Anda di halaman 1dari 3

Memaknai Cinta Monyet

Anggiardini

Pemandangan di depanku membuatku tiba-tiba saja menghela nafas, dan


menolehkan kepala ke arah Aline, Line, lo percaya sama yang namanya
cinta, gak? Pertanyaan macam begitu tentu saja membuatnya
mengangkat kepala dari layar ponsel, Kok lo tiba-tiba nanya begitu?
Ya, gapapa sih, nanya aja.
Aline tampaknya tak percaya. Dengan menaikkan sebelah alisnya, dia
menoleh ke belakang di mana aku memaku tatapanku untuk semenit
lamanya. Kemudian, dia berbalik lagi.
Gak usah iri ngeliatin orang pacaran kayak gitu, jangan desperate banget
hanya karena titel jomblo kita, ucapnya acuh tak acuh.
Siapa yang bilang gue desperate?
Ngga ada, tapi lo keliatan kayak gitu.
Gue gak iri kok sama mereka.
Aline mengambil kentang gorengnya tanpa menoleh, Then dont look at
them, okay?
Kenapa?
Karena kalo lo berpikir cinta di saat umur lo baru aja tujuh belas tahun,
wake up, lo harus mikir lebih jauh tentang masa depan lo. Jangan buangbuang waktu lo cuma untuk gimana caranya dapetin pacar, nanti lo repot
sendiri.
Kayak geng dua belas itu ya, Al?
Sontak dia terkikik mendengar celetukanku. Bagaimana tidak, geng dua
belas yang baru saja kusebut itu sangat terkenal di angkatan kami.
Sayangnya, cara mereka menaikkan popularitas justru dengan cara yang
menurut kami, norak. Kehidupan SMA mereka hanya disibukkan dengan
hal-hal berkosa-kata cinta, sayang, gebetan, pacar, nge-date, galau, hts a
ka hubungan tanpa status, dan semacamnya.
Aline mengangguk, Jadi inget, kemaren gue liat Merry pulang bareng
mantannya. Padahal baru dua hari mereka putus, eh balikan lagi. Cepet
banget ya, ckck.

Namanya juga cinta, sahutku asal. Cinta apa, cinta monyet? balas
Aline.
Nih ya, cinta tuh.. berat. Lo
di masa muda lo kayak gini
kalo lo udah ngga bisa sama
dari itu, kalo rasa suka yang
seru-seruan doang.

ngga bisa menyebut sesuatu yang lo rasain


dengan kata cinta. Cinta tuh bukan kayak,
dia, lo mulai cari yang baru. Cinta tuh lebih
sekarang sih namanya masih cinta monyet,

Kalo orang-orang sekarang suka ngelesnya bukan suka, Al. Tapi sayang.
Iya, kalo itu beda lagi, Aline mengangguk setuju. Duh, ribet banget ya
harus dibedakan suka, sayang, dan cinta, sementara dalam bahasa
Inggris hanya ada love.
Kan ada crush, tambahku dengan senyuman lebar.
Hmm, crush emang bisa dibilang rasa suka sih, bisa juga kayak cinta
monyet yang dialami sama sebagian besar remaja.
Kecuali lo, mungkin.
Aline menaikkan sebelah alisnya, lagi, Lo pikir gue ngga pernah ngerasa
tertarik sama lawan jenis?
Bukannya ngga tertarik, tapi lo selalu bersikap sewajarnya.
Emangnya gue harus bilang ke semua orang kalo gue naksir sama Eka?
Ngga kan, balasnya tenang. Cinta monyet tuh, ngga selalu tentang satu
cowok naksir cewek, lalu dia nembak dan kemudian mereka jadian. Gue
tau, gue sama dia berbeda makanya kita ngga bisa sama-sama.
Ah, norak lo, berat banget omongannya kayak beda agama aja, sahutku.
Lho, tapi apa yang gue bilang itu bener kan? Coba deh, lo bayangin kalo
seandainya gue sama dia jadian. Gue bakal mendominasi dia, orang bakal
lebih milih menyebutnya Eka pacarnya Aline daripada Aline pacarnya
Eka, dan gue gak mau kayak gitu.
Aku tersenyum, dalam hati aku menyetujui ucapannya. Aline adalah
seorang cewek yang terkenal di kalangan sekolah. Penampilannya
menarik dan kepribadiannya yang percaya diri, tidak perlu berpikir lama
untuk menaruh perhatian padanya. Aline cerdas, dia tidak butuh belajar
mati-matian untuk jadi pintar, jelas membuat banyak mata tertuju
padanya
Sementara Eka, dia cuma satu dari sekian banyak cowok di sekolah kami.
Kepribadiannya tidak pernah menonjol, membawanya dikenal banyak

orang. Dia pintar, karena memang dia rajin. Tapi dia tidak suka bergaul
dengan anak popular lainnya untuk membuang waktu secara percuma.
Dia sederhana, tanpa perlu orang menebak-nebak bagaimana latar
belakangnya.
Gue ngerti kok maksud lo apa, sayang juga ya, dua orang kayak kalian
malah ngga bisa bersama-sama karena status yang beda,
Ngga apa-apa, ini kan cuma cinta monyet. Kita berdua sama-sama suka,
tapi untuk beberapa alasan kita ngga bisa bersama. Kalo lo cukup cerdas,
hal-hal kayak gitu ngga akan mempengaruhi lo. Cinta monyet itu alami
keberadaannya, tapi kemungkinan besar lo bakal lupa sama hal itu sih.
Tapi kalo hal cinta monyet itu sendiri cukup manis, bukan ngga mungkin
lo bakal mengingatnya terus, belaku sambil tersenyum.
Aline mengangguk, Ya, tergantung bagaimana lo memaknai itu.
Sekarang, ngga perlu khawatir tentang status jomblo kita. Tanpa perlu
orang tahu, ada kok yang sebenarnya tertarik sama kita.
Aku tertawa, Kok, kita jadi menunggu hujan berhenti sambil berfilosofi
tentang cinta monyet ya?
Elo sih, tuduhnya setengah bercanda. Siap-siap yuk, hujannya udah
reda tuh.
Tanpa banyak bicara, kami pun pergi meninggalkan ruangan. Sore ini dan
untuk pertama kalinya, aku berhasil memaknai arti cinta monyet. Sesuatu
yang sebenarnya indah, namun sederhana.

Profil Penulis:
Namanya Anggiardini. Lahir di Jakarta tanggal 29 Desember, memiliki
bintang yang sama dengan Kai (EXO). Saat ini tengah menempuh
pendidikan tinggi di salah satu Politeknik dengan jurusan yang tidak ada
hubungannya dengan hobinya, menulis. Namun, baginya menulis adalah
bagian dari hidup yang tidak akan bisa dilepaskan.

Anda mungkin juga menyukai