Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah

satu hal

yang

paling

penting

untuk

mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa


diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut
Suharsimi Arikunto (1997:4) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada
lima faktor yang berpengaruh yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan
pelajaran, (3) metode mengajar dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5)
sistem administrasi. Kelima faktor tersebut di lingkungan sekolah.
Pengertian pendidikan menurut Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun
429 SM-346 M) menjelaskan bahwa pendidikan itu ialah membantu
perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang
memungkinkan tercapainya kesempurnaan. Sedangkan Kohnstamm dan Gunning
(http://www.krumpuls.net/2013/03/pengertian-dan-definisi-pendidikan.html)
menyatakan pendidikan adalah pembentukan hati nurani, yaitu pendidikan adalah
proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
Jadi dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh jasmani, namun
rohani juga membutuhkan pendidikan. Pendidikan rohani dapat berupa
pendidikan agama dan lain sebagainya.
| 1

Kesimpulan pengertian pendidikan tersebut di dukung oleh pendapat H. Horne


(http://karyatulis.artikel2.com/pengertian-pendidikan.htm)

yang

mengatakan

bahwa pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Menurut Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen
utama yaitu guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat
dipisahkan dan komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar
proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendidikan di sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara
Indonesia, untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi individu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara
mengembangkan potensi yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada
keinginan yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi

| 2

setiap pribadi masing-masing. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan


sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan
dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita;
penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat
seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004). Motivasi merupakan suatu kondisi yang dimiliki
oleh setiap siswa untuk bertingah laku. Menurut W.S. Winkel (1983:29) siswa
yang sudah duduk di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan harusnya lebih
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai
kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan. Motivasi intrinsik bermakna
sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari
luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan
memberikan keajegan dalam belajar. Namun dalam realita masih banyak siswa
yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal
tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi
intrinsik tersebut.
Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan bahwa fungsi motivasi
dalam belajar adalah a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas
yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, b) Menentukan arah tujuan yang
hendak dicapai, c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan
pendapat tersebut fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk
mendorong, menggerakan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik
dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dengan hal tersebut
| 3

seseorang melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh karena adanya motivasi


yang baik. Motivasi yang dimiliki oleh setiap siswa pun berbeda-beda, terutama
motivasi dalam hal belajar atau sering disebut dengan motivasi belajar.
Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow (1948) yang diterjemahkan oleh
Kasijan (1984:360) motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk
memahami arti dalam kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginan
untuk mempelajari yang seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam
belajar harus didukung oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam
belajar pun akan semakin meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan
tercapai, yaitu prestasi belajar. Dedi Supriyadi (2005: 86) berpendapat bahwa
motivasi belajar siswa dapat diamati dari beberapa aspek yaitu dengan
memperhatikan materi, ketekunan dalam belajar, ketertarikan dalam belajar,
keseringan belajar, komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, semangat
dalam belajar dan kehadiran siswa di sekolah. Pendapat yang sama dituturkan
oleh Hamzah B. Uno (2008: 23) yaitu ciri-ciri motivasi belajar diklasifikasikan
menjadi a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, b) Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, d) Adanya
penghargaan dalam belajar, e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, f)
Adanya lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa ciri-ciri motivasi
menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan
adanya usaha yang tekun, menunjukan ketertarikan, senang mengikuti pelajaran,
selalu

memperhatikan

mengajukan

pelajaran,

pertanyaan,

berusaha

semangat

dalam

mempertahankan

mengikuti

pelajaran,

pendapat,
| 4

senang

memecahkan masalah soal-soal, maka pembelajaran akan berhasil dan seseorang


yang belajar itu dapat mencapai prestasi yang baik. Sedangkan Sardiman (2008:
83) mengemukakan ciri-ciri orang yang bermotivasi adalah a) Tekun menghadapi
tugas, b) Ulet menghadapi kesulitan, c) Menunjukan minat terhadap bermacammacam masalah, d) Lebih senang bekerja mandiri, e) Cepat bosan pada tugastugas rutin, f) Dapat mempertahankan pendapatnya, g) Tidak mudah melepaskan
hal yang diyakini itu dan h) Senang memecahkan masalah soal-soal.
Menurut B. R. Bugelski (1956) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:361)
motivasi sangat berhubungan erat dengan perhatian dan sikap guru berperan
sangat penting untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan penuh perhatian.
Dengan demikian, guru merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi siswa. Guru adalah komponen yang sangat penting yang
terdapat di dalam lingkungan sekolah. Programmable Logic Controller adalah
salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Programmable
Logic Controller adalah mata pelajaran praktik yang di lakukan di laboratorium
instalasi. Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik
yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk
berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam. Definisi Programmable
Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah sistem elektronik yang beroperasi
secara digital dan di desain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana
sistem ini menggunakan memori yang dapat di program untuk penyimpanan
secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi
spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik

| 5

untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun
analog.
Peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/
komunikator, organisator, motivator, pengarah dan pembimbing, pencetus ide,
penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses belajar mengajar
sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat dikesampingkan. Karena
belajar itu adalah interaksi antara pendidik dalam hal ini guru dengan peserta
didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Di sekolah, guru
merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam peningkatan mutu pendidikan.
Oleh karena itu proses tersebut harus dirancang sedemikian rupa, sehingga
dapat menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan yang diinginkan. Guru
hendaknya tidak menggunakan metode pelajaran yang monoton seperti ceramah
atau mencatat. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat menggunakan
metode-metode atau cara mengajar yang baik sehingga siswa dapat merasa
tertarik atau tidak bosan pada saat proses belajar. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap motivasi siswa dalam belajar. Disamping itu guru harus terampil dalam
variasi gaya mengajar sebagai strategi pembelajaran. Variasi Gaya Mengajar
adalah perubahan gaya mengajar yang dilakukan oleh guru disaat pembelajaran
atau menjelaskan materi pelajaran, dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan
siswa dalam proses belajar.
Pengadaan variasi mengajar di kelas meliputi variasi suara, perumusan
perhatian, kontak pandang, gerakan anggota badan atau mimik, penggunaan
media belajar dan lain-lain. Kesemuanya sangat mempengaruhi minat belajar
siswa. Bagi seorang guru atau pengajar hendaknya memperhatikan minat belajar
siswanya karena minat belajar siswa dapat memengaruhi tujuan dari pembelajaran
| 6

yang sudah ditentukan sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya


minat belajar siswa salah satunya adalah kurangnya variasi guru dalam mengajar
seperti guru hanya duduk di kursi saat menerangkan materi, pandangan guru
dalam mengajar hanya tertuju pada satu arah atau siswa tertentu, sehingga
terkesan siswa yang lain kurang diperhatikan dan membiarkan salah satu siswa
ramai di kelas proses pembelajaran, hal seperti ini dapat menyebabkan situasi dan
kondisi kelas tidak kondusif sehingga minat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran berkurang. Oleh karena itu guru sebaiknya memvariasi gaya
mengajarnya, sehingga siswa termotivasi dan bergairah dalam belajar serta dapat
menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk belajar. Perilaku-perilaku guru
dalam mengajar guna menanamkan hal positif dan intelektualitas/pengetahuan
guru juga merupakan hal penting, kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru saat
mengajar banyak tidak disadari oleh guru. Melalui berbagai program pelatihan
tenaga pengajar yang sedang di upayakan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas tenaga pengajar atau guru, seperti seminar dan lokakarya
bahkan melalui pendidikan formal dengan menyekolahkan guru ketingkat yang
lebih tinggi. Namun walaupun demikian, nyatanya dalam pelaksanaanya masih
jauh dari yang diharapkan dan masih banyak melakukan penyimpangan. Hanya
kondisi yang menunjukkan sebagian besar guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan guru ini hendaknya berkolerasi positif dengan
kualitas pendidikan, bersama dengan faktor lain yang mempengaruhinya. Dalam
praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahankesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut
sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaraya yang
| 7

menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru,
khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap perkembangan
peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari
kesalahan baik dalam melaksanakan tugas pokok mengajar. Namun bukan berarti
kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak diacarikan cara pemecahannya. Guru
harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat
salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari
kesalahan-kesalahan. Menurut E. Mulyasa (2011:19) dari berbagai hasil kajian
menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan
guru dalam permbelajaran, yaitu a) Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif,
b) Menggunakan Destruktif disiplin, c) Mengambil Jalan Pintas Dalam
Pembelajaran, d) Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik, e) Guru Merasa Paling
Pandai, f) Diskriminatif dan g) Memaksa Hak Peserta Didik.
Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh pelajar-pelajarnya. Pelajarpelajar meniru sikap atau tingkah laku guru, sama ada yang pantas maupun yang
buruk. Gaya guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan
kegiatan pelajar dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar
dengan menekankan bahwa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal
berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan
semangat pelajar untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar,
kerana mereka yakin jika salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh
yang benar. Guru seperti ini mengembangkan standard (tingkat kualiti)
kesuksesan yang disebut "Multidimensional Classroom". Berbeda dengan gaya

| 8

guru yang mengembangkan standar kesuksesan "Unidimensional Classroom",


yang menekankan bahwa kesuksesan hanya dapat diraih oleh pelajar yang
mempunyai potensi inteligensi tinggi atau pelajar yang cerdas. Pelajar-pelajar
yang dianggap guru kurang berpotensi inteligensi tinggi atau kurang cerdas, tidak
bersemangat untuk belajar dan merasa diri mereka tidak mampu untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajar. Gaya guru dalam memimpin kelas seperti ini
buruk pengaruhnya terhadap suasana kelas dan motivasi pelajar. Tingkah laku
pelajar dalam belajar dapat pula mempengaruhi keberkesanan pengajaran. Kalau
tingkah laku pelajar positif maka guru-guru cenderung menampilkan pengajaran
yang berkesan, dan jika tingkah laku pelajar negatif maka guru-guru cenderung
untuk menampilkan pengajaran yang kurang berkesan. Ada di antara guru-guru
yang memberikan pelayanan yang tidak sama terhadap pelajar-pelajar yang
berbeda status sosial-ekonomi, berbeda jenis kelamin, berbeda kebudayaan dan
berbeda prestasi belajarnya. Tentu saja cara ini tidak sesuai dengan idea
pendidikan yang sebenarnya.

Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa.


Sarana prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses
pembelajaran akan terhambat. Sekolah sebagai bentuk organisasi diartikan sebagai
wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
yakni tujuan pendidikan. Keberhasilan program pendidikan dalam proses belajar
mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siswa, kurikulum, tenaga

| 9

kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan faktor lingkungan lainnya. Apabila
faktor tersebut terpenuhi dengan baik dan serta proses belajar bermutu pada
gilirannya akan menghasilkan meningkatkan mutu pendidikan di Negara kita ini.
Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi
tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cukup canggih dan
memadai.
Sarana prasarana adalah salah satu bagian input, sedangkan input merupakan
salah satu subsistem. Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk
menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing terhadap pesatnya teknologi.
Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat
dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi KBM yang lancar.
Dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk
menghasilkan suatu proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang efektif dan
efisien.
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada
Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

| 10

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Metode mengajar
adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri
menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang
kepada

orang

lain

mengembangkannya.

agar
Metode

orang

lain

mengajar

itu
guru

menerima,
yang

menguasai

kurang

baik

dan
akan

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan
seefektif mungkin, karena guru yang progresif berani mencoba metode-metode
yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional
sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan
siswa, guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan
yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.

| 11

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya,
juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha
mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah
masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas
untuk masuk sekolah dengan alas an-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah
mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah
dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam
mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lainlain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di
dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin
haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
Pada lingkungan sekolah seperti tata tertib sekolah juga sangat memengaruhi
disiplin siswa. Disiplin adalah suatu tata tertib yang memberikan tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok. Disiplin timbul dari dalam jiwa, karena adanya

| 12

dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dalam belajar disiplin sangat
diperlukan karena disiplin melahirkan semangat menghargai waktu, bukan
menyianyiakan waktu berlalu dalam kehampaan (Djamarah, 2002:67). Disiplin
belajar adalah sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai individu ketaatan dan ketentuan berdasarkan acuan nilai
moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup
perubahan berpikir, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan seseorang dalam belajar secara konsisten dan
konsekuen dalam usaha untuk mendapatkan kepandaian ilmu.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas
dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap
siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai
aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin
siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang
berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang
dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Salah satu kebijakan sekolah disektor pendidikan yang mendukung pendidikan
sepanjang berkarkarter anak didik adalah diberlakunya tata tertib sekolah. Sebagai
wujud demokratisasi dalam dunia pendidikan, maka tata tertib sekolah tidak dapat
ditentukan oleh kepala sekolah sendiri, atau bahkan oleh dinas pendidikan semata-

| 13

mata. Tata tertib sekolah pada hakikatnya dibuat dari, oleh, dan untuk warga
sekolah. Kalaupun konsep tata tertib itu telah dibuat oleh kepala sekolah atau
dinas pendidikan, maka konsep itu harus mendapatkan persetujuan dari semua
pemangku kepentingan di sekolah. Komite Sekolah akan lebih baik jika dimintai
pendapatnya tentang tata tertib sekolah tersebut. Guru dan siswa harus dimintai
pendapatnya tentang tata tertib tersebut. Orangtua pun harus memperoleh
penjelasan secara terbuka tentang tata tertib sekolah itu.
Tata tertib sekolah dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianut sekolah dan
masyarakat sekitar, yang meliputi: nilai ketakwaan, sopan santun pergaulan,
kedisiplinan dan ketertiban, kebersihan, kesehatan dan kerapihan, keamanan, dan
nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif. Tata tertib sekolah lahir
sebagai rambu-rambu bagi warga sekolah dalam bersikap, bertingkah laku,
berucap, bertindak, dan melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah dalam
rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran yang efektif.
Menurut Suparlan menyatakan bahwa tata tertib sekolah dapat menciptakan
mengembangkan pola sikap dan perilaku yang lebih disiplin dan produktif.
(http://www.suparlan.com). Dengan tata tertib sekolah, warga sekolah diharapkan
dapat Lahirnya tata tertib tersebut membuat warga sekolah memiliki pedoman dan
acuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam melaksanakan
kebijakan, program, dan kegiatan sekolah.
Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah,
keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah.

| 14

Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana
pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang
ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku
pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media
pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan
belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti
lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber
belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut
hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya.
Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara
terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya
mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan temantemannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan
metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitasfasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
Sarana prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi jumlah
siswa yang ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memiliki satu komputer
pada laboratorium instalasi untuk kegiatan memogram simulasi dengan software

| 15

yang di pakai sekolah. Namun kenyataanya di lapangan sarana prasarana


komputer yang ada pun belum memadai. Setiap siswa tidak bisa memiliki satu
komputer, namun satu komputer harus untuk tiga siswa. Hal ini membuat siswa
sedikit kesulitan dalam memahami materi jika ketiga siswa tersebut tidak saling
bekerjasama. Di laboratorium instalasi sekolah belum terdapat media pendukung
pembelajaran berupa viewer. Sebagian besar guru mata pelajaran Progammable
Logic Controller dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode
ceramah sehingga guru tidak dapat mempraktikan secara langsung materi praktik,
yang kemudian dapat diikuti secara bersamaan oleh siswa. Materi yang
disampaikan oleh guru, namun guru tidak bisa menunjukan langsung materi yang
dimaksut, sehingga guru harus berjalan satu per satu ke komputer siswa. Apabila
tidak seperti itu hal ini membuat siswa sulit untuk menerima materi praktik yang
diberikan.
Selain itu guru yang mengajar pun tidak harus monoton atau harus
mempunyai ide dalam menjelaskan materi agar seluruh siswa paham dengan
materi yang diberikan. Cara guru yang menjelaskan materi dengan ceramah, dan
tidak ada media pendukung, hal ini menuntut siswa untuk mencatat. Hal ini
membuat siswa mencatat dengan buku seadanya yang siswa bawa ke laboratorium
komputer. Buku catatan yang digunakan untuk mencatat materi yang disampaikan
oleh guru PLC, seringkali dicampur dengan mata pelajaran lain, sehingga siswa
sering mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini akan berpengaruh terhadap
disiplin belajar siswa.

| 16

Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar,


guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas
belajar bagi siswa untuk mnecapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah
satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru
terpusat pada 1) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, 2) Memberi
fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.3)
Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.
Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih
mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru
diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai
kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu
membantu setiap siswa secara efekktif dapat mempergunakan berbagai
kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. Hal ini berarti bahwa
guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaikbaiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang
memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
Menurut data yang diperoleh, dari tahun ke tahun masih banyak pula siswa
yang mendapatkan di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan untuk mata

| 17

pelajaran PLC. Nilai-nilai yang masih banyak di bawah nilai ketuntasan dari tahun
ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Prestasi tersebut bisa diawali dengan motivasi belajar siswa
yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang
perlu dikaji yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PLC. Faktor- faktor tersebut pada penelitian ini
hanya dibatasi oleh lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses
pembelajaran saja. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan
Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Programmable Logic Controller
kelas X di SMK PGRI 3 Malang sebagai judul penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Programmable Logic Controller kelas X di SMK PGRI 3 Malang?

| 18

2. Apakah peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap


motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller
kelas X di SMK PGRI 3 Malang?
3. Apakah lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran
berpengaruh secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disebutkan tersebut masih
sangat luas dan tidak akan memungkinkan apabila semua permasalahan tersebut
dapat terselesaikan dalam waktu yang singkat. Untuk mengurangi meluasnya
permasalahan yang akan dibahas dan lebih terfokus maka perlu adanya
pembatasan masalah. Tujuannya adalah agar penelitian ini lebih jelas, terarah dan
terhindar dari kesalahpahaman. Batasan masalah tersebut antara lain.
a. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sifat keadaan dari suatu benda, orang atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan yang
dimaksud dapat berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku,
| 19

kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, dan bisa berupa proses. Objek


penelitian ini meliputi lingkungan sekolah, peran guru dalam proses
pembelajaran dan motivasi belajar.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa digunakan faktor pengaruh
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran. Factor
pengaruh lingkungan meliputi sarana prasarana sekolah, metode mengajar
guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah. Sedangkan peran guru dalam proses pembelajaran mencakup guru
sebagai informator, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru
sebagai organisator, guru sebagai inisiator, guru sebagai mediator, dan guru
sebagai evaluator.

b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi). Jadi subjek penelitian adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Pada penelitian ini subjek
penelitiannya adalah siswa kelas X Mata Pelajaran Programmable Logic
Controller SMK PGRI 3 Malang tahun pelajaran 2014/2015. Untuk
memepermudah penelitian tersebut digunakan jenis penelitian berdasarkan
metode penelitian kuantitatif dengan jenis regresi.

| 20

Anda mungkin juga menyukai