BRONKIEKTASIS
A. DEFINISI
Bronkiektasis adalah keadaan yang ditandai dengan dilatasi kronik bronkus dan
bronkiolus ukuran sedang (kira-kira percabangan keempat sampai ke sembilan). (Sylvia dan
Lorraine, 2006)
Bronkiektasis adalah pelebaran bronkus yang disebabkan oleh kelemahan dinding
bronkus yang sifatnya permanen. Diagnosis bronkiektasis ditegakkan dengan bantuan
bronkografi, namun sekarang tindakan bronkografi tidak banyak dilakukan, dan digantikan
oleh HRCT (High resolution computed tomography). Bronkiektasis sering pula dimasukkan
kedalam golongan penyakit infeksi saluran pernapasan dengan diagnosis bronkiektasis
terinfeksi. (Djojodibroto, 2006)
Bronkiektasis merupakan kelaianan bronkhus di mana terjadi pelebaran atau dlatasi
bronkus local dan permanen karena kerusakan struktur dinding. Bronkiektasis merupakan
kelainan saluran pernafasan yang sering kali tidak berdiri sendiri, akan tetapi dapat
merupakan bagian dari sindrom atau sebagai akibat (penyulit) dari kelainan paru yang lain
(Arif Muttaqin, 2008).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen,
kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ
peernapasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbondioksida maka tubuh
berusaha untuk mengeluarkannya dengan cara menghembuskan napas, sehingga terjadi
keseimbangan antara oksigen dan karbondioksida dalam tubuh (Syaifuddin, 2011)
Sistem pernapasan terdiri dari : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Alveoli,
Alveolus, paru-paru,pleura.
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah kea rah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh
garis pembtas. Setiap perjalanan cabang utama tenggorokan ke sebuah lekuk yang panjang
di tengah permukaan paru (syaifuddin, 2011).
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian:
1. Bronkus prinsipalis dextra: panjangnya
sekitar 2,5 cm masuk hilus pulmonalis
paru kanan, mempercabangkan bronkus
lubalis superior. Pada waktu masuk ke
hilus bercabang tiga menjadi bronkus
lobaris medius, bronkus lobaris medius,
bronkus lobaris inferior, dan bronkus
lobaris
V.azigos,
superior,
diatasnya
dibawahnya
A.
terdapat
pulmonalis
dextra.
2. Bronkus prinsipalis sinistra: lebih sempit
dan lebih panjang serta lebih horizontal dibandingkan bronkus dextra, panjangnya sekitar
5 cm, berjalan kebawah aorta dan didepan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri,
bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior dan bronkus lobaris inferior)
(syaifuddin, 2011).
C. ETIOLOGI
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus pada
penyakit ini hamper selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H.
influenza dan P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain seperti klebsiela dan staphylococcus
Aureus disebabkan oleh absen atau terlambatnya pemberian antibiotic pada pengobatan
pneumonia. Bronkiektasis ditemukan pula pada pasien dengan HIV atau virus lainnya
seperti adenovirus atau virus influenza.
Faktor penyebab non infeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah paparan
substansi toksik, misalnya terhirup gas toksik (ammonia, aspirasi asam dari cairan lambung
dan lain-lain). Kemungkinan adanya factor inun yang terlibat belum diketahui dengan pasti
karena bronkiektasis dapat ditemukan pula pada pasien colitis ulseratif, reumathoid artritis,
dan sindrom sjorgen.
sering disertai darah darah atau bahkan sering terdapat hemoptysis massif sehingga dapat
digolongkan sebagai keadaan gawat darurat. Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada derajat
kerusakan patologik. Pada bentuk ringan tanpa komplikasi, pemeriksaan fisik tidak akan
menunjukan gejala kelainan. Pada tingkat yang lebih berat, dapat terdengar rales dan ronkhi
pada daerah yang terkena. Jari tabuh sering ditemukan pada pasien bronkiektasis yang telah
berlangsung lama. Jika terdapat infeksi, penyakit ini sering disertai demam. (Djojodibroto,
2006)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi : Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan
adanya leukositosis yang menunjukan adanya supurasi aktif dan anemia yang
menunjukan adanya infeksi menahun.
2. Pemeriksaan Urine: Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya
proteinuria yang bermakna dan disebabkan oleh amyloidosis. Namun immunoglobulin
serum biasanya dalam batas normal kadang bias meningkat atau menurun.
3. Pemeriksaan Sputum: Pemeriksaan sputum meliputi volume dan warna sputum serta selsel dan bakteri yang ada dalam sputum. Bila terdapat infeksi maka volume sputum akan
meningkat dan menjadi purulent serta mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri.
4. Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan Latersl): Biasanya ditemukan corakan paru
menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok, kadangkadang ada gambaran sarang tawon (honey comb structure) serta gambaran kistik dan
batas-batas permukaan udara cairan.
5. Pemeriksaan Bronkhogram: Bronkhogram tidak rutin dikerjakan, tetapi bila ada indikasi
dilakukan untuk mengevaluasi klien yang akan dioperasi.
G. PENATALAKSANAAN
Intervensi bertujuan untuk memperbaiki drainase secret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan tersebut meliputi:
1. Pemberian antibiotic dengan spectrum luas (Amfisilim, kotrimoksasol, atau amoksisilin)
selama 5-7 hari pemberian.
2. Postural drainase, latihan fisioterapi untuk pernapasan, serta batuk yang efektif untuk
mengeluarkan secret secara maksimal.
H. PATHWAY
Kekurangan mekanisme
pertahanan yang didapat
/kongenital
Pneumonia berulang
Bronkus dilatasi
Kecemasan
Ketidaktahuan/ pemenuhan
informasi.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan pemenuhan ADL
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Bronkhiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69%
penderita berumur dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60% dari
penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya bergantung pada
luas, berat, lokasi, dan ada/tidaknya komplikasi.
menurun.
Perkusi: pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.
Auskultasi: Sering didapatkan adanya bunyi napas ronchi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruksi pada bronnkus.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan
d. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisis kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
N
O
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Definisi
: patency
Ketidakmampuan
v Aspiration Control
untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi Kriteria Hasil :
dari saluran pernafasan
v Mendemonstrasikan
batuk
untuk
efektif dan suara nafas yang
mempertahankan
bersih, tidak ada sianosis dan
Orthopneu
tercekik,
irama
nafas,
Cyanosis
Kelainan
suara frekuensi pernafasan dalam
nafas (rales, wheezing) rentang normal, tidak ada
Kesulitan berbicara suara nafas abnormal)
v Mampu
mengidentifikasikan
Batuk, tidak efekotif
dan mencegah factor yang
Gelisah
Perubahan frekuensi
dan irama nafas
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
Lingkungan
:
merokok, menghirup
asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi
Fisiologis
:
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia
dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
Auskultasi
suara
nafas
sebelum
dan
sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan.
Berikan
O2
dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat
dan napas dalam setelah
kateter
dikeluarkan
dari
nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan
oksigen
apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
Obstruksi
jalan
nafas : spasme jalan
nafas, sekresi tertahan,
banyaknya
mukus,
adanya jalan nafas
buatan,
sekresi
bronkus,
adanya
eksudat di alveolus,
adanya benda asing di
jalan nafas.
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
sianosis
warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika
bangun
frekuensi
dan
kedalaman
nafas
abnormal
Kriteria Hasil :
v Mampu
mengidentifikasi
Batasan karakteristik : kebutuhan nutrisi
Berat badan 20 %
v Tidak
ada
tanda
tanda
atau lebih di bawah malnutrisi
ideal
v Tidak terjadi penurunan berat
Allowance)
Membran
mukosa
dan konjungtiva pucat
NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
(
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
yang
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat
adanya
edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
Ketidakmampuan
pemasukan
atau
mencerna
makanan
atau mengabsorpsi zatzat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis
atau
ekonomi.
Resiko infeksi
v
Definisi : Peningkatan
v
resiko
masuknya
v
organisme patogen
v
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif v
Ketidakcukupan
pengetahuan
untuk
menghindari paparan
patogen
Trauma
v
Kerusakan jaringan
dan
peningkatan
paparan lingkungan v
Ruptur
membran
amnion
v
Agen
farmasi
(imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan
imum buatan
Tidak
adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan
Hb,
Leukopenia,
penekanan
respon
magenta, scarlet
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
Mendeskripsikan
proses
penularan penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila
perlu
Instruksikan
pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
Gunakan
sabun
antimikrobia
untuk
cuci
tangan
Cuci tangan setiap sebelum
dan
sesudah
tindakan
kperawtan
Gunakan
baju,
sarung
tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan
lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
inflamasi)
Tidak
adekuat
pertahanan
tubuh
primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
bila perlu
Infection
Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan
pasien
dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan
kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif