Kompas, 1996) mengatakan, bahwa pada era pasar bebas nanti akan
terjadi pergeseran nilai. Hal ini terjadi karena globalisasi telah
memperpendek jarak dan menghilangkan batas-batas antar negara di
seluruh dunia, sehingga sesuatu yang terjadi dan telah menjadi trend
(mode) disuatu negara diketahui dan ditiru diseluruh dunia. Sedangkan
HAR Tilaar (Harian Kompas, 1997) mengemukakan, bahwa globalisasi
dapat menentang identitas individu, budaya lokal dan nasional. Budaya
lokal atau nasional akan dihadapkan dengan budaya pasar bebas.
Demikian halnya dengan sektor-sektor yang lain. Ambil contoh dalam
sektor ekonomi misalkan, modal, barang industri dan tenaga kerja akan
mengalir dari suatu negara ke negara lain dan dunia akan menjadi pasar
bersama. Arsitek, Kontraktor, Developer dari suatu negara bisa
dimungkinkan membuka praktik atau peluang usaha di negara lain.
Akibat pergeseran ini kompetitif dalam sektor itu akan menjadi semakin
terlihat menajam. Sehingga masing-masing harus meningkatkan
efektifitas dan kualitas produksinya Ruslan Abdulgani, (Harian
Kedaulatan Rakyat , 1995) Dengan demikian selain akan menggeser
nilai-nilai sosial budaya dan ekonomi, pada era pasar bebas juga
menuntut masyarakat untuk lebih kreatif, inovatif dan eksploratif didalam
menata dunia menuju pada peradaban tatanan yang lebih modern.
Fenomena ini tentunya juga akan diikuti dengan pergeseran pada konsepkonsep yang melatar belakangi sebuah karya arsitektur, seperti konsep
budaya, konsep ethos, konsep kepribadian dan konsep world view.
Konsep-konsep tradisional akan bergeser menuju pada tatanan konsepkonsep yang lebih efisien dan modern. Dengan adanya pergeseran konsep
tersebut tentu saja akan mempengaruhi cara penyelesaian persoalan
faktor fisik, kerangka fungsi, lingkungan sosial dan lingkungan simbolnya,
tentu saja hal itu akan merubah unjuk kerja arsitektur. Unsur artificial dan
unsur prefab akan mewarnai dalam lingkup penyelesaian terhadap faktokfaktor tersebut. Faktor efisiensi akan menjadi sebuah azas utama dalam
menyelesaikan kerangka fungsi. Beton bertulang, konstruksi baja akan
mengganti struktur konvensional, sistem turnkey akan mewarnai
pengadaan bangunan, perumahan, atau fasilitas umum lainnya.
Perubahan unjuk kerja ini jelas akan menghentikan perkembangan
arsitektur tradisional itu sendiri. Sementara itu cepatnya perubahan yang
terjadi akan menghambat munculnya tradisi-tradisi baru. Pranata-pranata
baru tidak sempat mentradisi karena segera digantikan oleh pranata yang
lebih baru dan terus akan selalau tergantikan secara dialektis terhadap
sesuatu nilai-nilai yang sudah dianggap lebih modern.
Meskipun sekarang telah terjadi kemandegan, namun pemikiranpemikiran yang terkandung dalam arsitektur tradisional itu akan tetap
lestari.
Pemikiran-pemikiran
itu
akan
menjadi
referensi
bagi
Daftar Pustaka :
1. Arya Ronald 1997, ciri-ciri karya budaya dibalik tabir keagungan rumah
jawa, Universitas Atma Jaya, yogyakarta
2. H. Hadiwijoyo 1967, man in the present javanese mysticism, bosch &
keuing NV, baarn
3. R. Ismunandar K , Joglo : Arsitektur rumah tradisional jawa, 1987
4. Sarlito Wirawan, Harian Kompas, 1996
5. HAR Tilaar, Harian Kompas, 1997
6. Ruslan Abdulgani, Harian Kedaulatan Rakyat, 1995