Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
PENDAHULUAN
satu hal
yang
paling
penting
untuk
yang
mengatakan
bahwa pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Menurut Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen
utama yaitu guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat
dipisahkan dan komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar
proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendidikan di sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara
Indonesia, untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi individu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara
mengembangkan potensi yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada
keinginan yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi
| 2
memperhatikan
mengajukan
pelajaran,
pertanyaan,
berusaha
semangat
dalam
mempertahankan
mengikuti
pelajaran,
pendapat,
| 4
senang
| 5
untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun
analog.
Peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/
komunikator, organisator, motivator, pengarah dan pembimbing, pencetus ide,
penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses belajar mengajar
sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat dikesampingkan. Karena
belajar itu adalah interaksi antara pendidik dalam hal ini guru dengan peserta
didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Di sekolah, guru
merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam peningkatan mutu pendidikan.
Oleh karena itu proses tersebut harus dirancang sedemikian rupa, sehingga
dapat menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan yang diinginkan. Guru
hendaknya tidak menggunakan metode pelajaran yang monoton seperti ceramah
atau mencatat. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat menggunakan
metode-metode atau cara mengajar yang baik sehingga siswa dapat merasa
tertarik atau tidak bosan pada saat proses belajar. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap motivasi siswa dalam belajar. Disamping itu guru harus terampil dalam
variasi gaya mengajar sebagai strategi pembelajaran. Variasi Gaya Mengajar
adalah perubahan gaya mengajar yang dilakukan oleh guru disaat pembelajaran
atau menjelaskan materi pelajaran, dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan
siswa dalam proses belajar.
Pengadaan variasi mengajar di kelas meliputi variasi suara, perumusan
perhatian, kontak pandang, gerakan anggota badan atau mimik, penggunaan
media belajar dan lain-lain. Kesemuanya sangat mempengaruhi minat belajar
siswa. Bagi seorang guru atau pengajar hendaknya memperhatikan minat belajar
siswanya karena minat belajar siswa dapat memengaruhi tujuan dari pembelajaran
| 6
menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru,
khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap perkembangan
peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari
kesalahan baik dalam melaksanakan tugas pokok mengajar. Namun bukan berarti
kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak diacarikan cara pemecahannya. Guru
harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat
salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari
kesalahan-kesalahan. Menurut E. Mulyasa (2011:19) dari berbagai hasil kajian
menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan
guru dalam permbelajaran, yaitu a) Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif,
b) Menggunakan Destruktif disiplin, c) Mengambil Jalan Pintas Dalam
Pembelajaran, d) Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik, e) Guru Merasa Paling
Pandai, f) Diskriminatif dan g) Memaksa Hak Peserta Didik.
Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh pelajar-pelajarnya. Pelajarpelajar meniru sikap atau tingkah laku guru, sama ada yang pantas maupun yang
buruk. Gaya guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan
kegiatan pelajar dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar
dengan menekankan bahwa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal
berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan
semangat pelajar untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar,
kerana mereka yakin jika salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh
yang benar. Guru seperti ini mengembangkan standard (tingkat kualiti)
kesuksesan yang disebut "Multidimensional Classroom". Berbeda dengan gaya
| 8
| 9
kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan faktor lingkungan lainnya. Apabila
faktor tersebut terpenuhi dengan baik dan serta proses belajar bermutu pada
gilirannya akan menghasilkan meningkatkan mutu pendidikan di Negara kita ini.
Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi
tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cukup canggih dan
memadai.
Sarana prasarana adalah salah satu bagian input, sedangkan input merupakan
salah satu subsistem. Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk
menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing terhadap pesatnya teknologi.
Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat
dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi KBM yang lancar.
Dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk
menghasilkan suatu proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang efektif dan
efisien.
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada
Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
| 10
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Metode mengajar
adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri
menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang
kepada
orang
lain
mengembangkannya.
agar
Metode
orang
lain
mengajar
itu
guru
menerima,
yang
menguasai
kurang
baik
dan
akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan
seefektif mungkin, karena guru yang progresif berani mencoba metode-metode
yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional
sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan
siswa, guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan
yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
| 11
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya,
juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha
mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah
masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas
untuk masuk sekolah dengan alas an-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah
mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah
dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam
mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lainlain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di
dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin
haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
Pada lingkungan sekolah seperti tata tertib sekolah juga sangat memengaruhi
disiplin siswa. Disiplin adalah suatu tata tertib yang memberikan tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok. Disiplin timbul dari dalam jiwa, karena adanya
| 12
dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dalam belajar disiplin sangat
diperlukan karena disiplin melahirkan semangat menghargai waktu, bukan
menyianyiakan waktu berlalu dalam kehampaan (Djamarah, 2002:67). Disiplin
belajar adalah sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai individu ketaatan dan ketentuan berdasarkan acuan nilai
moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup
perubahan berpikir, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan seseorang dalam belajar secara konsisten dan
konsekuen dalam usaha untuk mendapatkan kepandaian ilmu.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas
dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap
siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai
aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin
siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang
berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang
dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Salah satu kebijakan sekolah disektor pendidikan yang mendukung pendidikan
sepanjang berkarkarter anak didik adalah diberlakunya tata tertib sekolah. Sebagai
wujud demokratisasi dalam dunia pendidikan, maka tata tertib sekolah tidak dapat
ditentukan oleh kepala sekolah sendiri, atau bahkan oleh dinas pendidikan semata-
| 13
mata. Tata tertib sekolah pada hakikatnya dibuat dari, oleh, dan untuk warga
sekolah. Kalaupun konsep tata tertib itu telah dibuat oleh kepala sekolah atau
dinas pendidikan, maka konsep itu harus mendapatkan persetujuan dari semua
pemangku kepentingan di sekolah. Komite Sekolah akan lebih baik jika dimintai
pendapatnya tentang tata tertib sekolah tersebut. Guru dan siswa harus dimintai
pendapatnya tentang tata tertib tersebut. Orangtua pun harus memperoleh
penjelasan secara terbuka tentang tata tertib sekolah itu.
Tata tertib sekolah dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianut sekolah dan
masyarakat sekitar, yang meliputi: nilai ketakwaan, sopan santun pergaulan,
kedisiplinan dan ketertiban, kebersihan, kesehatan dan kerapihan, keamanan, dan
nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif. Tata tertib sekolah lahir
sebagai rambu-rambu bagi warga sekolah dalam bersikap, bertingkah laku,
berucap, bertindak, dan melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah dalam
rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran yang efektif.
Menurut Suparlan menyatakan bahwa tata tertib sekolah dapat menciptakan
mengembangkan pola sikap dan perilaku yang lebih disiplin dan produktif.
(http://www.suparlan.com). Dengan tata tertib sekolah, warga sekolah diharapkan
dapat Lahirnya tata tertib tersebut membuat warga sekolah memiliki pedoman dan
acuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam melaksanakan
kebijakan, program, dan kegiatan sekolah.
Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah,
keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah.
| 14
Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana
pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang
ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku
pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media
pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan
belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti
lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber
belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut
hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya.
Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara
terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya
mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan temantemannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan
metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitasfasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
Sarana prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi jumlah
siswa yang ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memiliki satu komputer
pada laboratorium instalasi untuk kegiatan memogram simulasi dengan software
| 15
| 16
| 17
pelajaran PLC. Nilai-nilai yang masih banyak di bawah nilai ketuntasan dari tahun
ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Prestasi tersebut bisa diawali dengan motivasi belajar siswa
yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang
perlu dikaji yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PLC. Faktor- faktor tersebut pada penelitian ini
hanya dibatasi oleh lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses
pembelajaran saja. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan
Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Programmable Logic Controller
kelas X di SMK PGRI 3 Malang sebagai judul penelitian ini.
| 18
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi). Jadi subjek penelitian adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Pada penelitian ini subjek
penelitiannya adalah siswa kelas X Mata Pelajaran Programmable Logic
Controller SMK PGRI 3 Malang tahun pelajaran 2014/2015. Untuk
memepermudah penelitian tersebut digunakan jenis penelitian berdasarkan
metode penelitian kuantitatif dengan jenis regresi.
| 20