Anda di halaman 1dari 8

Sistem Struktur

2. Asumsi yang Digunakan


3. Peraturan dan Standar Perencanaan
4. Material Struktur
4.1. Beton
4.2. Baja Tulangan
4.3. Baja Profil
5. Detail Elemen Struktur
5.1. Balok
5.2. Kolom
5.3. Plat Lantai
5.4. Shear Wall
5.5. Momen Inersia Penampang
6. Pemodelan Struktur
6.1. Penggambaran Elemen Balok
6.2. Penggambaran Elemen Kolom
6.3. Penggambaran Elemen Plat
6.4. Penggambaran Elemen Shear Wall
6.5. Pemodelan Pondasi
6.6. Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom
7. Denah Struktur
8. Pembebanan
8.1. Kombinasi Pembebanan
8.2. Perhitungan Beban Mati
8.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai
8.2.2. Beban Mati pada Plat Atap
8.2.3. Beban Mati pada Balok
8.2.4. Beban pada Tangga
8.2.4.1. Beban pada Plat Tangga
8.2.4.2. Beban pada Bordes
8.3. Beban Hidup
8.4. Beban Gempa
8.4.1. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Otomatis
8.4.1.1. Lantai Tingkat sebagai Diafragma
8.4.1.2. Waktu Getar Alami (T)
8.4.1.3. Faktor Keutamaan
8.4.1.4. Penentuan Jenis Tanah
8.4.1.5. Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)
8.4.1.6. Eksentrisitas Rencana (ed)
8.4.2. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Manual
8.4.2.1. Perhitungan Berat Gedung (Wt)
8.4.1.9. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen
8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Response Spectrum

8.4.3.1. Respons Spektrum Gempa Rencana


8.4.4. Analisis Gempa Dinamik Time History
9. Kontrol dan Analisis
9.1. Analisis Ragam Respon Spektrum
9.2. Partisipasi Massa
9.3. Gaya geser dasar nominal, V (Base Shear)
9.4. Kinerja Sruktur Gedung
9.4.1. Kinerja Batas Layan
9.4.2. Kinerja Batas Ultimit
10. Perhitungan Struktur dengan ETABS
10.1. Peraturan yang Digunakan
10.2. EfektivitasPenampang
10.3. Analisis
10.4. Penulangan Balok
10.4.1. Desain Tulangan Utama Balok
10.4.2. Desain Tulangan Geser (sengkang)
10.4.3. Desain Tulangan Torsi
10.4.4. Kontrol Pesyaratan Balok pada SRPMK
10.4.5. Sketsa Detail Penulangan Balok
10.5. Penulangan Kolom
10.5.1. Desain Tulangan Utama Kolom
10.5.2. Desain Tulangan Geser Kolom
10.5.3. Kontrol Pesyaratan Kolom pada SRPMK
10.5.4. Gambar Detail Penulangan Kolom
10.6. Penulangan Plat Lantai
10.7. Desain Pondasi
10.7.1. Data Tanah
10.7.2. Daya Dukung Pondasi Tiang Bo

Screen shoot analisis Gedung yang ditinjau ditunjukkan


sebagai berikut :

Gambar 2. Pemodelan Struktur Gedung Perkantoran 8 Lantai


Pemodelan struktur gedung yang dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai
peraturan yang berlaku sesuai SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana
ditetapkan mempunyai periode ulafng 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya
terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

Gambar 3. Pemodelan Diafragma Kaku pada Plat Lantai


Pada SNI Gempa 1726-2002, pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan
sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid)
dalam bidangnya dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa
horisontal.

Gambar 4. Deformasi Struktur dan Waktu Getar Bangunan untuk Mode 1


Denah, konfigurasi, dan kekakuan struktur harus didesain sedemikian rupa sehingga
gedung tidak terlalu fleksible dan waktu getar struktur tidak melebihi standard yang
ditetapkan. Selain itu untuk mencegah adanya puntiran (rotasi) gedung pada Mode 1.

Gambar 5. Input Gempa Statik Ekuivalen (Otomatis) dengan Auto Lateral Load
Cara ini dilakukan dengan user coefficient - auto lateral load, dengan memberikan angka
faktor respon gempa (C) pada load case gempa arah x dan y, sehingga beban gempa
sebesar Fi secara otomatis sudah bekerja pada pusat massa gedung tiap lantai.

Gambar 6. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen secara Manual pada Tiap lantai
Gaya gempa statik ekuivalen bekerja pada pusat massa bangunan tiap lantai dengan besar
100% arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurusnya. Tinjauan beban gempa dari 2 arah
tersebut untuk mengantisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak bisa diperkirakan
dengan pasti.

Gambar 7. Input grafik Respon Spektrum Gempa


Grafik respon spektrum yang diinput berdasarkan zona gempa dan jenis tanah tempat
lokasi bangunan berada.

Gambar 8. Input Akselerogram Gempa Dinamik Time History


Perhitungan respons dinamik struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana
dilakukan dengan metoda analisis dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik
linier dan non-linier time histoy (riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang
diangkakan sebagai gerakan tanah masukan.

Gambar 9. Besarnya Simpangan Gedung yang Terjadi Akibat Gempa


Besarnya simpangan yang terjadi harus dibatasi berdasarkan persyaratan batas layan dan
batas ultimit untuk mencegah ketidaknyamanan penghuni, keretakan beton, kerusakan
struktur dan non struktur.

Gambar 10. Analisis Tegangan pada Plat Lantai


Nilai tegangan yang bekerja pada plat akibat beban hidup dan mati dapat diketahui
dengan Shell Stress kemudian besarnya momen yang muncul dapat dianalis untuk desain
penulangan plat untuk arah memanjang dan melintang.

Gambar 11. Desain Penulangan Arah Memanjang


Luas tulangan yang dibutuhkan untuk arah memanjang dan melintang dapat diketahui
secara otomatis, kemudian dikonversi menjadi berapa banyak jumlah tulangan yang akan
digunakan ]sesuai ]ukuran diameter tulangan di pasaran.

Gambar 12. Diagram Interaksi Kolom


Dari diagram interaksi tersebut dapat diketahui hubungan antara momen dengan gaya
aksial yang bekerja pada kolom

Gambar 13. Informasi Luas Tulangan, Momen dan Gaya Geser yang Ditinjau
Informasi yang muncul setelah run analisis beberapa dapat dikontrol dengan hitungan
manual, jika hasil yang muncul sudah benar/ mendekati, maka selanjutnya output tersebut
dapat diolah untuk desain struktur yang meliputi keamanan dimensi, penulangan, dll

Anda mungkin juga menyukai