Diit Pasien Gagal Ginjal Kronik
Diit Pasien Gagal Ginjal Kronik
Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6
g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan
0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet
ini biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai
biologi tinggi/hewani hingga 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat
ini protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan
kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL
500 ml.
Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam
tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari.
2.
Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau, kentang, tepungtepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam,
mentega.
3.
PEMBAHASAN
Sumber Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos berarti yang utama atau didahulukan. Jumlah dan
jenis protein yang diberikan pada pasien PGK pre dialisis dalam bentuk diet Rendah Protein sangat penting
untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak, membuat zat antibodi,
enzim dan hormon, menjaga keseimbangan asam basa, air, elektrolit, serta menyumbang sejumlah energi
tubuh. Protein dibuat dari 20 asam amino penyusun protein, 11 diantaranya dapat disintesis oleh tubuh, dan
9 sisanya disebut asam amino esensial yang diperoleh dari bahan makanan, yaitu Leusin, Isoleusin, Valin,
Triptofan, Fenilalanin, Metionin, Treonin, Lisin dan Histidin. Dari asam amino, 8 diantaranya dibutuhkan
oleh orang dewasa, sedangkan Histidin dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Bahan makanan yang mengandung semua asam amino disebut lengkap protein, seperti telur, daging, ikan,
susu, unggas, keju. Oleh karena itu, protein hewani biasa disebut sebagai protein bernilai biologi tinggi.
Bahan makanan nabati, misalnya beras dan kacang-kacangan, mengandung asam amino esensial yang
terbatas atau tidak lengkap. Oleh karena itu, dikatakan mengandung protein bernilai biologi rendah.
Kedelai dan hasil olahannya, yaitu tempe, tahu dan susu kedelai, mengandung asam amino esensial
walaupun ada 1 asam amino yang kurang, terbatas fungsinya hanya untuk pemeliharaan, tidak untuk
pertumbuhan (Limiting Amino Acid) yaitu metionin. Demikian pula asam amino esensial lisin kurang pada
beras dan triptopan kurang pada jagung, akan tetapi apabila bahan makanan yang mengandung asam amino
terbatas dikonsumsi secara bersamaan dalam hidangan sehari-hari, dapat saling melengkapi kekurangan
dalam asam amino esensial. Sebagai contoh, nasi yang terbatas lisin dimakan bersamaan dengan tempe
yang terbatas pada metionin didapatkan campuran yang memungkinkan saling melengkapi dalam asam
aminonya untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Metode penilaian kualitas protein dahulu menggunakan Protein Efficiency Ratio (PER) yang
berdasarkan respon pertumbuhan pada pemberian sejumlah protein. Saat ini, penilaian mutu protein
digunakan Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) yang menggambarkan jumlah
asam amino dari protein dan tingkat daya cernanya pada manusia. Dengan metode ini, protein kedelai
mempunyai nilai yang sama dibandingkan dengan putih telur dan protein susu, kecuali asam amino
methionin yang harus ditambah.
Sumber protein dari kacang-kacangan dan produk kedelai, seperti tempe, tahu, susu acang juga
mengandung kalium dan fosfor yang cukup tinggi, sehingga untuk mencegah hiperkalemia dan
hiperfosfatemia tetap dibutuhkan pengikat fosfor dan kalium yang adekuat. Produk kedelai cukup aman
untuk selingan pengganti protein hewani sebagai variasi menu dengan jumlah sesuai anjuran. Akan tetapi
tidak untuk suplemen atau tambahan sehingga melebihi kebutuhan. Susu kacang kedelai dapat pula
digunakan sebagai pengganti susu sapi. Hal positif yang didapat dari protein nabati adalah mengandung
phytoestrogen yang disebut isoflavon yang memberikan banyak keuntungan pada PGK.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan didapatan protein dari kedelai dapat menurunkan
proteinuria, hiperfiltrasi, dan proinflamato cytokines yang diperkirakan dapat menghambat penurunan
fungsi ginjal lebuh lanjut. Penelitian lain mengenai diet dengan protein nabati pada pasien PGK adalah
dapat menurunkan ekresi urea, serum kolesterol total dan LDL sebagai pencegah kelainan pada jantung
yang sering dialami pada pasien PGK. Pada binatang percobaan dengan penurunan fungsi ginjal yang
diberi casein dibandingkan dengan protein kedelai setelah 1-3 minggu didapatkab menunda penurunan
fungi ginjal lebih lanjut.
Contoh Menu (Modifikasi)
Pasien PGK dengan terapi konservatif komposisi protein hewani:nabati = 50%: 50%. Menu dibuat
untuk pasien PGK pre HD pria 62 tahun dengan BB 66 kg dan TB 173 cm.
Nilai gizi : Energi 2000 kkal, protein 40 g, lemak 58 g, KH 335 g.
Waktu
Menu
Pagi
Nasi
Tumis Tahu
Madu
Susu
Gula
Pk 10.00
Kue Talam
Teh
Gula
Siang
Nasi
Rolade Daging
Cap-cay Goreng
Stup Nanas
Pk 16.00
Kue Mangkok
Fla Sirup
Sore
Nasi
Ayam Goreng
Stup Buncis-Wortel
Koktail Pepaya
*URT = ukuran rumah tangga, sdm = sendok makan, ptg
sedang, btr = butir, bks = bungkus
Jumlah
Gram
100
75
40
15
13
50
URT*
gls
1 ptg sdg
2 saset
3 sdm
1 sdm
1 porsi
13
1 sdm
150
1 gls
50
1 ptg sdg
50
gls
100
1 ptg
50
1 ptg sdg
30
3 sdm
150
1 gls
40
1 ptg sdg
50
gls
100
1 ptg
= potong, gls = gelas, sdg =
Pk 10.00
Siang
Menu
Nasi
Telur Balado
Madu
Susu
Gula
Kue Talam
Teh
Gula
Nasi
Jumlah
Gram
100
75
40
20
13
50
URT*
gls
1 btr kcl
2 saset
4 sdm
1 sdm
1 porsi
13
150
1 sdm
1 gls
Beefsteak Daging
Stup Buncis + Wortel
Stup Nanas
Pk 16.00
Puding
Sirup
Sore
Nasi
Ayam Panggang
Cap Cay Goreng
Pepaya
*URT = ukuran rumah tangga, sdm = sendok makan, ptg
sedang, btr = butir, bks = bungkus
50
50
100
50
30
150
40
50
100
= potong, gls
1 ptg sdg
gls
1 ptg
1 ptg sdg
3 sdm
1 gls
1 ptg sdg
gls
1 ptg
= gelas, sdg =
Kesimpulan:
Terapi konservatif, yaitu diet dan obat diberikan untuk pasien PGK yang belum menjalani terapi
pengganti, dimana TKK < 25 ml/mt (stasium IV PGK).
Diet yang diberikan adalah rendah protein cukup tinggi. Caitan dan elektrolit disesuaikan dengan
kondisi pasien.
Pada Diet Rendah Protein, sumber protein sebagai lauk pauk tidak hanya bersumber dari protein
hewani, dapat digunakan hasil olahan kedelai untuk pengganti protein hewani sebagai variasi
menu atau untuk penganut vegetarian dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Soy & Health. Incorporating Optimal Levels of Protein in The Diet. United Soybean Board.
www.talksoy.com
4.
5.
Joan Brookhyser, Eating a Vegetarian Diet While Living with Kidney Disease. Vegetarian Journal
2004.
6.
Nutrition and Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation, 1998-2006. www.kidney.org
7.
Denise E. Fair, Malcom R.Ogbom, at all. Doetary Soy Protein Attenauates Renal Disease
Proression After 1 and 3 weeks in Han: SPRD-cy Weanling Rats. Ametican Society for Nutrition
Sciences. 2004
8.
Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI, Penuntun Diet, PT. Gramedia, Jakarta, 2004
9.
K/DOQI, Executive Summery Clinical Practice. Guideline for Nutrition in Clinical Renal Failure
Adult & Pediatric. Nutrition Kidney Foundation, USA. 2000
10. National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI)
Advisory Board: K/DOQI Clinical practice guideline for chronic kidney disease: evaluation,
classification, and stratification. Kisney Disease Outcome Quality Initiative. Am J Kidney Dis 39
(Suppl 1): S246, 2000
11. Adamasco, et all, Vegetarian Diet Alternated with Conventional Low-Protein Diet for Patient with
Chronic Renal Failure. National Kidney Fondation. 2002
12. Koople and Massrys Nutrition Management of Renal Disease, second edition. Lippincott William
& Wilkins, A Wolters Kluwers Company. 2004