Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ISI

2.1. Pengertian GAKY


Gangguan akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang dapat
ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus
dalam waktu cukup lama. (DepKes RI, 2000).
Selain itu, menurut Supariasa (2001), Gangguan akibat kekurangan yodium adalah
rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia, Sprektum seluruhnya
terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh
gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pada anak dan dewasa, sering
dengan kadar hormon rendah angka lahir dan kematian janin meningkat.
Pengertian GAKI yang lain menurut Thesa (2009), Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh
kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi
lain, GAKI merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium,
akibat kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita
kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi iodium ini
merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai semua segmen usia, dari fetus
hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik dengan GAKI.
Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas akibat desakan
mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi lain yang dapat
dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan mental dan rendahnya IQ,
hipotiroidisme, dan kretin. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid yang melebihi
normal. Hipotiroidi adalah kondisi di mana tubuh tidak memperoleh cukup hormon
tiroid. Kondisi ini mengakibatkan penderita menjadi malas, mengantuk, kulit kering dan
tidal (tahan dingin dan konstipasi). Hormon tiroid berperan dalam proses pertumbuhan
otak dan sistim saraf. Oleh karena itu anak penderita hipotiroidi mengalami hambatan
dalam pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental.
Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari
Hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,
ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin.
(Sediaoetama, 2006). Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar

dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya
terdapat dalam kelenjar tiroid dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot,
dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi
dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya
tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin
terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan
menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi
(Kartasapoetra, 2005).
Anjuran Asupan Yodium setiap hari di dalam makanan menurut Arisman (2004)
adalah :
-

Dosis 50 g/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.


Dosis 90 g/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
Dosis 120 g/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
Dosis 150 g/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
Dosis 200 g/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui.

2.2. Penyebab GAKY


1.
Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi
2.

tirosin dan proses coupling.


Lokasi (Geografis dan non geografis)
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan
kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum
banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang
berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat
tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah

3.

bahkan tidak ada.


Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan
oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari asupan
protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan alat transport hormon

tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan
sebagai cadangan hormon.
Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap
dalam
4.

sintesis

hormon

tiroid

terutama

tahap

transportasi

hormone

(Djokomoelyanto, 1994).
Pangan Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi
hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat goitrogenik
menghambat uptake yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan
isotiosianat menghambat proses tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada
dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
a. Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela
rambat dan jewawut, singkong
b. Isotiosianat terdapat pada kobis.
Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses
sintesis hormon dan kelenjar tiroid trhadap bahan bahan goitrogenik. Bahan
tersebut adalah:
a. Kelompok

tiosianat,

dimana

mekanisme

kerjanya

memperngaruhi

transportasi yodium. Misalnya : rebung, ubi jalar.


b. Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi
oksidasi, organofikasi, dan coupling. Misal: bawang merah, bawang putih,
bassica dan yellow turnips.
c. Kelompok akses iodida, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi
protealisis, pelepasan, dan halogenasi misalnya gangguan asupan yodium
lebih dari 2 gram sehari, akan menghambat sintesis dan pelepasan hormon
(Djokomoelyanto, 1994).
5.

Genetik
Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian
GAKY dan mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid.
Faktor genetic banyak disebabkan karena keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.
Penyebab genetic lain adalah sejumlah cact metabolic yang diturunkan, yang
melukiskan kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon tiroid. Cacat
ini adalah cacat pada pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat
perangkaian, defisiensi deiodinasi, dan produksi protein teriodinasi yang abnormal.

2.3. Akibat GAKY


1. Defisiensi pada janin

Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis.


Gejala khas kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang
menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia
spastik. Jenis kedua yaitu bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda
hipotiroidisme dan dwarfisme (Arisman, 2004)
2. Defisiensi pada bayi baru lahir.
Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan
berlangsung lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian
mengancam perkembangan otak secara dini. (Arisman, 2004)
3. Defisiensi pada anak dan remaja
Kekurangan yodium pada anak khas terpaut dengan insiden gondok. Angka
kejadian gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja.
Prevalensi gondok pada wanita lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate
(TGR) anak sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran
GAKY masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat
kekurangan Yodium yaitu Gondok, hipoiroidisme Juvenile dan perkembangan fisik
terhambat. (Arisman, 2004)
4. Defisiensi pada Dewasa
Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan
cepat lelah, produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009),
Gondok dan penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium.
(Arisman, 2004).
5. Defisiensi pada ibu hamil
Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian
bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa
nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang
juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1
tahun, sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya. (Isna, 2009).
6. Defisiensi pada semua usia
Bentuk gangguannya : Kepekaan terhadap radiasi nuklir meningkat
(Arisman, 2004)
Akibat negatif GAKI ternyata dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak
usia sekolah. Dari sejumlah 20 juta penduduk Indonesia yang menderita GAKI
diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan atau IQ points (Tim GAKY
Pusat, 2005). Setiap penderita gondok akan mengalami defisit 10 point dibawah
normal, penderita kretin akan mengalami defisit IQ sebesar 50 point dibawah normal.

Sedang penderita GAKI lainnya akan mengalami defisit IQ sebesar 10 point. Adanya
keterbelakangan mental mempengaruhi kecerdasan (Arisman, 2004).
Semua penduduk dan kelompok umur berisiko untuk menderita GAKI Selain
berdampak pada kecerdasan otak GAKI juga berakibat pada status gizi karena
hypothyroid, gangguan pertumbuhan fungsi fisik dan mental serta meningkatnya
kematian bayi akibat penurunan daya tahan terhadap penyakit juga berdampak pada
perkembangan sosial dan ekonomi.
2.4. Gejala GAKY
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti :
a. Reterdasi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Gangguan bicara
d. Hipertiroid (Pembesaran Kelenjar Tiroid/Gondok)
e. Kretinisme biasanya pada anak-anak
2.5. Klasifikasi GAKY dengan cara PALPASI
1.
Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan
2.

dengan palpasi tidak teraba.


Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal,

3.

dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan

4.

tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi

5.

teraba lebih besar dari Grade IB.


Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.

Urutan pemeriksaan kelenjar gondok adalah sebagai berikut :


1.
Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap
2.

pemeriksa
Pemeriksa melakukan pengamtan di daerah leher depan bagian bawah

3.

terutama pada lokasi kelenjar gondoknya


Amatilah apakah ada pembesaran kelenjar gondok (termasuk tingkat II

4.

atau III)
Kalau bukan, sampel disuruh menengadah dan menelan ludah. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar

gondok atau bukan. Pada gerakan menelan, kelenjar gondok akan ikut
5.

terangkat keatas.
Pemeriksa berdiri di belakang sampel dan lakukan palpasi. Pemeriksaan
meletakkan dua jari telunjuk dan dua jari tengahnya pada masing-masing
lobus kelenjar gondok. Kemudian lakukan palpasi dengan meraba dengan

6.

kedua jari telunjuk dan jari tengah.


Menentukan (mendiagnosis) apakah orang/sampel menderita gondok atau
tidak. Apabila salah satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas
terakhir ibu jari orang yang diperiksa, berarti orang tersebut normal.
Apabila salah satu atau kedua lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir
ibu jar orang yang diperiksa maka orang tersebut menderita gondok.

Dalam melakukan palpasi gondok, pemeriksa harus memperhatkan kondisi


sebagai berikut :
1.
Cahaya hendaknya cukup menerangi bagian leher orang yang diperiksa
2.
Pada saat mengamati kelenjar gondok, posisi mata pemeriksa harus sejajar
3.

(horisontal) dengan leher orang yang diperiksa


Palpasi (perabaan) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau
terlalu lemah. Tekanan yang terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar
masuk atau pindah ke bagian belakang leher, sehingga pembesaran tidak

teraba.
2.6. Daerah Endemik GAKY
Istilah gondok endemik/endemik gondok digunakan jika suatu daerah/wilayah
ditemukan banyak penduduk dengan mengalami pembesaran kelenjar gondok. Bila > 10
% penduduk di suatu daerah menderita pembesaran kelenjar gondok, maka daerah
tersebut merupakan daerah endemik gondok.
1.
Daerah endemik gondok adalah suatu daerah / wilayah yang berdasarkan data
2.

Nasional dikategorikan sebagai gondok endemik berat.


Daerah non endemik gondok adalah suatu daerah / wilayah yang berdasarkan
data Nasional tidak dikategorikan sebagai gondok endemik berat. Klasifikasi
daerah endemik gondok adalah sebagai berikut:
a. Endemik Gondok Ringan : 10 - 19 % penduduknya mengalami pembesaran
kelenjar gondok
b. Endemik Gondok Sedang : 20 - 29 % penduduknya mengalami pembesaran
kelenjar gondok
c. Endemik Gondok Berat : > 30 % penduduknya mengalami pembesaran
kelenjar gondok

Daerah yang banyak dijumpai penderita gondok adalah daerah-daerah yang terpencil,
di gunung dan jauh dari laut. Secara geografis di derita oleh penduduk yang mendiami 3
macam daerah, antara lain:
a. Daerah pegunungan
b. Daerah yang belum lama berselang ditutupi es
c. Daerah dimana air minum penduduk bersumber dari batu kapur (Joko Moelyanto,
1990).
Namun akhir-akhr ini daerah pantai atau pesisir dapat menjadi daerah endemic
gondok. Penentuan Tingkat Endemisitas, dapat dengan cara Total Goitre Rate (TGR)
adalah angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran
kelenjar gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR
digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas GAKY
2.7. Penanggulangan dan Pencegahan GAKY
a. Penanggulangan
Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua
garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan ,diperkaya dengan yodium
sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004)
Suplementasi yodium pada binatang
Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).
b. Pencegahan
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100
g/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika
garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap
3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004).
c. Program penanggulangan GAKY berdasarkan waktu
Jangka pendek:
Program distribusi kapsul yodium (200 mg/kapsul) bagi masyarakat di

daerah endemik sedang dan berat. (dulu diberikan dlm bentuk suntikan).
Jangka Panjang:
- Yodisasi garam utk seluruh masyarakat (Universal Salt Iodization).
- Peningkatan konsumsi aneka ragam bahan pangan yg bersumber
-

dari laut.
Penurunan konsumsi pangan goitrogenik.
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE).
Fortifikasi.

2.8. Pengobatan GAKY


Menurut Thesa (2009) ada dua terapi yang bisa dilakukan oleh penderita GAKI yaitu :
Farmakologi, dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.

Non Farmakologi, dengan mengkonsumsi bahan makanan yang cukup banyak


mengandung yodium seperti bahan makanan yang berasal dari laut dan sumber
yodium lain yang mudah kita temui adalah garam, yang dimaksud disini adalah
garam beryodium dengan kadar yodium antara 30-80 ppm (part per million).

2.9. Kunjungan ke BP2GAKI


Pada tahun 1994 atas prakarsa prof.DR.dr.Darwin Karyadi dan Prof.DR.Muhilal
dari Puslitbang Gizi Bogor dilakukan penelitian tentang pencegahan lahirnya kretin baru
didaerah gondok endemik selama tiga tahun (biaya dari Riset Unggulan Terpadu II
Menristek) bekerjasama dengan FK-UGM Yogyakarta. Dari beberapa daerah gondok
endemik, Kabupaten Magelang terpilih sebagai daerah untuk pelaksanaan penelitian
tersebut karena Magelang adalah salah satu daerah gondok endemik berat di indonesia.
Untuk mempermudah operasional penelitian didirikan pos penelitian di Desa Jumoyo,
Kecamatan salam, Kabupaten Magelang terpilih sebagai salah satu daerah penelitian
tersebut karena Magelang adalah salah satu daerah gondok endemik berat di Indonesia.
Atas bantuan Pemerintahan Daerah Magelang pos penelitian dipindahkan ke lokasi bekas
Puskesmas Borobudur.
Pada tahun 1999 Puslitbang Gizi melalui Kepala Badan Litbangkes mengusulkan
Pos Penelitian GAKI untuk menjadi Balai penelitian GAKI kemudian ditetapkan dengan
Keputusan Menkes Nomor:575/MENKES/SK/IV/2000 tanggal 10 April 2000 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Gangguan Akibat Iodium di Kabupaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah yang disempurnakan dengan ditetapkan peraturan
Menteri Kesehatan Nomor:1351/Menkes/PER/IX/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di
Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah.
Kunjungan praktikum dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 29 September 2014 di
Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akbat Kekurangan Iodium (BP2GAKI)
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Pengumpulan data dalam laporan ini dilakukan
dengan cara observasi dengan mengamati kegiatan di BP2GAKI, pegawai dan
pengunjung atau pasien yang memeriksakan kesehatannya di Balai Pengobatan GAKI.
Di Balai Pengobatan GAKI terdapat beberapa kegiatan didalamnya, seperti
pemeriksaan laboratorium biokimia, pemeriksaan klinis, kegiatan fisioterapi, konsultasi
gizi dan kegiatan pemberian motivasi di bagian psikologi.
Di bagian laboratorium biokimia terdapat pemeriksaan iodium dalam urin dan
pemeriksaan hormon tiroid, biasanyapemeriksaan dilakukan secara serentak karena
reagennya harus sekali pakai saja. Pada bagian klinis, terdapat 1 dokter yang

menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang diberikan pada pasien kepada mahasiswa
AKZI, ada 2 pilihan obat dengan kadar yodium yang berbeda untuk sasaran yang
berbeda pula. Pada bagian fisioterapi, ruang tersebut digunakan untuk anak-anak yang
mengalami ganggungan pendengaran atau bicara atau tidak bisa berjalan, maka akan
dilakukan fisioterapi untuk memulihkan keadaan pasien tersebut. Pada bagian konsultasi
gizi, pasien atau keluarga pasien akan dilakukan assessment dan anamnesa serta
memberikan konsultasi gizi tentang makanan apa yang harus dimakan untuk pasien
dengan penyakit GAKI. Pada bagian psikologi, keluarga pasien akan diwawancara
tentang sosial ekonomi atau faktor-faktor apa saja yang terkait dengan munculnya
penyakit tersebut dan psikolog akan memberikan motivasi agar keluarga pasien dan
pasien mampu bangkit dan bisa sembuh dari penyakit tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Arindha Novia. 2013. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (Iodine
Defieciency

Disorder).

http://arindhadwi11.blogspot.com/2013/11/gangguan-akibat-

kekurangan-yodium-gaky.html diakses Minggu, 14 Desember 2014.


Kementerian Kesehatan RI. BP2GAKI http://www.bp2gaki.litbang.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=9&Itemid=23&showall=1 diakses Jumat, 13
Desember 2014
Stevy. 2012. Laporan

GAKI.

http://stevykesmas2010.blogspot.com/2012/10/laporan-

gaki.html diakses Jumat, 13Desember 2014


Suparyanto.
2011.
Gangguan
Akibat

Kekurangan

Yodium.

http://dr-

suparyanto.blogspot.com/2011/08/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html
diakses Jumat, 12 Desember 2014

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai