Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry, 2006).
Muttaqin (2011) mendefinisikan luka bakar sebagai luka yang unik diantara bentukbentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang
tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Luka bakar adalah luka
yang timbul akibat kulit terpajan suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia (Corwin,
2004). Soetomo (2005) mengemukakan luka bakar sebagai suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa,
dan jaringan yang lebih dalam, sedangkan Borley dan Grace (2007) mengemukakan luka
bakar sebagai respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan sebagai respon kulit akibat proses patologis yang disebabkan oleh
kontak langsung atau terpapar sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, dan radiasi.
B. Etiologi
Penyebab luka bakar menurut Graber (2006) dapat dibagi dalam beberapa jenis
meliputi hal- hal berikut:
1. Panas
a. Api, terutama yang mengenai pakaian cenderung menyebabkan luka bakar
ketebalan penuh.
b. Logam cair, tar, atau bahan sintetik yang dicairkan menyebabkan kontak kulit
yang lama, harus didinginkan secepat mungkin.
c. Luka bakar akibat cairan harus cepat didinginkan dan semua pakaian yang
berkontak dengan daerah tersebut harus cepat dilepaskan untuk mengurangi waktu
kontak.
2. Listrik
Luka bakar akibat listrik dapat menyebabkan nekrosis otot, rabdomiolisis, dan
mioglobinuria. Hal-hal penting yang patut diawasi dipaparkan sebagai berikut.
a. Awasi aritmia jantung. Pemantauan jantung sangat penting selama 24 jam jika
kejadiannya berat.
b. Pasang penyangga leher (cervical collar): cari fraktur tulang panjang akibat
kontraksi otot.

c. Pantau CBC, elektrolit, EKG, mioglobin urin, enzim jantung, dan gas darah
arteri.
d. Dapat menyebabkan thrombosis pada setiap pembuluh darah tubuh. Cedera
biasanya jauh lebih berat dari yang terlihat di kulit. Hati-hati dan observasi pasien
dengan ketat.
3. Bahan Kimia
a. Asam kuat cepat dinetralisir atau cepat diserap. Bersihkan kulit dan hubungi
Sentra Pengendalian Racun untuk mendapatkan instruksi khusus.
b. Alkali menyebabkan nekrosis cair dan dapat menembus dengan dalam, yang
menyebabkan nekrosis progresif sampai beberapa jam setelah kontak.
4. Luka Bakar Radiasi
a. Pada awalnya tampak hiperemik dan kemudian menyerupai luka bakar derajat
ketiga. Perubahannya dapat meluas profunda ke dalam jaringan.
b. Luka bakar akibat sinar matahari merupakan jenis ini dan menyebabkan nyeri
superficial moderat.

C. Klasifikasi Luka Bakar


1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
Deskripsi
Luka bakar derajat pertama

Derajat dua, jaringan luka bakar


dengan lesi superfisial dengan
karakteristik luka bakar partial
thickness.

Gambar Klinis

Derajat dua, dengan karakteristik


luka bakar partial thickness
dalam.

Derajat tiga, dengan karakteristik


luka bakar thickness.

Derajat empat, dengan luka bakar


yang merusak otot

2. Karakteristik Luka Bakar


Klasifikasi

Etiologi
Penampilan

Luka bakar Terbakar


superficial matahari

Luka bakar Pajanan


partialair panas
thickness.

Karakteristik
Sensasi
Penyembuha

Terbatas di
Nyeri
epidermis.
Terdapat
eritema,
tetapi tidak
segera timbul
lepuh
Meluas ke
Sangat
epidermis
nyeri
dan ke dalam
lapisan
dermis, serta
menimbulka
n bula dalam
beberapa
menit.

n
Penyembuhan
terjadi secara
spontan dalam
tiga sampai
empat hari
7-20 hari

Bekas luka
Tidak
menimbulkan
jaringan
parut.
Biasanya
tidak timbul
komplikasi.
Luka bakar
ini biasanya
sembuh tanpa
meninggalka
n jaringan
parut.
Komplikasi
jarang terjadi,
walaupun
mungkin
timbul infeksi
sekunder

Luka bakar
partialthickness
dalam

Pajanan
air panas,
kontak
langsung
dengan
api, atau
minyak
panas

Luka bakar Pajanan


fullair panas,
thickness
kontak
langsung
dengan
api,
minyak
panas,
uap
panas,
agen
kimia,
dan
listrik
tegangan
tinggi.

Meluas ke
seluruh
dermis.
Namun,
daerah di
sekitarnya
biasanya
mengalami
luka bakar
derajat kedua
superficial
yang nyeri.

Nyeri
dengan
tekanan
parsial

Penyembuhan
beberapa
minggu.
Memerlukan
tindakan
debridement
untuk
membuang
jaringan yang
mati. Biasanya
diperlukan
skin graft.

Meluas ke
epidermis,
dermis, dan
jaringan
subkutis.
Kapiler dan
vena
mungkin
hangus dan
aliran darah
ke daerah
tersebut
berkurang.

Saraf
rusak
sehingga
luka tidak
terasa
nyeri,
kecuali
dengan
tekanan
dalam.
Namun,
daerah di
sekitarnya
biasanya
nyeri
seperti
pada luka
bakar
derajat
dua.

Luka bakar
jenis ini
mungkin
memerlukan
waktu
berbulan bulan
untuk sembuh
dan diperlukan
pembersihan
secara bedah
dan skin graft.

pada luka.
Folikel
rambut
mungkin
utuh, dan
akan tumbuh
kembali.
Pada luka
bakar ini
selalu terjadi
pembentukan
jaringan
parut.

Luka bakar
derajat ketiga
membentuk
jaringan parut
dan jaringan
tampak
seperti kulit
yang keras.
Risiko tinggi
untuk
terjadinya
kontraktur.

3. Berdasarkan luas luka bakar


Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh
(TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA sangat
penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat menggunakan metode
lund dan browder, metode rumus sembilan (rule of nines), atau metode telapak tangan.
a. Metode lund dan browder

Metode lund dan browder mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut
pertumbuhan (Graber, 2006). Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah
yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk
bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan
tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah
sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta ketiga pasca luka bakar karena
garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

USIA (Tahun)
LOKASI
0-1

1-4

5-9

10-15

DEWASA

Kepala

19

17

13

10

Leher

Dada & Perut

13

13

13

13

13

Punggung

13

13

13

13

13

Pantat Kiri

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

Pantat Kanan

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

Kelamin

Lengan Atas Ka.

Lengan Atas Ki.

Lengan Bawah Ka.

Lengan Bawah Ki.

Tangan Ka.

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

Tangan Ki

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

Paha Ka.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

Paha Ki.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

Tungkai Bawah Ka.

5,5

Tungkai Bawah Ki.

5,5

Kaki Kanan.

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

Kaki kiri.

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

Gambar. Perkiraan luas permukaan pada luka bakar. (Disesuaikan dari Nussbaum MS, editor:
The Mont Reid handbook, St. Louis, 1987, Mosby.)

b. Rumus Sembilan (Rule of Nines)


Rumus sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah
yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas. Wallace membagi tubuh atas bagian 9%
atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama the rule of nine atau rule of wallace
yaitu:
1) Kepala dan leher

: 9%

2) Lengan masing-masing 9%

: 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18%

: 36%

4) Tungkai maisng-masing 18%

: 36%

5) Genetalia/perineum

: 1%

Total

: 100%

Penentuan presentase berbeda pada bayi, anak dan orang dewasa sehingga
perhitungan luas luka bakar dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

Luasnya Luka Bakar:


1

Rumus 10 untuk bayi

Rumus 10-15-20 untuk anak

Rumus 9 untuk orang dewasa

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar menyebar, metode yang dipakai
untuk memperkirakan persentase luas luka bakar adalah metode telapak tangan
(palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas
permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas
luka bakar.
4. Fase Luka Bakar
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening.
Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal
dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara pasokan O2 dan
tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat
berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih mengalami permasalahan
instabilitas sirkulasi.
b. Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah

kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau pada
struktur atau organ-organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

D. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis dari luka bakar adalah:
1. Keracunan karbon monoksida: ditandai dengan kekurangan oksigan dalam darah,
lemas, bingung, pusing, mual, muntah, bahkan meninggal.
2. Distress pernapasan: ditandai dengan serak, ngiler, dan ketidakmampuan menangani
sekresi.
3. Cedera pulmonal: ditandai dengan pernapasan cepat atau sulit, krakles, stridor, dan
batuk pendek.
4. Gangguan hematologik: tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit,
penurunan SDP, leukosit meningkat, dan penurunan trombosit.
5. Gangguan ginjal: tanda yang ditemukan adalah peningkatan haluaran urine, dan
mioglobinuria.
6. Gangguan metabolik: tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan
kehilangan berat badan.
E. Evaluasi Diagnostik
1. Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/penurunan fungsi ginjal.
Natrium awalnya menurun pada kehilangan air. Alkalin fosfat mengalami peningkatan
sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/gangguan pompa natrium.

2. Urin: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam
dan kehilangan protein.
3. Fotorontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi.
4. Scan paru: untuk menunjukkan luasnya cedera inhalasi.
5. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miocard/disritmia pada luka bakar listrik.
6. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
7. Kadar karbonmonoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
8. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
9. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein dan edema cairan.
10. Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
11. Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin dapat meningkat.
12. Jumlah darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
13. Kadar gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia.
F. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, luka bakar radiasi, dan luka bakar kimia.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem
dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan pada luka bakar
derajat 3.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan
maksimal terjadi 8 jam. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di
wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang
terhisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas
dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap
akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak mampu
lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung pusing, mual, dan
muntah. Pada keracunan yang berat bisa terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin
terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai
membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar sering tidak steril.
Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak
tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini
membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka
bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman di
lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kuman
telah banyak yang resisten terhadap berbagai antibiotik.
G. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Perubahan

Tingkatan hipovolemik

Tingkatan diuretik

( s/d 48-72 jam pertama)

(12 jam 18/24 jam pertama)

Mekanisme

Dampak dari

Mekanisme

Pergeseran
cairan
ekstraseluler

Vaskuler ke
insterstitial

Hemokonsentras Interstitial ke
i oedem pada
vaskuler
lokasi luka bakar

Fungsi renal

Aliran darah
renal berkurang
karena desakan
darah turun dan
CO berkurang

Oliguri

Dampak dari
Hemodilusi

Peningkatan
Diuresis
aliran darah renal
karena desakan
darah meningkat

Kadar
sodium/natriu
m

Na+ direabsorbsi
oleh ginjal, tapi
kehilangan Na+
melalui eksudat
dan tertahan
dalam cairan
oedem

Defisit sodium

Kehilangan Na+
melalui diuresis
(normal kembali
setelah 1
minggu)

Defisit sodium

Kadar
potassium

K+ dilepas
sebagai akibat
cedera jaringan
sel-sel darah
merah, K+
berkurang
ekskresi karena
fungsi renal
berkurang

Hiperkalemi

K+ bergerak
kembali ke
dalam sel, K+
terbuang melalui
diuresis (mulai
4-5 hari setelah
luka bakar)

Hipokalemi

Kadar protein

Kehilangan
protein ke dalam
jaringan akibat
kenaikan
permeabilitas

Hipoproteinemia Kehilangan
protein waktu
berlangsung
terus
katabolisme

Hipoproteinemia

Keseimbangan
nitrogen

Katabolisme
jaringan,
kehilangan
protein dalam
jaringan, lebih
banyak
kehilangan dari
masukan

Keseimbangan
nitrogen negatif

Katabolisme
jaringan,
kehilangan
protein,
immobilitas

Keseimbangan
nitrogen negatif

Keseimbangan
asam basa

Metabolisme
anaerob karena
perfusi jaringan

Asidosis
metabolik

Kehilangan
sodium
bicarbonas

Asidosis
metabolik

berkurang
peningkatan asam
dari produk akhir,
fungsi renal
berkurang
(menyebabkan
retensi produk
akhir tertahan),
kehilangan
bikarbonas
serum.

melalui diuresis,
hipermetabolism
e disertai
peningkatan
produk akhir
metabolisme

Respon stres

Terjadi karena
trauma,
peningkatan
produksi cortison

Aliran darah
renal berkurang

Terjadi karena
sifat cidera
berlangsung
lama dan
terancam
psikologi pribadi

Stres karena
luka

Eritrosit

Terjadi karena
panas

Luka bakar
termal

Tidak terjadi
pada hari-hari
pertama

Hemokonsentras
i

Lambung

Curling ulcer
(ulkus pada
gaster),perdaraha
n lambung, nyeri

Rangsangan
sentral di
hipotalamus dan
peingkatan
jumlah cortison

Akut dilatasi dan


paralisa usus

Peningkatan
jumlah cortison

Jantung

MDF meningkat
2x lipat,
merupakan
glikoprotein yang
toxic yang

Disfungsi
jantung

Peningkatan zat
MDF (miokard
depresant factor)
sampai 26 unit,
bertanggung

CO menurun

dihasilkan oleh
kulit yang
terbakar

jawab terhadap
syok septic

H. Web of Caution (WOC) Teoritis

Bahan Kimia

Termis

Radiasi

Listrik/Petir
Bentuk kulit tidak
seperti semula,
trauma psikologis

Sambungan WOC
Biologis

Psikologis

Luka Bakar

Gangguan
sirkulasi makro
Pada wajah

Di Ruang
Tertutup

Gangguan perfusi organ penting

Otak

Kerusakan
mukosa
Kardiovas
Ginjal
kuler
Oedema Laring

hipoksia

Sel
Otak
mati

Kebocora
n kapiler

Hipok
sia
ginjal
Ostruksi jalan
nafas

Penuruna
Fungsi
n curah
MK: Jalan
ginjal
jantung
nafas tidak
efektif

Kerusakan kulit

Kercunan gas
CO
Hepar
GI
traktus
CO mengikat
HB
Pelepasa
Dilatasi
n
lambun
katekolaHB tidak g
min mampu
mengikat O2
Hipoksia
hepatik
Hipoksia otak

Multi sistem

Penguapan
meningkat
Neurolo
Imun
gi
Peningkatan
pembuluh
Ganggua
Daya
darah kapiler
n
tahan
neurolog
tubuh
i
menuru
Ekstravasasi
n
Cairan (H2O,)
elektrolit,
Hambatan protein
pertumbu
han

MK:
Gangguan
organ
failure
perfusi
jaringan
serebral

Tekanan
onkotik
menurun

Cairan
intravaskuler
menurun

MK:
Ggn Konsep diri
Gangguan sirkulasi
Kurang seluler
pengetahuan

Ansietas
Gangguan
perfusi
Terputusnya
kontinuitas jaringan

Laju metabolisme
Chemical
respons
meningkat
Bradikinin,
serotonin,
Glukoneogenesis,
histamisn,
glokogenolisis
prostaglandin

Merangsang
MK:ujung
saraf
bebas
Perubahan

Nutrisi
Korteks serebri

Persepsi nyeri

MK: Gangguan
rasa nyaman
MK: Gangguan
perfusi jaringan

Hipovolemia dan
hemokonsentrasi

Gangguan
sirkulasi makro

Luka terbuka

MK:
Kekurangan

MK:
Resiko

I. Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan


1. Perawatan Pasien Selama Fase Darurat/ Resusitasi Perawatan Luka Bakar
No
.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan
pertukaran gas
b.d keracunan
karbonmonoks
ida, inhalasi
asap dan
obstruksi
saluran napas
atas.

Tujuan dan
Kriteria hasil
Tujuan:
pemeliharaan
oksigenisasi
jaringan yang
adekuat

Intervensi
1. Berikan oksigen
yang sudah
dilembabkan.
2.

Kriteria Hasil:
a. Tidak ada
dispnea
b. Frekuensi
respirasi
antara 12 & 20
x/ menit
c. Paru bersih
pada
auskultasi
d. Saturasi
3.
oksigen arteri
> 96 %
dengan
oksimetri nadi
e. Kadar gas
darah arteri
dalam batas
normal

4.

5.

Rasional

1. Oksigen yang
dilembabkan akan
memberikan
kelembaban pada
Kaji bunyi
jaringan yang
napas, frekuensi
cedera, suplementasi
pernapasan,
oksigen
irama, dalam dan
meningkatkan O2
simetrisnya
alveoli.
pernapasan.
Pantau pasien
2. Hasil pengkajian ini
untuk
memberikan data
mendeteksi
dasar untuk
tanda-tanda
pengkajian
hipoksia.
selanjutnya dan
bukti peningkatan
Amati hal-hal
penurunan
berikut:
pernapasan.
a. Eritema/pem
bentukan
3. Tanda ini
bula (lepuh).
menunjukkan
b. Lubang
kemungkinan cedera
hidung yang
inhalasi dan risiko
gosong.
disfungsi
c. Luka bakar
pernapasan.
pada muka,
leher atau
4. Peningkatan pCO2
dada.
dan penurunan pCO2
d. Bertambahny
serta saturasi O2
a keparauan
dapat menunjukkan
suara.
perlunya ventilasi
mekanis.
Pantau hasil gas
darah arteri, hasil 5. Intervensi yang
pemeriksaan
segera diperlukan
oksimetri denyut
untuk mengatasi
nadi dan kadar
kesulitan
karboksipernapasan.
hemoglobin.
6. Intubasi
Laporkan
memungkinkan
pernapasan yang
ventilasi mekanis.
berat, penurunan
dalamnya
pernapasan, atu
7. Pemantauan

tanda-tanda
hipoksia dengan
segera kepada
dokter.
6. Bersiap untuk
membantu
dokter dalam
intubasi.

2.

3.

kemungkinan
deteksi dini
penurunan status
respirasi atau
komplikasi pada
ventilasi mekanis.

7. Pantau dengan
ketat keadaaan
pasien yang
menggunakan
alat ventilator
mekanis.
Jalan napas
Tujuan:
1. Pertahankan
1. Jalan napas yang
tidak efektif
Pemeliharan
kepatenan jalan
paten sangat krusial
b.d edema dan saluran napas
napas melalui
untuk fungsi
efek inhalasi
yang paten dan
pemberian posisi
respirasi.
asap.
bersihan saluran
pasien yang tepat
napas adekuat.
dan
2. Kelembaban akan
pembuangan
mengencerkan
Kriteria Hasil:
sekresi.
secret dan
a. Jalan napas
mempermudah
paten.
2. Berikan oksigen
espektorasi
b. Sekresi
yang sudah
respirasi
dilembabkan.
3. Aktivitas ini
minimal, tidak
meningkatkan
berwarna dan 3. Dorong pasien
mobilisasi dan
encer.
agar mau
pembuangan sekresi.
c. Frekuensi
membalikkan
respirasi, pola
tubuh, batuk, dan
dan bunyi
napas dalam.
napas normal.
Anjurkan agar
pasien
menggunakan
spirometri
intensif.
Tindakan
pengisapan jika
diperlukan.
Kekurangan
Tujuan:
1. Amati TTV,
1. Hipovolemia
volume cairan Pemulihan
pengeluaran urin,
merupakan risiko
b.d peningkat keseimbangan
dan waspada
utama sesudah luka
permeabilitas
cairan dan
terhadap tandabakar.
kapiler dan
elektrolit yang
tanda
kehilangan
optimal dan
hipovolemia atau 2. Pengeluaran urin
lewat
perfusi organkelebihan beban
dan BB memberikan
evaporasi dari organ vital.
cairan.
informasi tentang

luka bakar.

perfusi renal,
kecukupan
penggantian cairan,
dan kebutuhan serta
kecukupan cairan.

Kriteria Hasil:
2. Pantau
a. Kadar
pengeluaran urin
elektrolit
sedikitnya setiap
serum berada
jam sekali dan
dalam batas
menimbang BB
normal.
pasien setiap
3. Pemberian cairan
b. Pengeluaran
hari.
yang adekuat
urin berkisar
diperlukan untuk
antara 0,5
3. Pertahankan
mempertahankan
dan 1,0
pemberian infus
keseimbangan
ml/kg/jam.
dan mengatur
cairan dan elektrolit
tetesannya pada
serta perfusi prgankecepatan yang
organ vital adekuat.
tepat sesuai
dengan program 4. Perubahan yang
medik.
cepat pada status
cairan dan elektrolit
4. Amati gejala
mungkin terjadi
defisiensi atau
dalam periode pasca
kelebihan kadar
luka bakar.
Na, K, Ca,
posfor, dan
5. Peninggian akan
bikarbonat.
meningkatkan aliran
balik darah vena.
5. Naikkan bagian
kepala tempat
tidur pasien dan
tinggikan
ekstremitas yang
terbakar.
6. Beri tahu dokter
dengan segera
jika terjadi
penurunan
pengeluaran urin,
tekanan darah
dan peningkatan
denyut nadi.

6. Karena terjadinya
perpindahan cairan
yang cepat pada
syok luka bakar,
defisit cairan harus
dideteksi secara dini
sehingga syok
sirkulasi tidak
terjadi.

4.

Hipotermia
b.d gangguan
mikrosirkulasi
kulit dan luka
yang terbuka.

Tujuan:
Pemeliharaan
suhu tubuh yang
adekuat.

1. Berikan
lingkungan yang
hangat dengan
penggunaan
perisai pemanas,
selimut
berongga, lampu
atau selimut
pemanas.

1. Lingkungan yang
stabil mengurangi
kehilangan panas
lewat evaporasi.

2. Bekerja dengan
cepat kalau
lukanya terpajan
udara dingin.

3. Kaji suhu tubuh


yang frekuen
membantu
mendeteksi
terjadinya
hipotermia.

3. Kaji suhu inti


tubuh dengan
sering.
5.

Nyeri b.d
cedera
jaringan dan
saraf serta
dampak
emosional
cedera.

2. Pajanan yang
minimal mengurangi
kehilangan panas
dari luka.

Tujuan:
1. Gunakan skala
1. Tingkat nyeri
Pengendalian rasa
nyeri untuk
menentukan data
nyeri
menilai tingkat
dasar untuk
nyeri (1-10).
mengevaluasi
Kriteria Hasil:
Bedakan dengan
efektivitas tindakan
a. Menyatakan
tanda-tanda
mengurangi nyeri.
tingkat nyeri
hipoksia.
menurun.
2. Penyuntikan
b. Tidak ada
2. Berikan preparat
preparat analgetik
petunjuk
Analgetik
intravena diperlukan
nonverbal
menurut program
karena terjadinya
tentang nyeri.
medik. Amati
perubahan perfusi
kemungkinan
jaringan akibat luka
supresi
bakar.
pernapasan pada
pasien yang tidak 3. Dukungan
memakai
emosional sangat
ventilasi
penting untuk
mekanis.
mengurangi
Lakukan
ketakutan dan
penilaian respons
ansietas akan
pasien terhadap
meningkatkan
pemberian
persepsi nyeri.
analgetik.
3. Berikan
dukungan
emosional dan
menentramkan
kekhawatiran
pasien.

2.
No.
1.

2.

Perawatan Pasien Selama Fase Akut Perawatan Luka Bakar


Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Kriteria hasil
Kelebihan
Tujuan:
1. Pantau TTV, asupan 1. Tanda dan gejala ini
volume cairan Pemeliharaan
cairan, dan BB. Kaji
menunjukkan status
b.d pemulihan keseimbangan
edema, distensi vena
cairan.
kembali
cairan yang
jugularis dan
kapiler dan
optimal.
krekels.
2. Semua tanda ini
perpindahan
menunjukkan
cairan dari
Kriteria Hasil:
2. Beri tahu dokter jika
peningkatan volume
kompartemen a. Asupan, cairan
pengeluaran urin 30
cairan.
interstitial ke
& BB
ml/jam, terjadi
dalam
memiliki
penambahan BB,
3. Pengaturan infus
kompartemen
korelasi
ronkhi, dan tekanan
akan mencegah
intravaskuler.
dengan pola
arteri pulmonalis.
bolus cairan yang
yang
tidak sengaja.
diharapkan.
3. Pertahankan cairan
b. TTV tetap
infus dengan alat
4. Dopamin akan
dalam batas
pengendali tetesan
meningkatkan
yang
infus.
pengeluaran urin.
ditentukan.
Diuretik
4. Kolaborasi
meningkatkan
pemberian preparat
pembentukan urin
diuretik atau
serta pengeluaran
dopamin.
urin dan
menurunkan volume
intravaskuler.
Risiko infeksi
b.d hilangnya
barier kulit
dan
terganggunya
respons imun.

Tujuan:
Tidak adanya
infeksi yang
lokal dan
sistemik.

1. Gunakan tindakan
1. Tindak aseptik akan
asepsis dalam semua
meminimalkan
aspek perawatan
risiko kontaminasipasien.
silang dan
penyebarluasan
2. Lakukan skrining
kontaminasi bakteri.
Kriteria Hasil:
terhadap para
a. Kultur luka
pengunjung untuk
2. Menghindari agen
memperlihatka
mendeteksi masalah
penyebab infeksi
n jumlah
respirasi,
yang dikenali akan
bakteri yang
gastrointestinal, dan
mencegah masuknya
minimal.
integumen.
mikroorganisme
b. Hasil kultur
tambahan.
darah, urin dan 3. Inspeksi luka untuk
sputum
mendeteksi tanda3. Tanda-tanda tersebut
normal.
tanda infeksi atau
menunjukkan infeksi
c. Tidak adanya
perubahan warna.
lokal.
tanda-tanda
dan gejala
4. Pantau jumlah
4. Peningkatan jumlah
yang
leukosit.
leukosit
menunjukkan
menunjukkan

infeksi dan
sepsis.

5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik.

infeksi.

5. Antibiotik
mengurangi jumlah
bakteri.
1. Perubahan
Tujuan:
1. Berikan diet tinggi
1. Pasien memerlukan
nutrisi: kurang Pencapaian status
kalori dan protein,
nutrient yang cukup
dari kebutuhan nutrisi anabolik.
mencakup kesukaan
untuk kesembuhan
b.d keadaan
pasien.
luka dan
hipermetabolis Kriteria Hasil:
peningkatan
me dan
a. Tidak
2. Pantu BB pasien dan
kebutuhan
kesembuhan
memperlihatka
jumlah asupan
metabolisme.
luka
n tanda-tanda
kalorinya setiap
defisiensi
hari.
2. Tindakan ini
vitamin,
membantu
protein dan
3. Berikan suplemen
menentukan apakah
mineral.
nutrisi sesuai
kebutuhan makanan
b. Memenuhi
ketentuan medik.
telah terpenuhi.
seluruh
kebutuhan
4. Berikan nutrisi
3. Suplemen ini
nutrisi yang
parenteral total jika
memenuhi
diperlukan
kebutuhan diet tidak
kebutuhan nutrisi.
lewat asupan
terpenuhi lewat
oral.
asupan per-oral.
4. Teknik intervensi
nutrisi menjamin
5. Laporkan distensi
terpenuhinya
abdomen, volume
kebutuhan nutrisi.
residu lambung yang
besar atau diare
5. Tanda-tanda ini
kepada dokter.
dapat menunjukkan
intoleransi terhadap
jalur atau tipe
pemberian nutrisi.
4.

Kerusakan
integritas kulit
b.d luka bakar
terbuka

Tujuan:
1. Bersihkan luka
Integritas kulit
setiap hari.
tampak membaik.
2. Lakukan perawatan
Kriteria Hasil:
luka bakar sesuai
a. Kulit secara
prosedur.
umum tampak
utuh dan bebas 3. Oleskan preparat
dari tandaantibiotik topical
tanda infeksi,
dan memasang
tekanan dan
balutan sesuai
trauma.
dengan ketentuan
b. Luka yang
medik.
terbuka
berwarna
merah muda,

1. Pembersihan setiap
hari akan
mengurangi potensi
kolonisasi bakteri.
2. Perawatan akan
mempercepat
penyembuhhan luka.
3. Perawatan luka akan
mengurangi potensi
kolonisasi bakteri
dan mempercepat
penyembuhan luka.
4. Tindakan ini akan

memperlihatka 4. Cegah penekanan,


n repitelisasi
infeksi dan
dan bebas dari
mobilisasi pada
infeksi.
autograft.
5. Berikan dukungan
nutrisi yang
memadai.
6. Kaji luka dan lokasi
graft. Laporkan
tanda-tanda
kesembuhan yang
buruk atau trauma
kepada dokter.

5.

Nyeri b.d
serabut saraf
terbuka,
kesembuhan
luka dan
penanganan
luka.

Tujuan:
1. Kaji tingkat nyeri
Pengurangan atau
dengan skala nyeri.
pengendalian rasa
Amati indikator
nyeri.
nonverbal yang
menunjukkan rasa
Kriteria Hasil:
nyeri.
a. Menyatakan
rasa nyeri
2. Jelaskan kepada
berkurang
pasien mengenai
b. Tidak
perjalanan nyeri
membberi
yang lazim terjadi
petunjuk
pada penyembuhan
fisiologik atau
luka dan berbagai
nonverbal
pilihan untuuk
bahwa rasa
pengendalian nyeri.
nyeri sedang
atau berat.
3. Ajarkan pasien
c. Dapat tidur
teknik relaksasi,
tanpa
imajinasi, dan
terganggu rasa
distraksi.
nyeri.
4. Kaji dan catat
respons klien
terhadap intervensi.
5. Kolaborasi
pemberian analgetik.

mempercepat
pelekatan graft dan
kesembuhan.
5. Nutrisi yang
memadai sangat
penting untuk
pembentukan
granulasi yang
normal dan
kesembuhan.
6. Intervensi dini untuk
mengatasi
kesembuhan luka
atau pelekatan graft
yang buruk sangat
esensial.
1. Data hasil
pengkajian akan
memberikan
informasi dasar
untuk mengkaji
respons terhadap
nyeri.
2. Pengetahuan akan
mengurangi
kecemasan.
3. Tindakan
nonfarmakologik
untuk mengatasi
nyeri akan
memberikan
berbagai cara
intervensi yang
dapat mengurasi
sensasi nyeri.
4. Membantu dalam
memastikan teknik
pengendalian nyeri
yang terbaik.
5. Untuk mengurangi
nyeri.

6.

Kerusakan

Tujuan:

1. Atur posisi pasien

1. Pengaturan posisi

mobilitas fisik
b.d edema
serta rasa
nyeri pada
luka dan
kontraktur
persendian.

Pencapaian
mobilitas fisik
yang optimal.
Kriteria Hasil:
a. Bertambah
berat setiap
hari setelah
sebelumnya
mengalami
penurunan
BB.
b. Memenuhi
seluruh
kebutuhan
nutrisi yang
diperlukan
lewat asupan
oral.

dengan seksama
untuk mencegah
posisi yang
terfiksasi pada
daerah tubuh yang
terbakar.
2.

3.

4.

5.

7.

Koping
individu tidak
efektif b.d
perasaan takut
dan ansietas
cemas, dan
berduka.

Tujuan:
Penggunaan
strategi koping
yang tepat untuk
menghadapi
berbagai masalah
pasca luka bakar.

yang benar akan


mengurangi risiko
terjadinya kontraktur
fleksi.

2. Latihan rentang
gerak akan
Iatihan yang
meminimalkan atrofi
dilaksanakan latihan
otot.
rentang gerak
beberapa kali sehari. 3. Mobilitas dini
mendorong
Bantu pasien untuk
peningkatan
duduk dan ambulasi
pemakaian otot-otot.
dini.
4. Alat-alat tersebut
Gunakan bidai dan
akan mendorong
alat-alat latihan yang
aktivitas pasien
dianjurkan oleh
sementara posisi
spesialis terapi
sendi yang benar
oksupasi dari
tetap dipertahankan.
fisioterapi.
5. Perawatan mandiri
Dorong perawatan
akan mempercepat
mandiri sampai taraf
kemandirian
yang sesuai dengan
maupun peningkatan
kemampuan pasien.
aktivitas.

1. Kaji kondisi pasien


untuk mengetahui
kemampuan koping
yang dilaksanakan
dengan berhasil di
masa lalu.

1. Data-data
psikososial akan
memberikan
informasi dasar
untuk merencanakan
perawatan.

2. Tunjukkan
penerimaan pada
pasien. Berikan
dukungan dan
umpan balik yang
positif.

2. Penerimaan akan
mendorong
timbulnya harga diri
dan proses yang
berkelanjutan kearah
independensi.

Kriteria Hasil:
a. Menggunakan
dengan katakata reaksi
terhadap luka
bakar,
prosedur
3. Bantu pasien untuk
terapeutik, dan
menetapkan tujuan
kehilangan.
jangka-pendek yang
b. Mengatasi
dapat dicapainya
kesedihan dan
guna meningkatkan
kehilangan
independensi pada
yang terjadi
aktivitas hidup
akibat luka
sehari-hari.

3. Penetapan tujuan
jangka-pendek akan
membawa kepada
pola keberhasilan
bagi pasien. Tujuan
jangka-panjang
mungkin tidak
realistik atau tidak

bakar.
c. Turut
berpartisipasi
dalam
pengambilan
keputusan
yang
berkenaan
dengan
perawatan.

8.

Kurang
pengetahuan
mengenai
proses
penanganan
luka bakar.

Tujuan:
Pasien dan
keluarga
mengungkapkan
pemahaman
penanganan luka
bakar.

4. Gunakan
pendekatan
multidisiplin untuk
mempercepat
mobilitas dan
independensi.

dapat dicapai bagi


pasien.
4. Komunikasi antara
berbagai disiplin
ilmu akan
menghasilkan cara
pendekatan yang
konsisiten.

5. Konsultasi dengan
anggota tim
perawatan pasien
5. Kolaboarsi
untuk membantunya
memanfaatkan
dalam mengatasi
keahlian dari profesi
perlilaku yang
atau spesialis yang
regresif atau
lain.
maladaptif.

1. Kaji kesiapan pasien 1. Terbatasnya


dan keluarganya
pendidikan
untuk belajar.
mengurangi
kemampuan pasien
2. Jajaki pengalaman
dan keluarganya
pasien dan
untuk menerima
keluarganya yang
informasi.
berhubungan dengan
Kriteria Hasil:
perawatan di RS dan 2. Informasi ini
a. Menyatakan
penyakit.
memberikan datadasar
data dasar untuk
pemikiran
3. Tinjau proses
penjelasan dan
untuk berbagai
penanganan luka
indikasi yang
aspek
bakar bersama
menunjukkan
penanganan
pasien dan keluarga.
harapan pasien serta
yang berbeda.
keluarganya.
b. Pasien dan
4. Jelaskan pentingnya
keluarga turut
partisipasi pasien
3. Mengetahui apa
berpartisipasi
dalam perawatan
yang akan terjadi,
dalam
untuk memperoleh
mempersiapkan
menyusun
hasil-hasil yang
pasien dan
rencana
optimal.
keluarganya dalam
penatalaksana
menghadapi
an jika
5. Jelaskan lama waktu
kejadian mendatang.
diperlukan.
yang diperlukan
untuk sembuh dari
4. Informasi ini
luka bakar.
memberikan arah
spesifik kepada
pasien.
5. Kejujuran
meningkatkan
harapan realistis.
J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Adapun penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien luka bakar, yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka
bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi:
1)Untuk luka bakar termal (api), berhenti, berbaring, berguling. Tutup korban
dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil.
2)Untuk luka bakar kimia (cairan), bilas dengan jumlah banyak air untuk
menghilangkan zat kimia dari kulit.
3)Untuk luka bakar listrik, pertama matikan aliran listrik sebelum berusaha untuk
memindahkan korban dari bahaya.
b. Prioritas kedua adalah menciptakan nafas paten. Untuk pasien dengan kecurigaan
cedera inhalasi, berikan oksigen melalui masker 10 liter/menit. Gunakan intubasi
endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas-gas darah arteri
menujukkan hiperkapnea berat meskipun dengan oksigen suplemen.
c. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan
volume plasma. Secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikan
pada 8 jam pertama pasca luka bakar, dan setengahnya lagi diberikan selama 16
jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang yang digunakan meliputi kristaloid, seperti
larutan Ringer Laktat atau koloid seperti albumin atau plasma.
d. Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar:
1) Pembersihan setiap dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver
sulfadiazin (silvadene).
2) Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis (tandur kulit)
khususnya pada luka bakar penuh ketebalan penuh.
e. Upaya menciptakan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini
merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang
bisa dikerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 12 bulan.
Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini
umumnya memakan waktu yang lebih lama. Alternatif yang lebih cepat ialah
dengan skin graft (cangkok kulit). Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit
dari suatu bagian tubuh yang kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan.
Lokasi pengambilan (donor site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan
gampang sembuh. Agar pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Kulit
donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam) mesti
memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak akan
bisa tumbuh. Setelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti
dikerjakan ialah membiarkannya. Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya

melindungi cangkok tersebut dan menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan


akan terjadi dalam 4 -7 hari.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan luka umum
Perawatan luka yang mencakup pembesihan luka dan debridemen,
pengolesan preparat, antibiotik topikal serta pembalutan. Kassa yang terbuat dari
bahan biologik, biosintetik dan sintetik dapat digunakan. Pencangkokan kulit
split thickness diperlukan untuk menutup luka bakar derajat III (full thickness)
dan II (deep partial thickness). Prosedur khusus harus diikuti dalam perawatan
luka bakar pada muka, telinga, mata, dan genitalia. Penggunaan terapi oksigen
hiperbarik untuk mempercepat kesembuhan luka merupakan masalah yang
kontroversial dan bukan komponen yang rutin dalam perawatan luka bakar.
b. Pembersihan luka
Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar.
Hidroterapi dengan perendaman total dikerjakan pada beberapa rumah sakit. Pada
rumah sakit yang lain, pasien digantung dengan sebuah ayunan vinil di atas bak
dan kemudian disiram. Bak mandi rendam atau whirlpool dapat digunakan.
Guncangan air dalam whirlpool akan meningkatkan proses pembersihan luka dan
secara lembut memijat jaringan. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat
mungkin bergerak dengan aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik
untuk melatih ekstremitas dan membersihkan seluruh tubuh.
c. Terapi antibiotik topikal
Beberapa bentuk terapi antimikroba yang diterapkan pada luka bakar
merupakan metode perawatan setempat yang terbaik untuk luka bakar yang luas.
Terapi antibakteri topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi
jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh
mekanisme pertahanan tubuh pasien itu sendiri. Terapi topikal akan
meningkatkan upaya untuk mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka
yang tertutup dan bersih. Tidak ada satupun preparat yang secara universal
efektif. Penggunaan berbagai jenis preparat antibiotik yang berbeda dalam
periode pasca luka bakar mungkin diperlukan. Pemeriksaan kultur bakteriologik
harus dikerjakan untuk memantau efek pengobatan topikal tersebut.
Sebelum preparat topikal yang baru dioleskan, preparat topikal yang
digunakan sebelumnya harus dibersihkan dahulu dengan seksama. Frekuensi
penggantian pembalut dan perendaman luka harus direncanakan untuk
meningkatkan efek terapeutik preparat yang optimal.
d. Penggantian balutan

Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidroterapi ataupun di bagian


perawatan kurang-lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pembalut juga
dapat diganti di kamar bedah sesudah pasien dianastesi. Masker, penutup rambut,
apron plastik yang sekali pakai atau gaun bedah dan sarung tangan steril harus
dikenakan oleh petugas kesehatan pada saat melepas balutan atau kassa penutup
luka. Pembalut luar dapat digunting dengan gunting yang ujungnya tumpul
(guntung verban), sedangkan balutan yang kotor dilepas dan dibuang dengan
mengikuti prosedur yang ditetapkan untuk pembuangan bahan-bahan yang
terkontaminasi.
Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa
menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bila pasien
dibiarkan berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut dapat
dilepas dengan hati-hati dan perlahan-lahan memakai forseps atau tangan yang
mengenakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebrideman
untuk menghilangkan debris, setiap preparat yang tersisa, eksudat dan kulit yang
mati. Gunting serta forseps yang steril dapat memangkas eskar yang lepas dan
mempermudah pemisahan kulit yang sudah mati.
e. Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain dari pada perawatan luka bakar. Tindakan
ini memiliki dua tujuan:
1) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri
2) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan
bagi graft dan kesembuhan luka.

f. Penatalaksanaan nyeri
Ciri yang menonjol pada nyeri luka bakar adalah intensitasnya dan
durasinya yang lama. Lebih lanjut, perawatan luka harus menyertakan antisipasi
rasa nyeri dan kecemasan pasien, rasa nyeri yang dialami pasien kerap kali sangat
parah. Pada saat melakukan perawatan luka bakar pasti pasien akan merasakan
nyeri, yang bisa dilakukan perawat pada saat pasien nyeri anjurkan nafas dalam
dan kolaborasikan pada dokter pemberian analgesik.
g. Dukungan nutrisi
Hipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar
sampai luka tersebut tertutup, dengan demikian kebutuhan metabolik basal akan
meningkat sampai sebesar 100%. Tujuan dukungan nutrisi pada luka bakar adalah
untuk meningkatkan status keseimbangan nitrogen yang positif. Dukungan
nuutrisi yang diperlukan ditentukan berdasarkan status pasien pra-luka bakar dan
luas permukaan tubuh yang terbakar.
h. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat
dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar
dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan
hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai
macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu
yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan
menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Terapi primer penderita luka bakar yang besar dengan penghindaran
komplikasi yang berhubungan dengan pengurangan cairan dan elektrolit pada
periode pasca luka bakar dini. Penentuan persentase TBSA luka menjadi tahap
awal dalam menghitung kebutuhan cairan. Pasien juga harus ditimbang beratnya
pada awal terapi untuk menentukan berat dasar sebagai pedoman perawatan
berikutnya. Kateter urina yang ditinggalkan digunakan sebagai indeks perfusi
ginjal dan untuk mengevaluasi keefektifan resusitasi cairan. Pada penderita

dengan kombinasi luka bakar kulit dan cedera paru, pemantauan tekanan sentral
dengan katetr Swan-Ganz harus dilakukan.
Ada beberapa rumus yang sudah dikembangkan oleh berbagai pusat
perawatan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar.
Diantaranya rumus Brooke, Modifikasi Brooke, Evan dan Parkland, dan metode
Baxter. Modifikasi Brooke dan Parkland mengemukakan resusitasi cairan dengan
cara luas daerah luka bakar dikali berat badan pasien dalam kilogram, dikali
volume larutan Ringer yang akan diberikan dalam 24 jam pasca luka bakar. Pada
kedua perhitungan, setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
resusitasi, dengan seperempat dari seluruh jumlah semula diberikan tiap 8 jam
berikutnya. Sedangkan formula Baxter memiliki perhitungan luas luka bakar x 4
mL x BB (kg) x (%). Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua. New York Hospital juga memiliki perkiraan kebutuhan cairan
resusitasi pada pasien luka bakar yang dijelaskan pada tabel berikut ini.
24 jam
pertama
pasca luka
bakar
24 jam
kedua
pasca luka
bakar

Dewasa
Larutan Ringer laktat 4ml/kg/%
luka bakar

D5/W ditambah larutan yang


mengandung koloid (misal,
albumin 5% dalam larutan
natrium klorida 0.9%) 0.5 ml/kg/
%luka bakar

Anak-anak
Larutan Ringer laktat
4 ml/kg/% luka bakar ditambah
10 kg pertama-100 ml/kg
10 kg kedua-50 ml/kg
10 kg ketiga-20 ml/kg
D5/saline 0.45% ditambah
larutan yang mengandung
koloid 0.5 ml/kg/% luka bakar

Anda mungkin juga menyukai