Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan segenap
neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan korpus
striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus dengan korteks
area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah diserahkan kepada
korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan hasil pengolahan itu
merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks motorik tambahan. Oleh
karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal lainnya menyusun sirkuit yang
pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut
sirkuit striatal asesorik.
Sirkuit striatal asesorik ke-1 merupakan sirkuit yang menghubungkan stratum-globus
palidus-talamus-striatum. Sirkuit-striatal asesorik ke-2 adalah lintasan yang melingkari
globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus. Dan akhirnya sirkuit asesorik ke-3,
yang dibentuk oleh hubungan yang melingkari striatum-subtansia nigra-striatum.
B. Gejala Ektrapiramidal (EPS)
Istilah gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang
ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik.
Istilah ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot
skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu diluar kendali traktus kortikospinal
(piramidal). Namun, nama ini agak menyesatkan karena beberapa gejala (contohnya
akatisia) kemungkinan sama sekali tidak merupakan masalah motorik. Beberapa gejala
ekstrapiramidal dapat ditemukan bersamaan pada seorang pasien dan saling menutupi
satu dengan yang lainnya.
Gejala Ektrapiramidal merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian
obat antipsikotik. Antipsikotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati kelainan
psikotik seperti skizofrenia dan gangguan skizoafektif.
Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi distonia
akut, tardiv diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom Parkinson)
b. Akatisia
Sejauh ini EPS ini merupakan yang paling sering terjadi. Kemungkinan terjadi pada
sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik, terutama pada
populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup atau suatu
keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal pada otot.
Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah
tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat
menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim.
Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisisa hanya dapat
ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan pada parkinsonisme
yang ditimbulkan neuroleptik dapat menutupi setiap gejala objektif akatisia. Akatisia
sering timbul segera setelah memulai medikasi neuroleptikdan pasien sudah pada
tempatnya mengkaitkan perasaan tidak nyaman. Yang dirasakan ini dengan medikasi
sehingga menimbulkan masalah ketidakpatuhan pasien.