Anda di halaman 1dari 2

2.1.

Analisis Data Seismik


Interpretasi dan analisis data seismik dalam pencarian hidrokarbon merupakan salah

satu bagian pekerjaan paling utama bagi para ahli ilmu kebumian (earth scientist) untuk
menginterpretasi keadaan bawah permukaan. Perkembangan teknologi dari seismik dua
dimensi (seismik 2-D) menjadi seismik tiga dimensi (seismik 3-D), menempatkan metoda ini
sebagai salah satu acuan dalam pemodelan struktur dan stratigrafi suatu daerah sebelum
dilakukan pemboran eksplorasi ataupun dalam pengerjaan lanjutan suatu lapangan.
Tujuan yang paling penting dalam interpretasi seismik adalah mengolah data seismik
menjadi informasi geologi sebanyak mungkin dalam bentuk-bentuk struktur, stratigrafi dan
sejarah geologi. Seorang interpreter diharapkan mampu memberikan jawaban yang paling
dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil analisa seluruh data yang ada. Interpretasi
adalah membuat pemodelan dari suatu daerah prospek dimana diperlukan pengalaman dan
imajinasi untuk mengembangkan interpretasi yang mengarah pada perkembangan baru dari
daerah yang sedang diteliti.
Adapun tahap interpretasi data seismik ini terdiri atas tahapan sebagai berikut :
1. Pemilihan dan penarikan horizon seismik.
Pemilihan horizon seismik yang akan diinterpretasi pertama kali dilakukan dengan
menampilkan penampang seismik dan log sumur yang telah dilakukan pengikatan
(well-seismic tie) sebelumnya. Setelah ditentukan interval penelitian pada penampang
seismik yang sesuai dengan data log sumur, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan
picking marker untuk penentuan horizon. Penarikan horizon seismik dilakukan dengan
membuat picking pada batas atas (top) dan batas bawah (bottom) kedua reservoir yang
diteliti. Penelusuran kemenerusan horison sesmik dilakukan melalui pengamatan yang
umum terhadap karakter refleksi dan perubahan Impedansi Akustik (IA).
2. Pengikatan horizon antara penampang seismik yang berpotongan.
Horizon yang telah dipicking pada lintasan awal menjadi acuan untuk penarikan
horizon pada lintasan yang berpotongan. Misalnya pada tahap awal picking dilakukan
pada lintasan inline, maka lintasan yang memotongnya secara crossline mengikuti hasil
picking yang awal.
3. Penarikan indikasi patahan.
Patahan yang diinterpretasi yaitu patahan yang melewati horizon penelitian pada kedua
reservoir. Penentuan indikasi patahan dicirikan oleh kriteria sebagai berikut :

Diskontinuitas horizon atau meloncatnya (dislokasi) kemenerusan refleksi


horizon secara tiba-tiba.

Perubahan kemiringan horizon secara mendadak.

Terjadinya penebalan atau penipisan lapisan diantara dua horizon.

Fault shadow, yaitu rusaknya data di daerah (zona) tersesarkan.

Kuat atau lemahnya refleksi karena perbedaan densitas pada blok patahan.

4. Pembuatan peta kontur struktur kedalaman.


Peta kontur struktur kedalaman didapatkan dari hasil picking masing-masing horizon.
Setiap horizon akan menghasilkan sebuah peta kontur struktur kedalaman. Setelah
melakukan picking seluruh horizon pada semua lintasan seismik, maka kita akan
memperoleh peta kontur struktur waktu. Untuk mengkonversikan peta kontur struktur
waktu ke peta kontur struktur kedalaman, digunakan formula yang didapatkan dari
persamaan linear antara time seismik (milisecond) dan kedalaman horizon (kaki) pada
well log. Formula ini kemudian diproses dengan seksama sehingga didapatkan peta
kontur struktur waktu yang dapat dikonversikan menjadi peta kontur struktur
kedalaman. Peta struktur kedalaman akan memperlihatkan keadaan struktur bawah
permukaan yang kemudian digunakan untuk penentuan perkiraan lokasi pemboran.

Anda mungkin juga menyukai