Anda di halaman 1dari 5

DIFTERI

Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat


PENDAHULUAN
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular (contangious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang
menginfeksi saluran pernapasan terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan
faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara
yang tercemar oleh carrier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin
penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 5 tahun. Dilaporkan 10%
kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan
pertama dari abad ke 20, difteri merupakan penyebab umum kematian bayi dan ana-anak
muda. Penyakit ini juga ditemui di daerah padat penduduk denga tingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu menjaga kebersihan tubuh sangatlah penting, karena berperan dalam
menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT ( Dyptheria, Pertusis, Tetanus) penyakit difteri
jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak
mendapat vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran napas
ini.
ANAMNESIS
Secara umum untuk mendiagnosa suatu penyakit tentu diperlukan anamnesis terlebih
dahulu. Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yang profesional dan optimal.1Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, terara dan lengkap
karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis sangat berguna untuk
menegakkan diagnosis.
Pada kasus anak dengan sesak nafas, maka ha yang perlu ditanyakan adalah2:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sejak kapan sesak nafas yang dialami?


Polanya: malam/siang/sepanjang hari
Keluhannya pertama kali atau sudah berulang-ulang?
Faktor yang memperberat sesak?
Adakah gejala penyerta?
Riwayat tersedak
Riwayat atopi pada keluarga
Riwayat imunisasi pasien

PEMERIKSAAN FISIK
Selain melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk lebih
mendukung diagnosis. Pemeriksaan fisik merupakan suatu keterampilan dasar yang harus
dikuasai seorang dokter.
Menilai status umum pasien : pada kasus kesadaran kompos mentis, pasien tampak
sakit berat.
Memeriksa tanda-tanda vital pasien yaitu suhu , tekanan darah, nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Pemeriksaan lokalis
Dari anamnesis pada orang tua pasien dimana terdapat kesulitan dalam menelan dan
pasien tidak mau makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan pada rongga
mulut dan leher pasien.3

Inspeksi cavum oris : melihat apakah terdapat tanda radang pada tonsil atau
terdapat bercak-bercak. Pada inspeksi saluran nafas atas sering terdapat
petekie pada palatum durum maupun palatum mole. Parhatiakn dinding
posterior faring apakah terdapat hiperemi, edema, membran, eksudat, abses,
atau post nasal drips. pada inspeksi saluran napas atas biasanya dinding faring
ikut terkena sehingga berwarna kemerah-merahan. Edema faring biasanya
ditandai oleh mukaosa yang pucat dan sembab. Pada infeksi difteri emberikan
bercak putih abu-abu yang sulit diangkat dan bila dipaksa diangkat akan
mudah berdarah.
Perhatikan juga tonsil. Apakah terjadi pembesaran dan apakah terdapat bercakbercak

Inspeksi dan palpasi regio colli : Apakah terdapat tanda-tanda radang, apakah
terdapat

pembesaran kelenjar getah bening dan berapa ukurannya. Bila

ukurannya lebih dari 1 cm bararti abnormal.

Inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi thoraks.3

Inspeksi: Bentuk, simetris/tidak simetris dalam keadaan statis dan


dinamis, retraksi sela iga, penonjolan,

Auskultasi : Mendengarkan suara napas dasar dan suara napas


tambahan. Suara napas pada bayi dan anak cenderung lebih keras
dibandingkan orang dewasa karena tiisnya dinding dada.
Suara napas dasar : suara napas vesikular, suara napas bronkal
Suara napas tambahan : ronki basah dan ronki kering, krepitasi, pleural
friction rub, wheezing, bronkofoni.

Palpasi : palpasi dilakukan dengan meletakkan tangan dan jari-jari


pada seruluh dinding dada dan punggung. dengan palpasi dicari dan
ditentukan hal-hal sebagai berikut: simetris/asimetris thoraksnya, nyeri,
benjolan, fremitus suara. Pemeriksaan fremitus ini dapat dilakukan
pada anak yang sedang menangis atau pada anak yang dapat diajak
bicara. Noemalnyaakan teraba getaran yang sama pada kedua telapak
tanganyang diletakkan pada kedua sisi dada. Fremitus ini meninggi
bila ada konsolodasi, misalnya pada pneumonia. Fremitus akan
mengurang apabila terdapat obstruksi jalan napas, atelektasis pleuritis,
efusi pleura, serta tumor antara paru dan dinding dada.

Pemeriksaan abdomen : Pada kasus diketahui bahwa anak mengalami


gannguan pada proses menelan dan tidak mau makan. Maka perlu
diperiksaa apakah ada gannguan pada organ-organ dalam abdomen
anak. misalnya kelainan pada gaster.

Tabel 1: Laju jantung/ nadi normal pada bayi dan anak3


Usia

Laju (denyut/menit)
Istirahat (bangun)

Istirahat (tidur)

Aktif/demam

Baru lahir

100-80

80-160

Sampai 220

1 minggu-3 bulan

100-220

80-200

Sampai 220

70-120

Sampai 200

bulan

sampai

2 80-150

tahun
2-10 tahun

70-110

60-90

Sampai 200

>10 tahun

22-90

50-90

Sampai 200

Tabel 2: laju pernapasan normal per menit3


Umur

Rentang

Neonatus

30-60

1 bulan -1 tahun

30-60

1 tahun-2 tahun

25-50

3 tahun-4 tahun

20-30

5 tahun-9 tahun

15-30

10 tahun atau lebih

15-30

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di tiga temapat yaitu aksila, oral, dan rektum. suhu
normal aksila adalah antara 360C samapi 370C. Suhu rektum menggambarkan suhu tubuh
pasien yang lebih tinggi dari suhu aksila. Suhu rektum lebih tinggi 1 0C dibandingkan suhu
aksila. Sedangkan suhu oral 0,5 lebih rendah dari suhu rektum.3
Stridor adalah bunyi kasar saat inspirasi, karena penyempitan saluran udara pada
orofaring, subglotis atau trakea. Jika sumbatan berat, stridor juga bisa terjadi saat ekspirasi.
Penyebab utama stridor yang berat adalah viral croup, benda asing, abses etrofaringeal, difteri
dan trauma laring.4
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus diketahui bahwa : Seorang
anak laki-laki yang berusia 3 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan didahului batuk pilek sejak minggu yang lalu dan demam tinggi serta
nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga tidak mau makan. Riwayat imunisasi pasien
ternyata tidak lengkap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak
sesak dan agitasi. Frekuensi napas 50kali/menit, denyut nado 130kali/menit, suhu 40 0C,
stridor (+). Leher terlihat membesar, teraba keras, kedua tonsil membesar dengan ditutupi
selaput putih keabu-abuan yang menyebar sampai kedinding faring.

DIAGNOSA BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
ETIOLOGI
PATOFISILOGI

EPIDEMIOLOGI
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
PENATALAKSANAAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai