Anda di halaman 1dari 4

KESINAMBUNGAN DAN PERUBAHAN ARSITEKTUR

TRADISIONAL DALAM ERA PASAR BEBAS


(ditulis oleh : Noval Irianto, penggiat arsitektur dan tinggal di jakarta selatan)
Bagaimana pergeseran budaya tidak dapat di hindarkan, karena budaya itu sendiri
merupakan pranata-pranata atau gejala-gejala yang bersifat dinamis pada keselamatan
dan kesejahteraan umat manusia.
Sebagai cerminan budaya masyarakat pendukungnya, arsitektur juga tidak
menghindarkan diri dari perubahan-perubahan, terutama arsitektur kedaerahan.
Pada era modern akan terjadi pergeseran nilai, masyarakat dunia akan melepaskan
dirinya dari tradisi-tradisi, menuju pada tatanan yang lebih modern. Pada saat itu
arsitektur tradisional akan mandeg digantikan arsitektur kedaerahan yang modern.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL


Arsitektur, baik tradisional maupun modern sama-sama mengembang
tugas sebagai physical control, function frame, social milieu dan symbol
milieu. Penyelesaian persoalan building task tersebut didasarkan pada
konsep budaya, semangat, kepribadian serta cara pandang terhadap
lingkungan hidupnya dalam kelompok masyarakat tertentu. Bila konsep
budaya, semangat, kepribadian dan cara pandang yang mendasari
penyelesaian tersebut berakar pada tradisi suatu kelompok masyarakat,
suku bangsa atau bangsa, Maka karya arsitektur yang dihasilkan dapat
digolongkan sebagai arsitektur tradisional. Dengan kata lain, bahwa yang
tergolong sebagai arsitektur yang berakar pada tradisi suatu kelompok
masyarakat, suku bangsa atau bangsa.
Pengertian tradisional dalam arsitektur mencakup aspek bentuk, struktur,
fungsi dan cara pembangunannya. Aspek tersebut satu sama lain saling
terkait. Maksudnya adalah : bahwa setiap bentuk arsitektur memeiliki
sistem struktur tertentu, fungsi tertentu dan cara pembangunan tertentu.
Misal saja bangunan dengan bentuk panggangpe (arsitektur tradisional
jawa). memiliki sistem struktur dan kegunaan yang berbeda dengan
bangunan bentuk kampung, Limasan, Joglo atau Tajug. Bangunan
berbentuk panggang pe digunakan untuk kegiatan kegiatan produksi dan
perdagangan, bangunan berbentuk kampung dan limasan digunakan
untuk kegiatan bertempat tinggal, bangunan berbentuk joglo digunakan
untuk pertemuan dan bangunan berbentuk tajug digunakan untuk tempat
peribadatan atau kegisatan yang bersifat sakral.
Sekarang ini ragam bentuk-bentuk arsitektur tradisional sering
ditampilkan kembali dalam beragam karya arsitektur modern, meskipun
tanpa sistem struktur dan cara pembangunan tradisional. Ambil contoh
gedung Graha Sabha Pramana UGM, gedung Mandala Bakti Wanita Tama

atau Rumah tinggal Sudwikatmanan adalah contoh kecil arsitektur baru


yang mengadopsi bentuk arsitektur tradisional tanpa menggunakan
sisitem struktur dan cara pembangunan tradisional. Salah satu alasan
penggunaan bentuk-bentuk arsitektur tradisional kedalam arsitektur baru
tersebut adalah, adanya kebutuhan untuk menunjukkan identitasnya
sebagai sebuah bagian dari satu kelompok masyarakat tertentu,
sementara itu bentuk-bentuk arsitektur tradisional dipandang masih
gayut untuk merepresentasikan budaya, semangat serta kepribadian
kelompok masayarakat tertentu. Sedangkan alasan pelepasan sistem
struktur dan cara pembangunan tradisional dalam arsitektur baru tersebut
antara lain :

Sistem struktur arsitektur tradisionl dipandang sudah tidak efisien,


khususnya yang berkaitan dengan modul dan bahan strukturnya.
Telah banyak ditemukan sebuah cara sistem struktur yang lebih
sederhana yang dapat merangkai bentuk-bentuk arsitektur
tradisional. Seperti diketahui bahwa modul bahan struktur arsitektur
tradisional menciptakan sistem struktur banyak tiang, sehingga
membatasi pemanfaatan ruangnya. Padahal pola kegiatan sekarang
itu cenderung menuntut ruang yang luas yang bersifat multi guna.
Dengan bahan struktur yang baru (beton bertulang dan konstruksi
baja) dapat menciptakan sistem struktur dengan bentang besar
tanpa harus menghadirkan banyak tiang di tengah ruang.

Lepasnya sistem struktur dan cara pembangunan tradisional dari sistem


arsitektur tradisional telah menghilangkan predikatnya sebagai arsitektur
tradisional, dengan demikian jenis arsitektur tersebut tidak dapat
digolongkan sebagai arsitektur tradisional. Akan tetapi lebih tepat bila
digolongkan atau disebut sebagai arsitektur kedaerahan (arsitektur lokal),
misalnya arsitektur Jawa, Bali, Minangkabau, Toraja dll
ARSITEKTUR TRADISIONAL DALAM ERA PASAR BEBAS
Yang dimaksud dalam hal ini adalah : mencakup konsep dan karya
arsitektur tradisional yang masih ada saat ini, seperti nDalem
Mangkubumen Yogyakarta, dimana bangunan ini dulu sebagai tempat
penggemblengan atau sekolahnya putra mahkota kasultanan Yogyakarta
sebelum naik tahta menjadi seorang raja dan sekarang fungsi nDalem itu
masih ada korelasi dengan fungsi yang sekarang, dimana masih dijadikan
sebagai sebuah tempat untuk belajar mengajar dalam sebuah institusi
pendidikan tinggi.
Pada sektor perkembangan teknologi, khususnya dibidang komunikasi dan
informasi telah menghantarkan masyarakat dunia pada era yang
menglobal. Berkaitan dengan hal ini oleh Sarlito Wirawan (Harian

Kompas, 1996) mengatakan, bahwa pada era pasar bebas nanti akan
terjadi pergeseran nilai. Hal ini terjadi karena globalisasi telah
memperpendek jarak dan menghilangkan batas-batas antar negara di
seluruh dunia, sehingga sesuatu yang terjadi dan telah menjadi trend
(mode) disuatu negara diketahui dan ditiru diseluruh dunia. Sedangkan
HAR Tilaar (Harian Kompas, 1997) mengemukakan, bahwa globalisasi
dapat menentang identitas individu, budaya lokal dan nasional. Budaya
lokal atau nasional akan dihadapkan dengan budaya pasar bebas.
Demikian halnya dengan sektor-sektor yang lain. Ambil contoh dalam
sektor ekonomi misalkan, modal, barang industri dan tenaga kerja akan
mengalir dari suatu negara ke negara lain dan dunia akan menjadi pasar
bersama. Arsitek, Kontraktor, Developer dari suatu negara bisa
dimungkinkan membuka praktik atau peluang usaha di negara lain.
Akibat pergeseran ini kompetitif dalam sektor itu akan menjadi semakin
terlihat menajam. Sehingga masing-masing harus meningkatkan
efektifitas dan kualitas produksinya Ruslan Abdulgani, (Harian
Kedaulatan Rakyat , 1995) Dengan demikian selain akan menggeser
nilai-nilai sosial budaya dan ekonomi, pada era pasar bebas juga
menuntut masyarakat untuk lebih kreatif, inovatif dan eksploratif didalam
menata dunia menuju pada peradaban tatanan yang lebih modern.
Fenomena ini tentunya juga akan diikuti dengan pergeseran pada konsepkonsep yang melatar belakangi sebuah karya arsitektur, seperti konsep
budaya, konsep ethos, konsep kepribadian dan konsep world view.
Konsep-konsep tradisional akan bergeser menuju pada tatanan konsepkonsep yang lebih efisien dan modern. Dengan adanya pergeseran konsep
tersebut tentu saja akan mempengaruhi cara penyelesaian persoalan
faktor fisik, kerangka fungsi, lingkungan sosial dan lingkungan simbolnya,
tentu saja hal itu akan merubah unjuk kerja arsitektur. Unsur artificial dan
unsur prefab akan mewarnai dalam lingkup penyelesaian terhadap faktokfaktor tersebut. Faktor efisiensi akan menjadi sebuah azas utama dalam
menyelesaikan kerangka fungsi. Beton bertulang, konstruksi baja akan
mengganti struktur konvensional, sistem turnkey akan mewarnai
pengadaan bangunan, perumahan, atau fasilitas umum lainnya.
Perubahan unjuk kerja ini jelas akan menghentikan perkembangan
arsitektur tradisional itu sendiri. Sementara itu cepatnya perubahan yang
terjadi akan menghambat munculnya tradisi-tradisi baru. Pranata-pranata
baru tidak sempat mentradisi karena segera digantikan oleh pranata yang
lebih baru dan terus akan selalau tergantikan secara dialektis terhadap
sesuatu nilai-nilai yang sudah dianggap lebih modern.
Meskipun sekarang telah terjadi kemandegan, namun pemikiranpemikiran yang terkandung dalam arsitektur tradisional itu akan tetap
lestari.
Pemikiran-pemikiran
itu
akan
menjadi
referensi
bagi

perkembangan arsitektur baru dan bukan hanya sekedar memperkaya


ragam bentuk, tetapi lebih dari pada itu. Arsitektur tradisional akan
menjadi akar arsitektur lokal atau nasional baru dan secara visual
pemikiran-pemikiran tersebut dapat dibaca melalui peninggalanpeninggalan karyanya yang masih ada.
EPILOG
Pada era pasar bebas tersebut arsitektur tradisional akan menjadi
referensi bagi perkembangan arsitektur modern. Peninggala-peninggalan
karyanya akan menjadi sebuah monumen yang dapat menjelaskan
sebuah benang merah arsitektur masa lampau dengan arsitektur masa
mendatang. Oleh karena itu menjaga keberadaannya dan keutuhan
peninggalan karya arsitektur tradisional menjadi bagian yang sangat
penting bagi perkembangan ilmu arsitektur, sebab dibalik tabir itu semua
terdapat keagungan tersendiri yang mampu memberikan kejelasan
hubungan antara budaya lalu dan kini dan masa mendatang. Ibarat
makan buah maja masih terasa manis sepanjang masa.

Daftar Pustaka :
1. Arya Ronald 1997, ciri-ciri karya budaya dibalik tabir keagungan rumah
jawa, Universitas Atma Jaya, yogyakarta
2. H. Hadiwijoyo 1967, man in the present javanese mysticism, bosch &
keuing NV, baarn
3. R. Ismunandar K , Joglo : Arsitektur rumah tradisional jawa, 1987
4. Sarlito Wirawan, Harian Kompas, 1996
5. HAR Tilaar, Harian Kompas, 1997
6. Ruslan Abdulgani, Harian Kedaulatan Rakyat, 1995

Anda mungkin juga menyukai