Oleh:
Ema Nur Fitriana
G99122039
Pembimbing:
dr. Suwardi, Sp. B., Sp. BA.
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama Ayah
Pekerjaan ayah
Nama Ibu
Pekerjaan ibu
Agama
Tanggal Masuk
Tanggal Periksa
No. RM
: An. RN
: 7 tahun
: Laki-laki
: Tn. S.
: Wiraswasta
: Ny. N
: Ibu rumah tangga
: Islam
: 16 Agustus 2013
: 19 Agustus 2013
: 01-20-94-74
B. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap
orang tua pasien dilengkapi dengan rekam medis rumah sakit.
1. Keluhan Utama
Kesulitan BAB
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kesulitan BAB sejak usia 2 tahun. Untuk bisa BAB,
pasien harus menggunakan obat yang dimasukkan ke dalam anus.
Semenjak kesulitan BAB, perut pasien mulai buncit dan sering merasakan
kembung. Mual (-), muntah (-), demam (-). BAK lancar, tidak ada
keluhan.
Sejak keluhan sulit BAB pertama kali muncul, pasien sudah berobat, dan
oleh dokter dinyatakan perlu tindakan operasi. Tetapi orang tua pasien
menolak operasi karena belum siap. Keluhan dirasakan semakin
mengganggu, sehingga pasien berobat kembali ke RS Sukoharjo dan
disarankan oleh dokter RS Sukoharjo untuk berobat ke RSUD Dr.
Moewardi.
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat Persalinan
Pasien lahir di bidan desa Sukoharjo dengan usia kehamilan 9 bulan, berat
badan lahir 2,7 kg, dan langsung menangis kuat.
Kepala
: pusing (-)
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
: mulut kering (-), bibir biru (-), sariawan (-), gusi berdarah
(- ), bibir pecah- pecah (-)
Tenggorokan
Respirasi
: sesak (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-)
Cardiovascular : nyeri dada (-), pingsan (-), kaki bengkak (-), keringat
dingin (-), lemas (-)
Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), perut terasa panas (-), kembung (+),
sebah (-), muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB
lendir darah (-), BAB sulit (+), perut buncit (+)
Genitourinaria : BAK warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-)
Muskuloskeletal: nyeri otot (+), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-)
Ekstremitas
Atas
Bawah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
- Keadaan umum
: baik
- Derajat kesadaran
: compos mentis
- Derajat gizi
2. Kulit
Kulit putih kecoklatan, kering, ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-)
3. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut.
4. Mata
Hematoma periorbita (-/-), hifema (-/-), Oedema palpebra (-/-), konjungtiva
anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-)
5. Hidung
Napas cuping hidung (-), bloody rhinorea (-/-), deviasi(-/-)
6. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-)
7. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-), tragus pain (-/-)
8. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1
9. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-), JVP tidak
meningkat
10. Thoraks
Cor
Pulmo
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
12. Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
13. Genitourinaria
BAK warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-)
D. ASSESMENT I
Suspect megakolon kengenital
E. PLANNING I
Foto colon in loop
Cek laboratorium : Darah rutin
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
Hb
12,0 g/dl
12,0-15,6
Hct
34 %
33-45
AE (uL)
9,1. 103 UL
4,10-5,10
AL
483. 103 UL
4,5-11
AT
4,06 . 106 UL
150-450
Gol. Darah
HbsAg
Nonreaktif
PT
12,9 detik
0-35
APTT
33,2 detik
0-45
G. ASSESMENT II
Megakolon kongenital rectosigmoid
H. PLANNING II
MRS bangsal
Pro TAERP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Megakolon kongenital (megakolon aganglionik bawaan) atau penyakit
Hirschsprung (Hirschsprung Disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke
proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi, tetapi selalu termasuk
anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum. Tidak adanya inervasi saraf adalah
akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal ke distal 1,2.
Secara embriologik , kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon
kiri sampai dengan rectum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan
embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon
kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang bebas. Keadaan ini
memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama
halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid
dengan radiksnya yang sempit 3.
Kolon merupakan bagian dari usus besar. Kolon dibagi
menjadi kolon
menyebabkan
perangsangan
sfingter
penghambatan
rectum,
sekresi
sedangkan
dan
kontraksi,
perangsangan
serta
parasimpatis
ml sehari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat
obstruksi usus gas tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatulensi 4.
F. Patogenesis
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan
sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang
abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian
yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian
aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum 6.
Dasar patofisiologi dari penyakit Hirschsprung adalah tidak adanya gelombang
propulsive dan abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus
internus yang disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis
pada usus besar. 7
kadang mengenai sebagian panjang colon namun ada pula yang mengenai
seluruh colon.
Imaturitas dari sel ganglion 7
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan
pemeriksaan LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki
sitoplasma yang dapat menghasilkan dehidrogenase.
Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwanns dan sel saraf
lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi
succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu
pertama kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH
yang memerlukan waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun.
Hipogenesis adalah hubungan antara imaturitas dan hipoganglionosis.
Kerusakan sel ganglion 7
Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari
vaskular atau nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah
infeksi Trypanosoma cruzi(penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi
kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel ganglion karena aliran
darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat tindakan pull
through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.
G. Tipe
Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena.
Tipe Hirschsprung disease meliputi:
1. Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari
rectum.
2. Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari
colon.
3. Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.
4. Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan
kadang sebagian usus kecil.
H. Manifestasi klinis
Tiga tanda khas dari megakolon kongenital, yaitu:
1. Keterlambatan evakuasi mekoneum lebih dari 24-48 jam pertama. Pada
99% bayi yang lahir cukup bulan (aterm) mekoneum keluar dalam
48 jam pertama setelah kelahiran. Megacolon congenital
perlu
dicurigai
pada bayi yang lahir cukup bulan yang mengalami keterlambatan evakuasi
mekoneum.
Meskipun
pada
beberapa
bayi
dapat
mengeluarkan
enterokolitis,
abdomen
yang
meregang,
dan kegagalan
perkembangan.
2. Distensi abdomen. Distensi abdomen merupakan manifestasi obstruksi
usus letak rendah.Tanda-tanda edema, bercak kemerahan khususnya di
sekitar umbilicus,punggung, dan sekitar genitalia ditemukan bila terjadi
komplikasiperitonitis. Gambaran abdomen tersebut mirip dengan gambaran
ileum,
enterokoliti
snekrotikans
neonatal,
atau
peritonitis
intrauterine.
I. Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosis penyakit ini dapat dibuat berdasarkan adanya konstipasi pada
neonatus. Gejala konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya
mekonium untuk dikeluarkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Tetapi
gejala ini biasanya ditemukan pada 6% atau 42% pasien. Gejala lain yang
biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasase usus, poor
feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus yang berusia
lebih tua maka akan didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang
harus diperhatikan adalah jika didapatkan periode konstipasi pada neonatus
yang diikuti periode diare yang massif kita harus mencurigai adanya
enterokolitis 8.
2. Gejala klinis
Gambaran klinis penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia
gejala klinis mulai terlihat :
(1). Periode Neonatal. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni
pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen.
Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama)
merupakan tanda klinis yang signifikans. Swenson (1973) mencatat angka
94% dari pengamatan terhadap 501 kasus , sedangkan Kartono mencatat
angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan 72,4% untuk waktu 48 jam setelah
lahir. Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat berkurang
manakala mekonium dapat dikeluarkan segera. Sedangkan enterokolitis
merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit
Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling
tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1
minggu. Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk
dan disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung
datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi
meski telah dilakukan kolostomi 8,9.
(2) Anak. Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah
konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat
gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan
colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot, konsistensi semiliquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak
teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi 8,9.
: Periode anak
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada
penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai
gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk
membedakan usus halus dan usus besar1,9.
Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa
Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda
khas1,9:
1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang
panjangnya bervariasi.
2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke
arah daerah dilatasi.
3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi.
juga digunakan pewarnaan protein S-100, metode peroksidaseantiperoksidase dan pewarnaan enolase. Hanya saja pengecatan
immunohistokimia
memerlukan
ahli
patologi
anatomi
yang
Bill
(1948)
adalah
yang
mula-mula
rektosigmoidektomi dengan
rektum pada level otot levator ani (2-3 cm diatas anal verge),
menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan intraabdominal
ekstraperitoneal. Pasca operasi, sangat penting melakukan businasi
secara rutin guna mencegah stenosis5.
3. Post Operatif
Pada awal periode post operatif sesudah PERPT (Primary Endorectal pullthrough), pemberian makanan peroral dimulai sedangkan pada bentuk short
segmen, tipikal, dan long segmen dapat dilakukan kolostomi terlebih
dahulu dan beberapa bulan kemudian baru dilakukan operasi definitif
dengan metode Pull Though Soave, Duhamel maupun Swenson. Apabila
keadaan memungkinkan, dapat dilakukan Pull Though satu tahap tanpa
kolostomi sesegera mungkin untuk memfasilitasi adaptasi usus dan
penyembuhan anastomosis. Pemberian makanan rata-rata dimulai pada hari
kedua sesudah operasi dan pemberian nutisi enteral secara penuh dimulai
pada pertengahan hari ke empat pada pasien yang sering muntah pada
pemberian makanan. Intolerasi protein dapat terjadi selama periode ini dan
memerlukan perubahan formula. ASI tidak dikurangi atau dihentikan5.
K. Komplikasi pasca tindakan operatif
Komplikasi pasca tindakan bedah penyakit Hirschsprung dapat digolongkan
atas kebocoran anastomose, stenosis, enterokolitis dan gangguan fungsi
spinkter. Enterokolitis telah dilaporkan sampai 58% kasus pada penderita
penyakit Hirschsprung yang diakibatkan oleh karena iskemia mukosa dengan
invasi bakteri dan translokasi. Perubahan-perubahan pada komponen musin
dan sel neuroendokrin, kenaikan aktivitas prostaglandin E1, infeksi
Clostridium difficile atau rotavirus dicurigai sebagai penyebab terjadinya
enterokolitis. Pada keadaan yang sangat berat enterokolitis akan menyebabkan
terjadinya megakolon toksik yang ditandai dengan demam, muntah hijau, diare
hebat, distensi abdomen, dehidrasi dan syok. Terjadinya ulserasi da nekrosis
akibat iskemia mukosa diatas segmen aganglionik akan menyebakan
terjadinya sepsis, pnematosis dan perforasi usus. Enterokolitis merupakan
ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit Hirschsprung ini,
yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 2-4
minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya
berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam.
Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi
klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi.
Kejadian enteokolitis berdasar prosedur operasi yang dipergunakan Swenson
16,9%, Boley-Soave 14,8%, Duhamel 15,4% dan Lester Martin 20%.
Gambaran klinis distensi abdomen 29, diare 38, darah pada feses 2, muntah
31, panas 22 dan takikardi 12.
L. Prognosis
Terdapat perbedaan hasil yang didapatkan pada pasien setelah melalui proses
perbaikan
penyakit
Hirschsprung
secara
definitif.
Beberapa
peneliti
Daftar pustaka