponen kuarsa yang dominan pada Formasi Bayah
memberikan indikasi bahwa sumber sedimentasi pada kala tersebut berasal dari
daerah yang bersifat granitis, kemungkinan besar berasal dari Paparan Sunda yang
berasal dari utara. Daerah utara Sesar Cimandiri ini pada kala OligosenMiosen
diperkirakan merupakan periode yang didominasi oleh sedimen vulkanik yang
berasosiasi dengan sistem busur kepulauan (Garrad, 1991 op. cit Martodjojo, 2003).

Siklus ketiga

Siklus ini merupakan siklus terakhir yang berasal dari selatan. Pada kala Miosen Awal
dibagian terbawah diendapkan breksi dan tuf dari Formasi Jampang pada kipas atas
yang merupakan endapan akibat arus gravitasi, di bagian utara. Formasi yang

berkorelasi dengan Formasi Jampang adalah Formasi Citarum yang berupa tuf dan
greywacke yang diendapkan pada kipas bawah. Kedua Formasi yang berkorelasi ini
merupakan suatu bagian sebuah sistem submarine fan. Formasi Jampang mewakili
bagian upper fan dan Formasi Citarum mewakili lower fan. Pada Miosen Tengah
diendapkan Formasi Saguling berupa breksi yang ditutupi secara selaras oleh Formasi
Bantargadung berupa batulempung dan greywacke berumur Miosen Tengah bagian
akhir. Pada kala Miosen akhir, Cekungan Bogor masih terletak pada belakang busur.
Pada kala ini diendapkan Formasi Cigadung di bagian selatan yang terdiri dari breksi
yang dominan dan Formasi Cantayan di bagian utara dengan ciri breksi berseling
dengan batulempung dan batupasir. Keduanya diendapkan pada lingkungan
pengendapan laut dalam dengan mekanisme arus gravitasi.
Cekungan Bogor sebagian sudah merupakan daratan yang ditempati oleh
puncakpuncak gunung api pada kala Pliosen. Cekungan Bogor pada kala ini
merupakan jalur magmatis (busur vulkanik). Daerah pegunungan di selatan
mengalami penurunan dan genang laut, dan di tempat ini terendapkan Formasi
Bentang. Sedang di bagian utara terjadi aktivitas gunung api yang menghasilkan
Formasi Beser.
Pada PlistosenResen, geologi Pulau Jawa sama dengan geologi saat ini.
Aktivitas gunung api yang besar terjadi pada permulaan Plistosen yang menghasilkan
Formasi Tambakan dan endapan gunung api muda saat ini. Pada permulaan kala ini
terjadi perpindahan pusat gunung api dari selatan ke tengah Pulau Jawa yang
merupakan gejala umum yang terjadi di seluruh gugusan gunung api sirkum pasifik
(Karig & Sharman, 1955,op. cit Martodjojo, 2003).
Daerah fieldtrip merupakan bagian dari Cekungan Bogor yang tersusun atas Formasi
Bayah, Formasi Batuasih. Formasi Rajamandala dan endapan vulkanik muda.
Struktur Geologi Daerah Rajamandala
Hubungan natara struktur geologi Daerah Rajamandala dengan tektonik
regional tidak jelas. Daerah Rajamandala menunjkkan perlipatan yang intensif,

berasosiasi dengan thrusting ke arah utara. Pegunungan selatan Jawa Barat secara
regional hanya menunjukkan kemiringan yang rendah ke arah selatan, yang
merupakan hasil stress subduksi di selatan yang berarah ke utara selama orogeni PlioPleistosen. Thrust yang berarah ke utara ditemukan di utara daerah Rajamandala.
Meskipun paleogeografi selama Oligosen menunjukkan bahwa Pegunungan
Rajamandala terbentuk di tepi utara off-shelf platform, diperkirakan terpisah dari
Bogor Trough utara oleh sesar normal, dengan blok selatan menjadi upthrown dan
miring ke selatan. Penjelasan yang lain adalah bahwa perbedaan pergerakan vertikal
di sepanjang rejuvanated fault menghasilkan pelengkungan sedimen pada tepi utara
blok dan setelah itu sesar normal berkembang menjadi reverse fault dan berasosiasi
dengan perlipatan simetri.
Struktur geologi Rajamandala agak rumit. Punggungan Rajamandala
menunjukkan trend struktur ENE-WSW, dengan dip sekitar 40-60 ke arah selatan. Di
bagian barat punggungan Rajamandala reverse fault berarah ENE bercabang menjadi
dua reverse fault yang membelok ke arah utara dengan dip ke selatan. Di bagian utara
reverse fault, Formasi Citarum menunjukkan dipnya berputar 60-80 dan lipatan
asimetrik berputar berasosiasi dengan reverse fault sepanjang bidang sumbu. Di
bagian barat sinklin benkung terdapat beberapa bukit batugamping terisolasi (Gua
Pawon, Gunung Masigit dan Pasir Bancana) dengan dip tidak teratur yang
menunjukkan tektonik yang rumit. Hal ini diinterpretasikan sebagai sisa puncak
antiklin batugamping yang trelipat kuat yang patah dimana bagian yang trejal terbawa
dalam aliran pergerakan serpih plastis Formasi Batuasih dari inti antiklin. Posisi
struktur blok ini sangat rumit oleh kehadiran zona sesar yang lebar yang diperkirakan
strike-slip dengan jurus N_S, struktur Rajamandala berpotongan dan offsetting pada
sudut tinggi. Dalam zona sesar, batugamping dan sedimen yang berasosisasi
menunjukkan lapisan yang tidak teratur, yang secara lokal paralel ke arah sesar.

Peta Geologi Daerah Penelitian (

Kolom kesebandingan stratigrafi dengan peneliti-peneliti sebelumnya (modifikasi Martodjojo, 1984 dan Koesoemadinata 1985)

Kolom Stratigrafi Daerah Fieldtrip

Anda mungkin juga menyukai