a.
b.
c.
d.
e.
Mengingat:
Memperhatikan:
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
selanjutnya disebut Pemilu Raya FIK UM adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
pemerintahan mahasiswa yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Organisasi Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang.
2. Pemilu senator Dewan Mahasiswa Fakultas adalah Pemilu untuk memilih anggota
Dewan Mahasiswa Fakultas berdasarkan pedoman Ormawa UM dan AD/ART OPM UM.
3. Pemilu Gubernur Mahasiswa dan Bupati Mahasiswa adalah pemilu untuk memilih Ketua
dan Wakil Ketua BEM Fakultas, dan Ketua dan Wakil Ketua HMJ.
4. Dewan Mahasiswa Fakultas, selanjutnya disebut DMF, adalah Dewan Perwakilan
Mahasiswa di tingkat Fakultas sebagaimana dimaksud AD/ART OPM UM.
5. Ketua dan Wakil Ketua BEM Fakultas, selanjunya disebut Gubernur dan Wakil Gubernur
Mahasiswa FIK UM adalah ketua lembaga eksekutif mahasiswa di tingkat Fakultas
sebagaimana disebutkan dalam AD/ART OPM UM.
6. Ketua dan Wakil Ketua HMJ, selanjunya disebut Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa FIK
UM adalah ketua lembaga eksekutif mahasiswa di tingkat jurusan sebagaimana
disebutkan dalam AD/ART OPM UM.
7. Komisi Pemilihan Umum Fakultas selanjutnya disebut KPU Fakultas adalah
penyelenggara Pemilu di tingkat fakultas yang bersifat independen dan mandiri.
8. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara.
9. Panitia Pengawas Pemilu Fakultas, selanjutnya disebut Panwaslu Fakultas adalah
panitia yang dibentuk oleh DMF untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat
Fakultas.
10. Pemilih adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang yang
masih aktif kuliah serta dapat menunjukkan KTR atau KTM pada saat pemilihan.
11. Peserta Pemilu adalah perseorangan untuk pemilu anggota DMF dan pasangan untuk
pemilu Gubernur Mahasiswa, serta Bupati Mahasiswa yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Peserta Pemilu..
12. Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih
dengan menawarkan visi, misi, dan program.
BAB II
ASAS, PELAKSANAAN, DAN LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
Pasal 3
Pemilu diselenggarakan untuk memilih:
1. Senator DMF
2. Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa
3. Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa
Pasal 4
1. Pemilu dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali.
2. Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:
a. pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
b. pendaftaran peserta pemilu;
c. penetapan peserta pemilu;
d. masa kampanye;
e. masa tenang;
f. pemungutan dan penghitungan suara;
g. penetapan hasil pemilu; dan
h. pelantikan.
3. Pemungutan suara dilaksanakan pada hari yang telah ditetapkan oleh KPU fakultas.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 5
1. Pemilu untuk memilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati dilaksanakan
dengan sistem perolehan suara terbanyak.
2. Pemilu untuk memilih senator DMF dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil.
Bagian Ketiga
Lembaga Penyelenggara
Pasal 6
1. Pemilu untuk memilih anggota DMF, gubernur dan wakil gubernur serta bupati dan wakil
bupati disenggarakan oleh KPU Fakultas.
2. Pengawasan penyelenggaraan Pemilu di tingkat fakultas dilaksanakan oleh Panwaslu
Fakultas.
Pasal 7
BAB III
Pasal 17
Perseorangan dan pasangan calon dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh KPU.
Bagian Kedua
Persyaratan Peserta Pemilu
Pasal 18
1. Persyaratan Peserta Pemilu ditentukan oleh KPU dengan berpedoman pada hasil
Kongres dan hasil Konferensi.
2. Setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang yang
memenuhi persyaratan, dapat mengajukan diri sebagai calon peserta pemilu.
3. Prosedur, format kelengkapan administrasi,dan tata cara pengajuan daftar calon
ditetapkan oleh KPU.
Bagian Ketiga
Verifikasi Peserta pemilu
Pasal 19
1. KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran persyaratan sebagai
peserta pemilu.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU.
1.
2.
3.
4.
Pasal 20
Calon Peserta Pemilu yang lulus verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ditetapkan sebagai Peserta Pemilu oleh KPU.
Penetapan Calon Peserta Pemilu sebagai Peserta Pemilu dilakukan dalam sidang pleno
KPU dan bersifat final.
Penetapan nomor urut Peserta Pemilu dilakukan secara undi dalam sidang pleno KPU
terbuka dan dihadiri oleh seluruh Peserta Pemilu.
Hasil penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diumumkan oleh
KPU.
Bagian Keempat
Pengawasan atas Pelaksanaan Verifikasi Calon Peserta Pemilu
Pasal 21
1. Panwaslu Fakultas melakukan pengawasan atas pelaksanaan verifikasi calon Peserta
Pemilu yang dilaksanakan oleh KPU Fakultas.
2. Dalam hal Panwaslu Fakultas menemukan kesengajaan atau kelalaian yang dilakukan
oleh anggota KPU Fakultas dalam melaksanakan verifikasi sehingga merugikan dan atau
Bagian Ketiga
Metode Kampanye
Pasal 28
Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat dilakukan melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. debat terbuka;
c. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
d. pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang
undangan.
Pasal 29
1. Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a sampai dengan huruf
e dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan oleh KPU sampai dengan masa tenang.
2. Masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlangsung selama 2 (dua) hari
sebelum hari/tanggal pemungutan suara.
Pasal 30
1. Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan kampanye diatur oleh KPU Fakultas.
2. Waktu, tanggal, tempat dan teknis pelaksanaan Kampanye Pemilu ditetapkan dengan
Keputusan KPU setelah KPU berkoordinasi dengan Peserta Pemilu.
Bagian Keempat
Larangan dalam Kampanye
Pasal 31
1. Dalam kampanye pemilu raya dilarang :
a. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan peserta pemilu raya yang lain;
b. Menghasut atau mengadu domba antar mahasiswa, baik perseorangan maupun
kelompok;
c. Mengancam dan melakukan tindak kekerasan;
d. Merusak dan atau menghilangkan alat publikasi peserta pemilu raya yang lain.
2. Ketentuan lebih lanjut tentang larangan dalam kampanye diatur dalam peraturan KPU.
Bagian Kelima
Sanksi atas Pelanggaran Larangan Kampanye
Pasal 32
1.
Dalam hal terdapat bukti permulaan yang cukup atas adanya pelanggaran
larangan kampanye oleh pelaksana dan peserta kampanye, maka KPU Fakultas
menjatuhkan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
2.
Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye
dikenai sanksi berupa :
a.
Peringatan lisan dan tertulis.
b.
Apabila poin (a) tidak diindahkan maka dicabut haknya sebagai peserta
pemilu raya, dan tidak diperkenankan mengikuti pemilu raya pada tahun yang
sama.
3.
Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan kampanye
ditetapkan oleh KPU.
Bagian Keenam
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
BAB VI
PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 35
KPU bertanggung jawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta kebutuhan
pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
Jenis perlengkapan pemungutan suara terdiri atas:
a. kotak suara;
b. surat suara;
c. tinta;
d. bilik pemungutan suara;
e. segel;
f. alat untuk memberi tanda pilihan; dan
g. tempat pemungutan suara.
Perlengkapan pemungutan suara harus disiapkan selambat-lambatnya 1 (satu) hari
sebelum pemungutan suara.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan perlengkapan pemungutan suara diatur oleh
KPU.
BAB VII
PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 36
Pemungutan suara Pemilu senator DMF, Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa,
Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa dilaksanakan secara serentak.
Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara pemilihan pemilu ditetapkan dengan
Keputusan KPU.
Tata cara pemberian dan pemungutan suara diatur oleh KPU.
Pasal 37
Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi pemilih yang terdaftar
pada daftar pemilih tetap pada TPS yang bersangkutan; dan pemilih yang terdaftar pada
daftar pemilih tambahan serta dapat menunjukkan KTM atau KTR.
2. Jumlah surat suara di setiap TPS sama dengan jumlah pemilih yang tercantum di dalam
daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan ditambah dengan 2% (dua perseratus)
dari daftar pemilih tetap sebagai cadangan.
3. Penggunaan surat suara cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuatkan
berita acara.
4. Format berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
KPU.
1.
2.
3.
4.
5.
Pasal 38
Pelaksanaan pemungutan suara dipimpin oleh KPPS.
Pemberian suara dilaksanakan oleh pemilih.
Pelaksanaan pemungutan suara disaksikan oleh saksi Peserta Pemilu.
Pengawasan pemungutan suara dilaksanakan oleh Pengawas Pemilu .
Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menyerahkan mandat tertulis dari
peserta pemilu.
BAB VIII
PENGHITUNGAN SUARA
Pasal 39
Penghitungan suara dilaksanakan secara serentak pada hari yang sama dengan hari
pemungutan suara pada tempat yang telah ditentukan oleh KPU setelah seluruh kotak suara
dari seluruh TPS terkumpul.
Pasal 40
1. Sebelum melaksanakan penghitungan suara, KPPS menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap;
b. jumlah surat suara yang tidak terpakai;
c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau salah dalam cara
memberikan suara; dan
d. sisa surat suara cadangan.
2. Penggunaan surat suara cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh anggota KPU yang ada di TPS.
Pasal 41
Suara dinyatakan sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh petugas KPU di TPS bersangkutan; dan
b. pemberian tanda coblos pada surat suara.
c. ketentuan lebih lanjut tentang suara sah diatur oleh KPU.
BAB IX
PENETAPAN HASIL PEMILU
Pasal 42
1. Hasil Pemilu Fakultas terdiri dari senator DMF, Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa,
Bupati dan Wakil Bupati Mahasiswa.
2. KPU wajib menetapkan hasil Pemilu.
1.
2.
3.
4.
BAB X
ATURAN PERALIHAN
Pasal 43
Aturan peralihan ini, berdasar dan berpedoman pada aturan peralihan yang ada dalam
Undang-undang ini.
Aturan Peralihan khusus mengatur ketentuan-ketentuan yang belum ada dalam Undangundang ini.
Apabila dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
ini ada kekeliruan, maka akan diperbaiki seperlunya, dengan ditambahkan pada
lembaran tersendiri yang menjadi satu kesatuan naskah dari Undang-undang ini.
Pengaturan dan ketentuan yang telah berlangsung, diusahakan untuk menyesuaikan
dengan ketentuan yang ada dalam Peraturan perundangan ini.
BAB IX
PENUTUP
Pasal 44
Aturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 23 Nopember 2010
Ketua DMF IK,
Mengetahui
a.n. Dekan
Pembantu Dekan
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang,