Gula Darah Dan Perfusi.
Gula Darah Dan Perfusi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
atau
dikonsumsi.
b.
c.
d.
nefron
dan berjuta-juta
sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan
dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk
10
d.
Penyakit jantung
Diabetes
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan
yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun,
harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung,
retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan
stroke menjadidua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.
11
f.
berlangsung
tidak
makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini
keliru. Hati bisa terganggu akibat penyakit
diabetes
itu sendiri.
Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paruparu dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan
secara sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru,
demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
12
i.
diabetes
disebabkan
Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita
diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami
infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan
alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem
saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya
infeksi.
B. Ulkus diabetika
1. Definisi
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai dengan kematian jaringan setempat. (Robert G, 2003)
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya
komplikasi
makroangiopati
sehingga
terjadi vaskuler
13
2. Klasifikasi
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus
menurut Wagner dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari 6 tingkatan :
0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses..
4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada
ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.
3. Epidemiologi
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Amerika Serikat sebesar
15-20% dan angka mortalitas sebesar 17,6% bagi penderita DM dan
merupakan sebab utama perawatan penderita Diabetes mellitus di rumah
sakit. Penelitian kasus kontrol di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
16% perawatan DM dan 23% total hari perawatan adalah akibat Ulkus
diabetika dan amputasi kaki karena Ulkus diabetika sebesar 50% dari total
amputasi kaki. Sebanyak 15% penderita DM akan mengalami persoalan
kaki suatu saat dalam kehidupannya. (Robert G, 2002) (Djokomoeljanto,
1997)
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar
15% dari penderita
DM.
Di RSCM,
pada
masih
tinggi,
satu akibat
komplikasi
kronik atau
jangka
panjang
karena
adanya
penimbunan
fruktosa
sehingga mengakibatkan
kecepatan
induksi,
akson
sorbitol
menghilang,
dan
penurunan
keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak
hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
(Tjokroprawiro A, 1999)
Iskemik
merupakan
suatu
keadaan
yang
disebabkan oleh
15
nekrosis
kuku
menebal. Kelainan
selanjutnya
mengakibatkan kesemutan,
mengakibatkan
DM
oksigen di jaringan
sehingga
terjadi
kadar
fibrinogen
dan
bertambahnya
reaktivitas
sehingga
16
darah, konsentrasi
lain yaitu
hipertensi
akan
terjadi
HDL
rendah.
meningkatkan
adanya
timbul
ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. (Misnadiarly,
2006; Djokomoeljanto, 1997)
Pada penderita DM
apabila
kadar glukosa
bila
ada infeksi
glukosa
darah yang
tinggi, yang
merupakan
media
b.
Memperbaiki sirkulasi.
c.
d.
e.
f.
17
g.
h.
dengan
mengeringkan
memakai
sabun lembut
dan
menyebabkan
kulit
2)
Memakai
untuk
3)
sepatu
yang
sesuai
atau
sepatu
khusus
18
4)
Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu
jari kaki dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
5)
6)
7)
Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai
bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
8)
j.
k.
l.
C. Depresi
1. Pengertian Depresi
Menurut sejarah psikiatri dapat dilihat bahwa pengertian depresi
sebagai
telah lama ada sejak zaman Hipocrates (460-377 SM). Hipocrates inilah
yang berusaha mengklasifikasikan gangguan jiwa dalam beberapa
penyakit yang berdiri sendiri: epilepsi, mania (gaduh, gelisah, melankoli
(depresi), paranoid. Walaupun namanya berbeda, waktu itu diberi nama
melancholy, yang digambarkan sebagai kemurungan atau kesedihan yang
ditimbulkan oleh karena kelebihan cairan empedu yang berwarna hitam
(zwartgalligheid). Kemudian pada tahun 1905 istilah melancholy diganti
dengan depresi oleh Meyer dengan alasan etiologi yang luas. Depresi
merupakan kata Indonesia yang disadur dari bahasa Inggris yaitu
depression, sadness dan low spirit (Hornby et al., 1955 cit Prawirohardjo,
1989).
Depresi adalah suatu penyakit jiwa yang gejala utamanya adalah
sedih, yang dapat disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan
19
b.
Teori
psicoanalitical:
depresi
berasal
dari
respon
terhadap
d.
Teori kognitif: konsep negatif dari diri, pengalaman, orang lain dan
lingkungan merupakan kontribusi terjadinya depresi. Kepercayaan
bahwa seseorang tidak dapat mengontrol situasi memberikan
kontribusi terjadinya depresi.
20
e.
f.
Teori
Holism:
depresi
adalah
hasil
dari
genetik,
biologi,
3. Etiologi Depresi
Faktor penyebab terjadinya depresi menurut Kaplan dan Saddock
(2007) adalah:
a.
Faktor Biologi
Noreepinephrine dan serotonin adalah dua jenis neurotransmitter
yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi gangguan alam
perasaan pada manusia. Gangguan depresi melibatkan keadaan
patologi di limbic system, basal ganglia dan hypothalamus. Limbic
system dan basal ganglia berhubungan sangat erat, hipotesa sekarang
menyebutkan produksi alam perasaan berupa emosi, depresi dan
mania
merupakan
peranan
utama
limbic
system.
Disfungsi
Faktor Genetika
Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (adanya episode
manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja) memiliki
kecenderungan menurun kepada generasinya. Gangguan bipolar lebih
kuat menurun daripada unipolar. Sebanyak 50 % pasien bipolar
memiliki satu orang tua dengan alam perasaan/ gangguan afektif, yang
tersering unipolar (depresi saja). Jika salah satu orang tua mengidap
gangguan bipolar maka 27 % anaknya memiliki resiko mengidap
gangguan alam perasaan. Bila kedua orang tua mengidap gangguan
bipolar maka 75 % anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam
perasaan.
21
c.
Faktor Psikososial
Peristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana
yang menegangkan dapat menjadi kausa gangguan neurosa depresi.
Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orang tua sebelum
berusia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup dapat memacu
serangan awal gangguan neurosa depresi.
Boyd dan Nihart (1998) menggambarkan hubungan sebab-sebab
biopsikososial terjadinya depresi pada lansia terdiri dari:
1) Biologik: penyakit fisik, disregulasi neurotransmitter dalam
sistem saraf pusat (SSP), efek samping terapi pengobatan,
interaksi pengobatan resep maupun non resep, gangguan
mobilitas, perubahan kapasitas sensorik
2) Psikologis: stress, kehilangan sesuatu dalam hidup, episode
depresi sebelumnya (diawal kehidupan), kemunduran kognitif
3) Sosiokultural: isolasi sosial, kematian atau ketidakmampuan
pasangan atau teman, kesulitan ekonomi, pensiun, gangguan
perubahan lingkungan.
b.
c.
22
5. Gejala-gejala Depresi
Menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III (2001) depresi ditandai dengan beberapa gejala, yaitu:
a. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan aktivitas menurun.
b.
psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih
berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat
kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya
daya tahan.
23
Gejala fisik
Gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi
yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun
secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah
dideteksi. Gejala itu seperti:
1) Sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
2) Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan
perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan
orang lain seperti nonton tv, makan, tidur.
3) Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian
atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga mereka juga
akan
sulit
memfokuskan
energi
pada
hal-hal
prioritas.
24
Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri
Penyebabnya,
orang
yang
mengalami
depresi
cenderung
Perasaan Bersalah
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang
mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari
kegagalan
mereka
melaksanakan
tanggung
jawab
yang
25
beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi
tersebut.
(5) Perasaan terbebani
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialami. Mereka merasakan beban yang terlalu berat karena
merasa dibebani tanggung jawab yang berat.
c. Gejala Sosial
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas lainnya).
Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku
orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih, mudah sakit).
Masalah sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah yang
berinteraksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini
tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti
perasaan minder, malu, cemas jika berada diantara kelompok dan
merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka
merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin
hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
6. Tingkatan Depresi
Menurut PPDGJ-III tahun 1998, depresi dibagi sesuai dengan
tingkat keparahannya, yaitu:
a. Depresi Ringan
Pedoman yang dipakai adalah:
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu
26
Depresi Sedang
Pedoman yang dipakai adalah
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
seperti pada episode depresi ringan
2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya
3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu
4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
c. Depresi Berat
Pedoman yang dipakai adalah:
1) Semua 3 gejala depresi harus ada
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat
3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi dan retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan, yaitu:
a. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangkurangnya dua minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari dua minggu
b. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada tahap yang sangat terbatas.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa depresi berat ditandaidengan adanya:
a. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut
episode depresif berat tanpa gejala psikotik.
27
28
Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika
dilakukan bersama-sama dengan pemberian anti-depresan.
Baik pendekatan secara psikodinamik maupun kognitif
behavioural adalah sama keberhasilannya
2. Terapi kognitif
Terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah pola pikir
pasien yang selalu negatif (persepsi diri yang buruk, masa
depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri yang tak
berguna lagi, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir
yang netral atau positif. Ternyata pasien lanjut usia dengan
depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan
harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-
29
Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan
gangguan depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga
pasien adalah sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, diantaranya ada perubahan posisi dari
dominan menjadi dependen pada lanjut usia. Tujuan dari
terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk
meredakan perasaan frustasi dan putus asa, merubah dan
memperbaiki
sikap/
struktur
dalam
keluarga
yang
30
D. Gambaran Diri
1. Pengertian Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman
baru setiap individu. (Stuart and Sundeen, 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan
mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri berhubungan
dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis
terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih
rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri. (Keliat, 1992)
Gambaran diri adalah bagian dari konsep diri yang mencakup sikap
dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan
tentang maskulinitas dan feminitas, kegagahan fisik, daya tahan, dan
kapabilitas. Gambaran diri berkembang secara bertahap selama beberapa
tahun sejalan dengaan anak belajar mengenai tubuh dan struktur mereka,
fungsi, kemampuan, dan keterbatasan mereka. Gambran diri dapat
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu, atau bulan, bergantung pada
stimuli
eksternal
pada
tubuh
dan
perubahan
actual
dalam
penampilan,struktur atau fungsi. Cara orang lain melihat tubuh kita juga
mempunyai pengaruh. (Potter & Perry, 2005)
31
32
berbeda
pada
setiap
individu
dan
keterbatasannya
serta
33
ditolak,
depersonalisasi,
menolak
penjelasan
tentang
pada
kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan
34
E.
Kerangka Teori
- Kondisi
fisik sakit
menderita
Ulkus DM
- Diet Ketat
dan
Pengobatan
- Perubahan
Struktur dan
fungsi
tubuh
Gambaran diri
Maladaptif:
- Menolak
perubahan
struktur dan
fungsi tubuh
- Menarik diri
- Takut ditolak
- Menolak
penjelasan
perubahan
DEPRESI
(Keliat,1998;Watkins,2000)
F.
Kerangka Konsep
Variabel dependent
G.
- Konsep negatif
diri terhadap;
- Diri sendiri
- Pengalaman
hidup
- Orang lain
- Lingkungan
- Kepercayaan diri
tidak dapat
kontrol situasi
Variabel Independent
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
H.
Variabel bebas
: Gambaran diri
Variabel tergantung
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gambaran diri dengan tingkat
depresi pada penderita Ulkus Diabetes Mellitus di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan.
35