Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang

terus menyinari bumi sepanjang hari. Matahari kini terasa semakin panas karena

pemanasan global yang terjadi di muka bumi ini yang dikarenakan emisi CO2 yang

sudah berlebihan dan membuat ozon bumi kita ini menjadi berlubang dan membuat

cahaya matahari masuk secara berlebihan ke bumi.

Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum total frekuensi radiasi

elektromagnetik yang dilepaskan oleh Matahari. Di Bumi, sinar matahari disaring

melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari ketika matahari

berada di atas cakrawala.

Organisasi Meteorologi Dunia menggunakan "durasi sinar matahari" istilah

yang berarti waktu kumulatif di mana suatu daerah menerima pancaran langsung dari

Matahari minimum sebesar 120 watt per meter persegi. Sinar matahari dapat dicatat

menggunakan perekam sinar matahari, pyranometer atau pyrheliometer. Sinar

matahari membutuhkan waktu sekitar 8,3 menit untuk mencapai Bumi. Sinar

matahari langsung memiliki khasiat bercahaya dari 8 sekitar 93 lumen per watt fluks

berseri-seri, yang meliputi inframerah, tampak, dan sinar ultraviolet. Cahaya

matahari yang terang memberikan iluminansi sekitar 100.000 lux atau lumen per

meter persegi di permukaan bumi.

Standar penerangan pada ruangan untuk melakukan kegiatan-kegiatan :

12
13

Tabel 2.1 Standarisasi tingkat penerangan dalam ruangan

Sumber : SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan (2001)

Dengan adanya energi sebesar cahaya matahari, kita dapat memanfaatkan

cahaya matahari ini sebagai pencahayaan ruangan pada bangunan apartemen ini,

tentunya dengan teknik-teknik tertentu. Kekuatan cahaya matahari sendiri apabila

langsung ditransfer masuk ke dalam ruangan akan berlebihan dan tidak nyaman bagi

para pengguna bangunan ini, jadi pentingnya pemanfaatan cahaya matahari sesuai

dengan kebutuhan yang kita gunakan. Ada beberapa pemecahahan masalah dari

pengontrolan masuknya cahaya matahari ke dalam bangunan, yaitu dengan cara

memanfaatkan massa bangunan secara maksimal terhadap matahari, mengatur

besarnya bukaan, dan juga sun shading.


14

Melalui sun shading kita dapat memperoleh pencahayaan yang maksimal

dengan melakukan analisisnya terlebih dahulu menggunakan solar chart, dari situ

kita akan mendapat besaran sun shading yang akan kita buat dan dapat

memaksimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan.

2.1.1 Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :

 Sistem Pencahayaan Merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,

digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan

memerlukan tingkat pencahayaan yang sama.

 Sistem Pencahayaan Setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak

merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang

memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih

banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan

mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat

tersebut.

 Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat

sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem

pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk:

1. tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi


15

2. memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari

arah tertentu

3. pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang

terhalang tersebut

4. tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang

kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

2.1.2 Orientasi Matahari

Terlihat dari bumi matahari mengelilingi bumi, Pada kenyataannya bukan

matahari yang mengelilingi bumi melainkan bumi yang mengelilingi matahari.

Pergerakan matahari terhadap bumi memiliki siklus 1 tahun matahari. Lintasan

matahari tergantung pada garis lintang pengamat, yaitu garis yang tercipta antara

bumi dan matahari (latitude).

Untuk menentukan koordinat atau posisi matahari dapat ditentukan oleh dua

sudut yaitu: (Patricia, 2005)

 Sudut deklinasi ; perjalanan bumi mengitari matahari ditempuh dalam waktu

365 hari. Bumi berputar terhadap porosnya membutuhkan waktu selama 24

jam, dengan sudut yang terbentuk adalah 23.5º terhadap matahari. Hal ini

mengakibatkan sudut deklinasi yang berubah-ubah sesuai dengan waktu

dimana matahari berada. Sudut deklinasi 23.5º LU terjadi pada tanggal 21

juni dan sudut deklinasi 23.5º LS (garis balik selatan) terjadi pada tanggal 21

desember. Hal ini berpengaruh terhadap penyinaran dan pembayangan

matahari terhadap bangunan.


16

 Sudut jam H ; yaitu sudut antara proyeksi sinar matahari dalam bidang

equatorial (x-y) dan meridian lokal (x). Variasi jamnya bernilai negatif

sebelum tengah hari (solar noon) dan bernilai positif setelah setengah hari.

2.2 Radiasi Matahari

Energi matahari merupakan aspek penting dalam penyusunan penelitian ini.

Matahari merupakan cahaya alami yang baik tetapi juga merupakan sumber panas

yang mengganggu kenyamanan pengguna apartemen tersebut.

Radiasi matahari adalah sejumlah energi yang dikeluarkan oleh matahari,

biasanya berupa energi elektromagnetik. Secara umum radiasin matahari yang

dipancarkan ke bumi konstan sepanjang tahun. Namun radiasi matahari banyak

mengalami reduksi saat memasuki atmosfer bumi akibat dari berbagai macam gas

yang harus dilaluinya.

Gambar 2.1 Persentase energi matahari


Sumber : http://science-edu.larc.nasa.gov

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa tidak semua radiasi matahari diserap oleh

permukaan bumi. Hanya 51% dari total radiasi yang diserap oleh permukaan bumi
17

dan laut 15% dari total radiasi matahari diserap atmosfer. Radiasi inilah yang akan

mempengaruhi tingkat panas dan cahaya alamu yang masuk ke dalam bangunan.

Intensitas radiasi matahari yang jatuh ke suatu tempat dipengaruhi oleh

parameter antara lain : (Thekaekara, 1971)

1. Garis lintang lokasi (latitude)

2. Tanggal pengukuran pada kalender matahari

3. Waktu pengukuran

Secara umum radiasi matahari yang jatuh pada suatu bidang permukaan ada dua,

yaitu:

1. Radiasi Langsung

Yaitu radiasi matahari yang jatuh langsung pada permukaan tanpa melalui

bidang lain atau pemantul.

2. Radiasi Baur

Yaitu radiasi matahari yang jatuh pada permukaan secara tidak langsung

tetapi melalui bidang lain atau pemantul.

Bedasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi intensitas radiasi

matahari, lokasi dan waktu pengukuran menjadi factor yang mempengaruhi. Hal ini

dikarenakan pergerakkan matahari antar daerah dipermukaan bumi.

2.3 Teori Sun Shading

2.3.1 Pengertian dan Jenis Sun shading

Cara memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal dan juga cocok untuk

bangunan apartemen ini adalah dengan menggunakan sun shading.


18

Sun shading adalah peredam atau penghalang cahaya matahari agar cahaya

matahari tidak secara langsung masuk ke dalam ruangan. Bentuk dan penerapan dari

sun shading sendiri ada bermacam-macam, mulai dari besaran dan juga material

yang digunakan.

Gambar 2.2 Beberapa macam sun shading


Sumber : http://fabserver.utm.my

Berdasarkan teori sun shading, ada 3 dasar cara perletakkan sun shading

padafasade bangunan, yaitu vertical shading device, horizontal shading device, dan

eggcrate shading type device. (Watson, 1993)

Perangkat shading yang ideal akan memblokir maksimum radiasi matahari

sementara masih memungkinkan pandangan dan angin masuk ke jendela. Tabel 2.2

menunjukkan beberapa yang paling umum perangkat shading.


19

Tabel 2.2 Contoh perangkap shading

No Deskripsi Nama Orientasi Terbaik Keterangan


1
 Perangkap udara
panas
Selatan, Timur, Barat
 Dapat dimuat oleh
Overhang angin
Horizontal panel
2

 Gerakan udara
bebas
Selatan, Timur, Barat
 Beban angin
Overhang
Horizontal louvers in horizontal kecil

plane
3  Mengurangi
panjang
overhang
 Pembatasan
Selatan, Timur, Barat
penglihatan
Overhang
Horizontal louvers in vertical  Tersedia jalur
plane hiasan pada
jendela
4
 Gerakan udara
bebas
Selatan, Timur, Barat
 Pembatasan
Overhang penglihatan
Vertical panel
5  Membatasi
penglihatan
 untuk fasade
Selatan, Timur, Barat
utara pada

Vertical fin hanya iklim


panas
20

6  Miring ke arah
Utara
 Membatasi
Timur, Barat
penglihatan

Vertical fin slanted


secara
signifikan
7  Untuk iklim
yang sangat
panas
Timur, Barat  Penglihatan
sangat terbatas
Eggcrate  Perangkap
udara panas
8  Miring ke arah
Utara
 Penglihatan
sangat terbatas
Timur, Barat  Perangkap
udara panas
Eggcrate with slanted fins
 Untuk iklim
yang sangat
panas
Sumber : Lechner,2001

2.3.2 Orientasi Perangkat Shading

Overhang horisontal yang terletak pada jendela selatan sangat efektif selama

musim panas karena matahari tinggi dari langit. Meskipun tidak terlalu efektif

overhang horizontal masih memiliki sisi baik pada arah timur, barat, dan utara.

Dalam iklim panas, jendela yang menghadap utara juga membutuhkan pembayangan,

karena selama musim panas matahari terbit dari timur laut dan tenggelam di barat
21

laut. Karena matahari rendah dari langit, overhang horisontal sangat tidak efektif

melainkan sirip vertikal kecil bekerja lebih baik pada fasad utara (Lechner, 2001).

Gambar 2.3 Setiap orientasi memerlukan strategi shading yang berbeda


Sumber : Lechner, 2001

Jendela yang menghadap ke Timur dan Barat menimbulkan masalah yang

sulit karena sudut ketinggian matahari rendah di pagi dan sore hari. Solusi terbaik

sejauh ini adalah untuk menghindari arah Timur dan memberikan jendela di arah

Barat sebanyak mungkin. Solusi terbaik berikutnya adalah untuk memiliki jendela di

sebelah timur dan barat ketika fasad menghadap utara atau selatan seperti yang

ditunjukkan dalam rencana Gambar 2.3 (Lechner, 2001).

Gambar 2.4 Jendela di timur dan barat ketika fasad menghadap utara atau selatan
Sumber : Lechner, 2001
22

2.4 Teori Balkon

2.4.1 Pengertian dan Fungsi Balkon

Berdasarkan penelitian Gon Kim, Wonwoo Kim, dan Jeong Tai Kim dalam

Role of Healthy Light to Embody Healthy Buildings (2009) menyatakan bahwa

balkon dapat menjadi suatu solusi desain yang baik dalam menghalangi masuknya

radiasi matahari secara langsung. Selain dapat digunakan sebagai penghubung ruang

dalam dan luar, balkon bisa menjadi desain shading yang baik dan multi fungsi.

Menurut Rasantika M. Seta (2009), balkon pada bangunan memiliki 8 fungsi

yaitu:

1. Balkon sebagai perluasan ruang, dikarenakan letaknya berada tepat

disamping ruang dalam.

2. Balkon memperlebar pandangan, dikarenakan balkon memiliki jendela

pandang yang lebih luas sehingga dapat menjadi tempat yang tepat untuk

menikmati pemandangan di sekitar.

3. Balkon sebagai penegas level lantai

4. Balkon sebagai elemen percantikan, dengan adanya balkon, tampilan fasad

dapat menjadi lebih menarik.

5. Balkon menambah tinggi nilai desain sebuah bangunan dan organisasi

ruangnya.

6. Balkon menjadi ungkapan selera pemilik atau penghuninya.

7. Balkon mereduksi dampak iklim, berfungsi untuk melindungi ruang di

bawahnya dari radiasi panas matahari.

8. Balkon sebagai penanda atau pembeda rumah dari rumah lainnya.


23

2.5 Pengaplikasian Bukaan

Guna mendapatkan rate ventilasi yang baik suatu bangunan idealnya dibuat

satu lapis (single zone layer), artinya ruang-ruang di dalam bangunan memiliki

jendela inlet dan outlet pada arah yang berlawanan (tidak ada sekat-sekat sehingga

memungkinkan terjadinya ventilasi silang) sempurna. Gambar 2.5 Menunjukkan

perbedaan antara layout bangunan satu lapis dan lebih dari satu lapis (Mediastika,

2002)

Gambar 2.5 Bangunan atau Ruangan Satu, Dua dan Tiga Lapis dan Kemampuannya mengalirkan
Udara
Sumber : Mediastika, 2002

Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan

tipe atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat

dimungkinkan terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal.

Ventilasi silang juga akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut

diperhitungkan. Jendela yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya

diletakkan pada ketinggian manusia yaitu 60cm-150cm (aktivitas duduk maupun

berdiri), agar udara dapat mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh

rasa nyaman yang diharapkan. Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet

(mengeluarkan udara) diletakkan lebih tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat

dengan mudah dikeluarkan (Mediastika, 2002).

Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang

memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0
24

m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih

cepat atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih

dimensi jendela yang berbeda antara inlet dan outlet atau dengan memilih tipe

jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara.

Gambar 2.6 Perbedaan dimensi Inlet dan Outlet akan menaikkan atau menurunkan kecepatan udara
Sumber : Mediastika, 2002

Gambar 2.7 Beberapa tipe jendela dan area efektif yang mengalirkan udara
Sumber : Moore,1993
25

2.5.1 Pemanfaatan Cahaya Matahari Melalui Bukaan

Besar kecil bukaan sangat berpengaruh terhadap cahaya matahari yang masuk

ke dalam ruang, berikut ilustrasi gambar yang menjelaskan pengaruh besar kecil

bukaan:

Gambar 2.8 Ilustrasi Pengaruh Besar Kecil Bukaan

Gambar 2.8 Ilustrasi Pengaruh Besar Kecil Bukaan


Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993

Terang gelap ruangan juga dipengaruhi oleh tinggi bukaan dan banyaknya

bukaan, satu sisi atau multi sisi.

Gambar 2.9 Efek Ketinggian Bukaan Pada Satu Sisi


Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993
26

Gambar 2.10 Efek Ketinggian Bukaan Pada Dua Sisi


Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993

Bukan hanya ketinggian bukaan yang mempengaruhi masuknya cahaya tetapi

kedalaman ruang juga berpengaruh.

2.6 Mahoney Table

Mahoney Table merupakan seperangkat tabel acuan yang digunakan dalam

bidang arsitektur sebagai panduan untuk mendesain berdasarkan iklim.Teori tersebut

ditemukan oleh arsitek Carl Mahoney yang bekerja sama dengan John Martin Evans

dan Otto Konigsberger. Konsep mahoney table dibuat oleh Mahoney pada tahun

1968 di Nigeria. Konsep tersebut lalu dikembangkan oleh Konigsberger, Mahoney ,

dan Evans pada tahun 1970, yang diterbitkan oleh PBB dalam bahasa Inggris,

Perancis, dan Spanyol. (Mahoney, 2002)


27

Mahoney Table memberikan urutan analisis iklim dengan mencakup data

iklim per bulan dan suhu, kelembaban dan curah hujan, seperti yang ditemukan di

HMSO (1958) dan pearce dan smith (1990), atau data-data tersebut bisa didapatkan

melalui layanan meteorologi nasional, misalnya SMN (1995).

Banyak aspek yang perlu diperhatikan pada mahoney table ini, diataranya :

1. Temperatur Udara, Temperatur mencankup DBT maksimal, DBT minimal,

dan temperatur rata-rata.

2. Kelembaban, hujan, dan angin

Output yang dihasilkan dari Mahoney Table berupa :

1. Layout

Pada layout terdapat 2 alternatif layout, antara lain:

 Ketinggian panjang bangunan menghadap Utara dan Selatan, untuk

mengurangi sinar

 Persentase bukaan yang optimal pada luas permukaan fasad bangunan

2.7 Studi Kasus Bangunan Sejenis

Gedung S. Widjojo Center yang berlokasi di Jl. Sudirman memanfaatkan sun

shading pada seluruh permukaan fasad. Angled eggcreate menjadi pilihan sun

shading pada bangunan ini.


28

Gambar 2.11 Lokasi dan bangunan S. Widjojo Center


Sumber : Google Image (2013)

PT Guna Reka Cipta (GRC) Widjojo sangat erat hubungannya dengan sejarah

masuknya bahan bangunan GRC ke pasaran bahan bangunan dan dunia konstruksi di

Indonesia pada tahun 1978. Desain yang unik dari gedung S.Widjojo Center ini

adalah penggunaan pertama GRC untuk gedung di Indonesia, karena bahan

bangunan konvensional lainnya tidak bisa memenuhi konsep desain yang diinginkan

perencana (jakartaoke.blogspot.com).

Pada penelitian yang telah dilakukan bapak Daryanto dalam thesisnya secara

teknis usaha menghalau radiasi sinar matahari dengan desain seperti ini adalah benar

untuk daerah tropis, hal ini terbukti dalam perhitungan OTTV (Overall Thermal

Transmittance Value) merupakan parameter awal untuk menetapkan suatu bangunan

layak disebut bangunan hemat energi atau tidak, dengan baseline 45 W/m² ke bawah

disebut bangunan hemat energi dan gedung ini memiliki OTTV hanya 36,46 W/m²

sehingga termasuk dalam kategori hemat energi.


29

Gambar 2.12 Hasil Perhitungan OTTV dan Pengukuran Tingkat Penerangan


Sumber : Daryanto, 1989

Walau bentuk sun shading pada bangunan ini monoton dan terlalu ramai

tetapi sun shading pada bangunan ini memberikan banyak bidang – bidang bukaan

sehingga cahaya alami dapat dimanfaatkan dengan baik , tingkat penerangan rata-rata

adalah 200 lux yang cocok untuk gedung perkantoran atau memenuhi standar .

Bentuk sun shading pada bangunan ini melindungi kaca dari sinar radiasi

langsung, namun bukaannya cukup lebar dan memberikan cahaya alami yang cukup

baik dan tidak terjadi sialau (Daryanto,1989).


30

Gambar 2.13 Detail bentuk sun shading pada kulit banguna S. Widjojo Center
Sumber : Daryanto, 1989

2.8 Studi Banding Apartemen Berdasarkan Pencahayaan Alami

Apartemen Avana Jakarta

Proyek apartemen 16 lantai ini terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta

Selatan, sebuah lingkungan yang terkenalnya. Konsep awal dari proyek ini adalah

membuat sebuah apartemen dengan memiliki 8 lantai yang mempunyai balkon unik.

Apartemen terdiri dari 64 unit apartemen yang luasannya berkisar antara 180 meter

persegi hingga 460 meter persegi (untuk penthouse).

Fasade apartemen ini cenderung transparan dengan perpaduan zona massa

untuk mendapatkan pencahayaan alami. Bagian dari fasad bertekstur material

transparan menggunakan kaca reflektif agar mereduksi cahaya yang berlebihan.


31

Gambar 2.14 Fasad Apartemen Avana


Sumber : Google, 2013

Konsep internal-eksternal ruang ini pun terlihat lebih jelas di setiap unit di

lantai atas. Adanya double massing dipadukan dengan fasade yang transparan dan

adanya skylight yang menghasilkan kaya akan cahaya.

Untuk area unit didominasi penggunaan kaca transparan dan dipadu dengan

kanopi lekukan kedalam membentuk fasade maju mundur, sehingga menghasilkan

cahaya alami yang baik pada siang hari artinya sudut jatuhnya cahaya matahari tidak

langsung masuk kedalam ruangan.


32

Gambar 2.15 Apartemen Avana


Sumber : Google, 2013

Apartemen Senopati suite

Apartemen ini terletak didaerah Senopati Jakarta Selatan. Pendekatan bentuk

massa ini terdiri dari satu blok massa bangunan. Di setiap unit apartemen dibangun

mezanine, atau balkon. Menurut Arsiteknya bahwa "Hunian ini akan menggunakan

sistem kaca penuh, agar sinar matahari dapat langsung menerangi dalam apartemen

sehingga mengurangi beban pemakaian listrik pada siang hari.

Apartemen Senopati Suites berdiri di atas lahan seluas 4.700 m² dengan

ketinggian di atas 30 lantai. Apartemen ini memiliki luas bangunan sekitar 20.000 m²

dengan jumlah hunian sebanyak 86 unit.


33

Gambar 2.16 Fasad bangunan Apartemen Senopati Suite


Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013

Apartemen dengan satu tower ini hanya terdiri atas empat unit per lantai.

Hingga lantai 10, perseroan membangun tipe kecil, sedangkan tipe besar berada di

atas lantai 10. Apartemen ini juga terdapat empat tipe Penthouse seluas 400 m² tiap

unitnya. Tipe Penthouse hanya terdapat dua unit dalam satu lantai.

Gambar 2.17 Pencahayaan alami pada unit apartemen


Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013
34

Di sisi timur apartemen ini dibuat private skin panel, yakni Selain berfungsi

untuk mereduksi cahaya yang berlebihan dan juga panel yang membuat penghuni

apartemen ini hanya dapat melihat ke depan, tidak bisa melihat ke bawah. Panel ini

meliputi 80% dari sisi apartemen di bagian timur. Pada bagian lainnya pemandangan

apartemen tetap bisa dilihat seperti biasanya.

Gambar 2.18 Panel pada fasad bangunan Apartemen Senopati Suite


Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013

Hasil Survei

Peneliti mengambil survei beberapa apartemen. Waktu yang dilakukan pada

pukul 12.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, pengukuran menggunakan luxmeter

dengan meletakannya di beberapa titik ruangan dengan ketinggian 75 cm asumsi

ketinggian manusia dalam posisi duduk, berikut beberapa datanya:


35

Tabel 2.3 Studi banding apartemen dengan pencahayaan alami

Nama Ruang dan Besar


No Apartemen
Ruang

Apartemen Mediterania, Jl Tanjung Duren Raya, 1. Depan Lobby : 322 lux


Jakarta

2. Dalam Lobby : 300 lux

3. Ruang Lift : 50 lux

4. Unit Kamar Apartemen :


550 lux

5. Retail : 360 lux


6. Atm : 184 lux
7. Belakang Lobby : 130 lux
36

Apartemen Avana, Jalan Kemang Raya, Jakarta 1. Lounge : 350 lux


Selatan

2. Lobby : 410 lux

3. Unit Apartemen : 340 lux

4. Balkon : 630 lux

Apartemen Senopati Suite, Jl. Senopati Senayan


Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 1. Lobby : 287 lux
2. Lounge : 80 lux
3. Unit : 230 - 310 lux

3
37

Hasil Kesimpulan Survei

Kesimpulannya yaitu, berdasarkan hasil survei bahwa beberapa ruangan

apartemen dan unit apartemen menggunakan cahaya buatan dan ada juga

memanfaatkan cahaya alami di siang hari. Pada apartemen yang masih

memanfaatkan cahaya buatan karena ruang tertutup dan tidak dipertimbangkan untuk

cahaya alami. Sedangkan apartemen yang memanfaatkan cahaya alami telah

menyesuaikan dengan desain fasadenya seperti hasil karya arsitek Aboday apartemen

avana dan senopati,. Pada apartemen yang kurang terhadap cahaya alami dan gelap,

serta tidak sesuai dengan stdandar intensitas pencahayaan SNI. Banyak area yang

kurang memadai terhadap pencahayaan alami, sehingga akhirnya menyebabkan

ruangan-ruangan gelap dan akhirnya diatasi dengan pengguanaan cahaya buatan.


38

Anda mungkin juga menyukai