Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia.

Hipertensi

merupakan

gangguan

sistem

peredaran

darah

yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. (Menurut Menkes dr. Endang R.
Sedyaningsih, Dr. PH, ketika membuka The 4th Scientific Meeting on Hypertension).
Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak
ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat
dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat
berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Berdasarkan data 10 jenis penyakit terbanyak pasien yang berkunjung di
Puskesmas Ketapang I pada 2012 dan 2014, hipertensi menduduki urutan no.3
penyakit terbanyak. Pada tahun 2012 jumlah penderita hipertensi sebanyak 624
pasien. Sedangkan pada tahun 2014, jumlah penderita hipertensi sebanyak 2.001
pasien. Data ini menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah penderita hipertensi di
Puskesmas Ketapang I.
Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan
mengendalikan faktor risiko. Caranya, pertahankan berat badan dalam kondisi normal.
Atur pola makan, dengan mengkonsumsi makan rendah garam dan rendah lemak
serta perbanyak konsumsi sayur dan buah. Lakukan olahraga dengan teratur. Atasi
strees dan emosi, hentikan kebiasaan merokok, hindari minuman beralkohol, dan
periksa tekanan darah secara berkala.
Dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi berbagai upaya telah
dilakukan, yaitu penyusunan berbagai kebijakan berupa pedoman, Juklak dan Juknis
pengendalian hipertensi. Pencegahan dan penanggulangan hipertensi sesuai dengan
1

kemajuan teknologi dan kondisi daerah (local area specific). Memperkuat logistik dan
distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
termasuk hipertensi. Meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi
pengendalian hipertensi. Mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta
memperkuat jejaring serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
1.2

Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa ada beberapa masalah yang dapat
timbul berkaitan dengan tingginya tekanan darah. Seperti penyakit kardiovaskular,
serebral vaskular, gagal ginjal, dan persalinan. Banyak faktor yang mempengaruhi,
seperti obesitas, merokok, konsumsi garam berlebih, stress, macam pekerjaan dan
lainnya. Oleh karena itu melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkisar :
1. Bagaimana karakteristik dan pola perilaku pasien yang mengalami hipertensi ?
2. Apakah hubungan factor risiko dengan hipertensi ?

1.3
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik dan pola perilaku pasien hipertensi di Puskesmas


Ketapang I pada tanggal 7-17 Januari Tahun 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus

A. Mengetahui karakteristik penderita hipertensi terhadap faktor risiko hipertensi


B. Mengetahui sikap dan pola perilaku pasien hipertensi
C. Mengetahui tingkat pengetahuan penderita hipertensi terhadap pengaruh dan
faktor risiko lain
1.4

Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada
pada penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu karakteristik dan pola perilaku
pasien hipertensi dengan mewawancarai para pasien hipertensi sebagai koresponden
di Puskesmas Ketapang I pada tanggal 7-17 Januari Tahun 2015.

1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i.

Mengetahui hubungan karakteristik penderita hipertensi terhadap faktor risiko


hipertensi

ii.

Mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan hipertensi

iii. Mengetahui pemahaman penderita hipertensi terhadap pengaruh dan faktor risiko
lain
iv. Mengetahui pola perilaku pasien hipertensi
v.

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam metodologi penelitian

vi. Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
dan pola perilaku dengan hipertensi di Puskesmas Ketapang I sejak 7-17 Januari
2015.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik dan kombinasi hipertensi sitolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain
itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade
terakhir tidak menujukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian
tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta
orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III
tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini
penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993
diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena
berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes
melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas yang

sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan
diabetes mellitus
2.2

Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui.
Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan
merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak
penelitian untuk mencari etiologinya.

2.3

Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
Hipertensi derajat 1 dan derajat 2.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

Normal

< 120

Dan

< 80

Prahipertensi

120 - 139

Atau

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

Atau

90 99

Hipertensi derajat 2

160

Atau

100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik


Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensilain dari
World Health Organization (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH),
dari European Society of Hypertention (ESH, bersama European Society of
Cardiology), British Hypertension Society (BSH) serta Canadian Hypertension
Education Program (CHEP), tetapi umumnya digunakan JNC 7.
5

2.4

Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
1. Faktor risiko, seperti: genetik, usia, jenis kelamin, ras, janin, stress, geografi dan
lingkungan, diet dan asupan garam, resistensi insulin/hiper insulinemia.
a. Faktor Genetik
Beberapa penderita hipertensi didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Dibanding orang kulit putih, orang kulit
hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat
hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditas dan mortalitasnya, sehingga
diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peniliti
mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya
mungkin bersifat poligenik.
b. Usia
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pasien yang
berusia di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau
samadengan 140/90 mmHg. Peningkatan tekanan darah ini dikarenakan setelah
memasuki usia 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik akan
meningkat sampai decade kelima dan keenam hingga kemudian menetap atau
cenderung menurun, karena kelenturan pembuluh darah besar berkurang pada
pertambahan usia hingga dekade ke tujuh.
c. Jenis Kelamin

Hipertensi pada usia muda cenderung lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan, namun hipertensi pada usia lanjut tidak memiliki perbedaan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Pada wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
d. Ras
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.
e. Janin
Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah tampaknya
merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari, barangkali karena lebih
sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium
pada bayi dengan berat lahir rendah.
f. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah
kurang makmur dengan daerah maju,seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang
tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan
usia dibanding masyarakat Barat.
g. Diet dan asupan garam / natrium
Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi,
barangkali karena ketidakmampuan mengeluarkan natirum secara efisien baik
diturunkan atau didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik
(de Wardener) yang menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natriumkalium) dan mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti Studi

INTERSALT (1988) diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan TD,
dan penurunan TD dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam.

h. Resistensi insulin/hiperinsulinemia
Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah diketahui sejak beberapa
tahun silam, terutama pada pasien gemuk.Insulin merupakan zat penekanan karena
meningkatkan kadar katekolamin dan reabsopsi natrium.
2. Sistem saraf simpatis

Tonus simpatis

Variasi diurnal
Dapat terlihat pada hipertensi umur muda terjadi hiperaktitas simpatis.

Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan


vena dan meningkatkan curah jantung.
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot
polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir. Penderita hipertensi
mengalami penurunan respons vasodilatasi terhadap nitrat oksida, dan endotel
mengandung vasodilator seperti endotelin-I, meskipun kaitannya dengan hipertensi
tidak jelas.
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiontensin dan aldosteron.
Renin memicu produksi angiotensin (zat penekan) dan aldosteron (yang
memacu natrium dan terjadinya retensi air sebagai akibat). Beberapa studi telah
menunjukkan sebagian pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin yang
meningkat, tetapi sebagian besar normal atau rendah, disebabkan efek homeostatik
dan mekanisme umpan balik karena kelebihan beban volume dan peningkatan TD
dimana keduanya diharapkan akan menekan produksi renin.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian


tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar TD, yaitu: Tekanan Darah = Curah
Jantung x Tahanan Perifer.

Gambar. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah


2.5

Diagnosa
Benarlah pernyataan umum yang mengatakan bahwa: Tidak ada tanda dan
gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan penyakit hipertensi, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Namun diagnosis hipertensi dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang terlazim, pemeriksaan dasar/fisik, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala
9

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala, kelelahan, dan epistaksis. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Tetapi
pasien dengan nyeri kepala pagi dini hari (yang bisa membangunkan pasien) bisa
menderita hipertensi penyerta; dan nyeri kepala vertikal parah yang timbul
mendadak akan meningkatkan kemungkinan ruptur aneurisma berry disertai
perdarahan subarakhinoid.
b. Pemeriksaan dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya sekali, bila
perlu dapat pada lebih sekali kunjungan. Untuk memutuskan seseorang mengalami
hipertensi, hendaknyadilakukan pemeriksaan sebanyak tiga kali dengan waktu yang
berbeda dalam beberapa minggu.
Syarat standar pengukuran tekanan darah :

Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di ruangan yang
tenang

Cuff standar yaitu dengan balon 12 13 cm lebar dan panjang 35 cm, orang
gemuk atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang setinggi jantung

Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolik = fase V

Pengukuran pertama haarus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan


kelainan pembuluh darah perifer

Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula, pasien DM, atau
keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: (1)

Test darah rutin

Glukosa darah (sebaiknya puasa)

Kolestrol total serum

Kolestrol LDL dan HDL serum

Trigliserid serum (puasa)

Asam urat serum


10

Kreatinin serum

Kalium serum

Hemoglobin dan hematokrit

Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)

EKG

Pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi


Tes

Alasan
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik

Urinalisis untuk darah dan protein,

sebagai penyebab atau disebabkan oleh


hipertensi, atau (jarang) dapat dianggap

elektrolit dan kreatinin darah

hipertensi adrenal (sekunder)


Untuk

Glukosa darah

diabetes

atau

intoleransi glukosa
Membantu

Kolestrol HDL dan kolestrol total serum

memperkirakan

risiko

kardiovaskular dimasa depan


Untuk

EKG

2.6

menyingkirkan

menetapka

adanya

hipertrofi

ventrikel kiri

Kerusakan Organ Target


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah:
1. Jantung

Hipertrofi ventrikel kiri(1,2,4)

Angina atau riwayat infark miokard(1,2,4)

Riwayat revaskularisasi koroner(4)

Gagal jantung(1,2,4)
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan kekakuan dinding terhadap

pengisian diastolik dan gelombang a (sistole atrium) yang menonjol pada


11

ekokardiografi. Gagal ventrikel kiri (disfungsi sistolik dan diastolik) dapat terjadi,
seringkali tanpa dilatasi ventrikel. Terapi dengan antihipertensi terutama penghambat
enzim pengkonversi angiotensin (angiotensin converting enzyme/ACE), telah terbukti
mengurangi hipertrofi ventrikel kiri jika tekanan darah diturunkan. Penyakit jantung
koroner sering terjadi pada hipertensi, dan bersama dengan disfungsi ventrikel kiri
mungkin menyebabkan tingginya angka kematian penyakit jantung. Risiko kejadian
jantung (kematian, infark miokard, gagal jantung, aritmia ventrikel) akan berkurang
jika hipertansi diturunkan. Jika tekanan diastolik diturunkan di bawah 80 mmHg,
risiko akan mulai meningkat lagi, disebut sebagai kurva berbentuk J, meskipun
pengamatan ini masih diperdebatkan. Peningkatan gejala penyakit jantung pada
tekanan diastolik yang rendah mungkin disebabkan karena rendahnya tekanan perfusi
koroner, yang dengan miokard yang menebal disertai resistensi arteriol yang meninggi
akibat proses hipertensi, menyebabkan iskemia jantung terutama pada malam hari
ketika tekanan darah biasanya paling rendah.(2)
2. Otak

Stroke atau transient ischemic attack (TIA) (1,2,4)


Stroke dan serangan iskemik transien lebih sering ditemukan pada penderita

hipertensi. Selama stroke, tekanan darah dapat meningkat secara akut dan perlu
kehati-hatian untuk menurunkannya terlalu cepat atau mendadak. Resistensi vascular
serebral akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga kemungkinan
efek akut edema serebral, dan reduksi berlebihan tekanan perfusi arteri serebral dapat
meningkatkan iskemia serebral.(2)
3. Penyakit ginjal kronik(1,2,4)

Terjadinya kerusakan dan gagal ginjal secara perlahan sering ditemukan pada
hipertensi menahun, khususnya dengan kontrol yang tidak teratur, dan lebih sering
pada orang kulit hitam. Hilangnya kemampuan pemekatan urin akan menyebabkan
terjadinya nokturia. Mikroalbuminuria berlanjut dengan proteinuria yang lebih hebat
dan penurunan bersihan kreatinin. Akhirnya, dapat terjadi gagal ginjal tahap akhir dan
memerlukan dialysis. Pada hipertensi hebat yang dipercepat, gagal ginjal akut sering

12

terjadi dan merupakan penyebab utama kematian jika hipertensi tidak diterapi dengan
tepat. Kejadian demikian merupakan suatu kedaruratan medis.(2)

4. Penyakit arteri koronaria(5)

Hipertensi umumnya dikenal sebagai faktor risiko utama penyakit arteri


koronaria, bersama dengan diabetes mellitus, hiperlipidemia dan merokok sigaret.
Karena aterosklerosis begitu lazim ditemukan dalam hipertensi maka logis untuk
menyaring populasi hipertensi untuk tiga faktor ini dan mengharapkan hasil yang
sangat tinggi. Karena itu, profil lipid yang mencakup kolestrol lipoprotein tinggi
(HDL), dan rendah (LDL), asam urat serum dan toleransi karbohidrat merupakan
faktor penting untuk mengevaluasi pasien hipertensi. Lebih lanjut, pengetahuan satu
kelainan

dapat

memberikan

kesadaran

lebiih

mendalam

tentang

lainnya

(mis.hiperlipidemia dan intoleransi karbohidrat).(5)


5. Retinopati (1,2,4)

Indikasi kerusakan organ target dapat diperoleh dengan memeriksa fundus


mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi.
Retinopati pada Hipertensi
Derajat 1

Penyempitan ringan atau sklerosis lumen arteriol retina,


memberikan efek kawat perak (silver wiring)

Derajat 2

Sklerosis arteriol sedang atau berat, terlihat sebagai (nipping) at


terlovenosa

Derajat 3

Perubahan progresif retina mengakibatkan edema, bintik cotton


wall, dan perdarahan

Derajat 4

Semua data diatas dengan edema papil

Derajat 3 dan 4 sering terlihat pada hipertensi hebat yang dipercepat,


sedangkan derajat 1 dan 2 berkorelasi kuat dengan kerusakan organ target lain pada
hipertensi kronis.(2)

13

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ


tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain karena adanya autoantibodi terhadap reseptor
ATI Angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide
xynthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor- (TGF-).
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah,
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyebab kardiovaskuler.
Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah
menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89
mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi
dan mengalami penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik
>140mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik
Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75mmHg, meningkat
dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari
faktor risiko lainnya
Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi.(1)

2.7

Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk:
1) Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya
atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan
menentukan pengobatan.
2) Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.
3) Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovakular.

14

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang


keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis
serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat
analgesic dan obat/bahan lain
c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d. Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor risiko
a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan
f. Kegemukan, ntensitas olah raga
g. Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attacks, deficit sensoris atau motoris
b. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
c. Ginjal: haus, poliuri, nocturia, hematuri
d. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
2.8

Pengobatan

15

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1
3.1.1

Kerangka Teoritis dan Kerangka Konsep


Kerangka Teoritis
a. Tidak Dapat Dirubah
Herediter ( genetik )
Umur
Jenis Kelamin

HIPERTENSI ( JNC 7 )

Suku Bangsa

GRADE 1

b. Dapat Dirubah

SISTOLE 140 159

Geografi dan lingkungan


Resistensi insulin/hiperinsulinemia

DIASTOLE 90 - 99
GRADE 2

Sistem saraf simpatis


Pengetahuan

SISTOLE > 160

Sikap

DIASTOLE > 100

Obesitas
Perokok
Konsumsi Garam
Stress
Macam pekerjaan
Praktek

16

3.1.2

Kerangka Konsep
a. Variabel Independent
Karakteristik

Umur

Jenis Kelamin

Suku bangsa

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

HIPERTENSI ( JNC 7 )

GRADE 1
SISTOLE 140 159
DIASTOLE 90 - 99

Pengetahuan

GRADE 2

Sikap

Obesitas

Perokok

Konsumsi Garam

Stress

olahraga

SISTOLE > 160


DIASTOLE > 100

Praktek

17

3.2

Definisi Operasional

VARIABEL
Usia

DEFINISI

CARA

KATEGORI

OPERASIONAL

PENGUKURAN
20 - 30 tahun

hidup dalam satuan pengisian kuisioner

30 40 tahun

tahun

40 50 tahun

sejak

kelahiran
Jenis kelamin

PENGUKURAN

dan

Lamanya seseorang Wawancara

dan

> 50 tahun
Laki laki

membedakan laki pengisian kuisioner

perempuan

Istilah

yang Wawancara

SKALA
Interval

Nominal

laki dan perempuan


secara biologis dan
Suku bangsa

dibawa sejak lahir


Suatu
golongan Wawancara
manusia

dan

Dayak

yang pengisian kuisioner

Banjar

anggota-anggotanya

Jawa

mengidentifikasan
dirinya

Nominal

lain lain

dengan

sesamanya biasanya
berdasarkan

garis

keturunan

yang

Pendidikan

dianggap sama
Jenjang pendidikan Wawancara

terakhir

terakhir

yang pengisian kuisioner

diselesaikan

pada

dan

SMP

Lainnya

formal
Informasi

Ordinal

SMA

instansi pendidikan

Pengetahuan

SD

yang

Wawancara

18

dan

Definisi

Nominal

dimiliki

seseorang pengisian kuisioner

mengenai
dalam

objek
hal

Klasifikasi

ini

Penanganan

Hipertensi

Sikap

Komplikasi

Reaksi atau respon Wawancara

dan

seseorang terhadap pengisian kuisioner


suatu

Penyebab

informasi

Mengurangi

Nominal

konsumsi garam
Kebiasaan

(stimulus)

merokok
Mengkonsumsi
sayuran

dan

buah-buahan
Berolahraga
Mengurangi
stress
Penurunan berat
Obesitas

Skala penilain berat Wawancara


badan

dan

pengisian kuisioner

menggunakan
Indeks
Perokok

badan
Pre obesitas
Obesitas I
Obesitas II

Massa

Tubuh (IMT)
Suatu
kebiasaan Wawancara

dan

yang di hitung per pengisian kuisioner

Sering

(setiap Nominal

hari)

hari

Kadang-kadang

Konsumsi

Suatu

Tidak pernah
sdt (2,5 mg)

Garam

yang di hitung per pengisian kuisioner

1 sdt (5mg)

hari

sdm (4 mg)

Stress

Suatu

kebiasaan Wawancara

kebiasaan Wawancara

dan

dan

yang di hitung per pengisian kuisioner

Olahraga

Ordinal

Ordinal

1 sdm (8 mg)
Sering
(setiap Nominal
hari)

hari

Kadang-kadang

Suatu

Tidak pernah
Sering
(3x Nominal

kebiasaan Wawancara
19

dan

yang di hitung per pengisian kuisioner

perminggu)
Kadang-kadang

tiga kali per minggu

Tidak pernah

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1

Metoda Penelitian

4.1.1

Jenis Penelitian

: Cross Sectional

4.1.2

Populasi

: Populasi yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah


masyarakat wilayah Puskesmas Ketapang I

4.1.3

Sampel

: Sampel penelitian ini pengambilan sampel secara accidental


sampling yaitu , penderita hipertensi dengan tekanan darah
sistole > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg di wilayah
Puskesmas Ketapang I dalam jangka waktu 7-17 Januari
2015.

4.1.4

Cara Pengumpulan Data

4.1.4.1

Data Primer
Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara langsung dan
menggunakan kuesioner.

4.1.5

Alat Pengumpulan Data


Data dapat dikumpulkan menggunakan in strument yaitu berupa kuisioner untuk
dilakukan wawancara terhadap sampel
Data dapat dikumpulkan menggunakan instrument tensimeter untuk menghitung
tensimeter pasien
Data dapat dikumpulkan menggunakan instrument alat timbang berat badan dan
pengukut tinggi badan untuk menghitung berat badan dan tinggi badan

20

4.1.6

Rencana Pengolahan dan Analisis Data, dan Pelaksanaan


Pengolahan dan analisis data menggunakan manual perhitungan

4.1.6.1

Analisis Data
Data penelitian di analisis dengan menggunakan table univariat dan bivariat

4.1.6.2

Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk table univariat dan multivariat

4.1.6.3

Pelaksana
Yang menjadi pelaksana dalam penelitian puskesmas adalah seluruh dokter
internsip yang mengikuti kegiatan Puskesmas Ketapang I periode 7 November
2014 7 Maret 2015.

21

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1

Tabel Univariat

I. KARAKTERISTIK
1.I.1

Tabel Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
TOTAL

Jumlah
9
21
30

Persentase ( % )
30 %
70 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.1 Didapatkan 21 responden ( 70 % ) berjenis kelamin


wanita dan sebanyak 9 responden ( 30 % ) berjenis kelamin pria.
1.I.2

Tabel Distribusi Tentang Suku Daerah Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Suku Daerah
Dayak
Banjar
Jawa
Lainnya
TOTAL

Jumlah
3
12
12
3
30

Persentase ( % )
10 %
40 %
40 %
10 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.2 Didapatkan 12 responden (40 %) masing-masing


berasal dari suku Banjar dan Jawa dan sebanyak 3 responden (10 %) masing-masing
berasal dari suku Dayak dan lainnya.
22

1.I.3

Tabel Distribusi Pendidikan Terakhir Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
Lainnya
TOTAL

Jumlah
7
7
8
8
30

Persentase ( % )
23,33 %
23,33 %
26,67 %
26,67 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.3 Didapatkan 8 responden ( 26,67 % ) masing-masing


berpendidikan terakhir SMA dan Lainnya. Sebanyak 7 responden ( 23,33 % )
masing-masing berpendidikan terakhir SD dan SMP.

1.I.4

Tabel Distribusi Pekerjaan Penderita Hipertensi di Puskesmas Ketapang I


Tahun 2015
Pekerjaan
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Lainnya
TOTAL

Jumlah
0
4
3
23
30

Persentase ( % )
0%
13,33 %
10 %
76,67 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.4 Didapatkan 23 responden ( 76,67 % ) bekerja diluar


PNS, Pegawai Swasta, dan Wiraswasta. Sebanyak 0 responden ( 0 % ) bekerja
sebagai PNS.

1.I.5

Tabel Distribusi Pendapatan Penderita Hipertensi di Puskesmas Ketapang I


Tahun 2015
Pendapatan

Jumlah
23

Persentase ( % )

0 500 ribu
500 1 juta
1 juta 1,5 juta
Lainnya
TOTAL

23
0
3
4
30

76,67 %
0%
10 %
13,33 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.5 Didapatkan 23 responden ( 76,67 % ) memiliki besar


pendapatan/bulan sejumlah 0-500 ribu dan sebanyak 0 responden ( 0 % ) memiliki
besar pendapatan/bulan sejumlah 500-1 juta.
1.I.6

Tabel Distribusi Usia Pertama Kali Mengetahui Sakit Hipertensi Penderita


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Usia Pertama Kali

Jumlah

Persentase ( % )

1
5
12
12
30

3,33 %
16,67 %
40 %
40 %
100 %

Mengetahui
20 30 Tahun
30 40 Tahun
40 50 Tahun
>50 Tahun
TOTAL

Berdasarkan dari Tabel 1.I.6 Didapatkan 12 responden ( 40 % ) berusia 40-50


tahun dan >50 tahun ketika mengetahui dirinya sakit hipertensi pertama kali.
Sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) mengetahui dirinya sakit hipertensi sejak umur 2030 tahun.

1.I.7

Tabel Distribusi Usia Penderita Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Usia Pertama Kali

Jumlah

Persentase ( % )

1
1
3
25

3,33 %
3,33 %
10 %
83,34 %

Mengetahui
20 30 Tahun
30 40 Tahun
40 50 Tahun
>50 Tahun
24

TOTAL

30

100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.I.7 Didapatkan 25 responden ( 83,34 % ) berusia >50


tahun saat ini dan sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) masing-masing berusia 20-30
tahun dan 30-40 tahun.

II. PENGETAHUAN
1.II.1

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi tentang Hipertensi di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi
Tentang Hipertensi
Penyakit Keturunan
Penyakit Tidak Menular Yang
Diakibatkan Karena Pola Hidup Yang
25

Jumlah

Persentase (%)

11
3

36.67%
10%

Tidak Sehat
Penyakit Yang Diakibatkan Oleh Stress
Dan Pertambahan Usia
Tidak Tahu
Total
Berdasarkan Dari

16.67%

11
30

36.67%
100%

Tabel 1.II.1 Didapatkan 11 Responden (36.67%) memiliki

pemahaman bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan dan tidak tahu tentang
hipertensi. Sebanyak 3 Responden (10%) memiliki pemahaman bahwa hipertensi
merupakan penyakit tidak menular yang diakibatkan karena pola hidup yang tidak
sehat.

1.II.2

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Definisi


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi

Jumlah

Persentase (%)

23.33%

13.33%

Lebih Yang Diukur Sebanyak 2 kali

0%

Dalam Kondisi Istirahat


Tidak Tahu

19

63.33%

Mengenai Definisi Hipertensi


Tekanan Darah 140 / 90 Mmhg Atau
Lebih Dan Standar Akan Berubah
Berikut Pertambahan Usia
Tekanan Darah 140/90 Mmhg Atau
Lebih Pada Setiap Kondisi Aktivitas
Tekanan Darah 140/90 Mmhg Atau

26

Total

30

100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.II.2 Didapatkan 19 Responden (46.71%) tidak tahu


mengenai definisi hipertensi. Sebanyak 0 Responden (12.5%) memiliki pemahaman
bahwa hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih yang diukur
sebanyak 2 kali dalam kondisi istirahat.

1.II.3

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Komplikasi


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita
Hipertensi Mengenai

Jumlah

Persentase (%)

Stroke

20

66.67%

Migraine
Kencing manis
Sesak nafas
Total

3
1
6
30

10%
3.33%
20%
100%

Komplikasi Hipertensi

Berdasarkan Dari Tabel 1.II.3 Didapatkan 20 Responden (66.67%) mengetahui


komlikasi dari hipertensi adalah stroke. Sebanyak 1 Responden (3.33%) berpendapat
bahwa komplikasi dari hipertensi adalah kencing manis

27

1.II.4

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Istilah


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita
Hipertensi Mengenai

Jumlah

Persentase (%)

2
24
2

6.67%
80%
6.67%

6.67%

30

100%

istilah Hipertensi
Tekanan darah rendah
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah biasa
Tekanan darah biasa
biasa saja
Total
Berdasarkan Dari

Tabel 1.II.4 Didapatkan 24 Responden (80%) berpendapat

bahwa hipertensi adalah suatu tekanan darah tinggi. Sebanyak 2 Responden (6.67 %)
berpendapat bahwa hipertensi merupakan tekanan darah biasa, tekanan darah rendah,
dan tekanan darah biasa-biasa saja.
1.II.5

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Penyebab


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Penyebab hipertensi adalah :
1. Kegemukkan
2. Mengkonsumsi garam berlebihan
3. Kurang berolahraga
4. Konsumsi lemak berlebihan
5. Merokok dan mengkonsumsi alcohol
6. Stress
7. Kurang mengkonsumsi sayur dan buah
8. Mengkonsumsi obat yang tidak sesuai anjuran dokter
Pemahaman Penderita
Hipertensi Mengenai

Jumlah

Persentase (%)

14
5
9

46.67%
16.66%
30%

penyebab Hipertensi
1,2,3
4,5,6
7,8 saja
28

Semua benar
Total

2
30

6.67%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.II.5 Didapatkan 14 Responden (46.67%) memilih faktor


1,2,3 sebagai faktor penyebab hipertensi. Sebanyak 2 Responden (6.67%) memilih
semua benar.

1.II.6

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Cara


Menanggulangi Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi
Mengenai cara menanggulangi Hipertensi
Dengan pengobatan dari dokter dan
melakukan pola hidup sehat yang
dianjurkan petugas kesehatan
Dengan pengobatan dan menghindarkan
stress
Dengan pengobatan saja
Cukup istirahat
Total

Jumlah

Persentase (%)

10

33,33 %

23,34 %

12
1
30

40 %
3,33 %
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.II.6 Didapatkan 12 Responden ( 40 %) berpendapat


dengan pengobatan saja untuk menanggulangi hipertensi. Sebanyak 1 Responden
(3,33 %) berpendapat cukup istirahat.

29

1.II.7

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Pemahaman


Kapan Harus Memeriksakan Diri Hipertensi di Puskesmas Ketapang I
Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi
Mengenai pemahaman kapan harus

Jumlah

Persentase (%)

18

60%

10%

ataupun tidak ada gejala minimal 2 kali

13.33%

sebulan
Jika kehabisan obat
Total

5
30

16.67%
100%

memeriksakan diri
Ketika ada gejala sakit kepala dan
pusing
Pada saat masih mengkonsumsi obat
antihipertensi
Secara rutin dengan adanya gejala

Berdasarkan Dari Tabel 1.II.7 Didapatkan 18 Responden (60%) Ketika ada gejala
sakit kepala dan pusing untuk periksa dan sebanyak 3 Responden (10%)
memeriksakan diri pada saat masih mengkonsumsi obat antihipertensi.

30

1.II.8

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Manfaat


Pentingnya Menjaga Tekanan Darah dalam Batas Normal Hipertensi di
Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai
manfaat pentingnya menjaga tekanan darah

Jumlah

Persentase (%)

26.67%

Untuk dapat menghindari dari gejala


hipertensi seperti sakit kepala, pusing,
mual, gampang capek dan lain
sebagainya

12

40%

Untuk dapat memperpanjang umur dan


dapat beraktifitas sebagaimana mestinya

23.33%

Tidak untuk apa-apa

10%

30

100%

dalam batas normal


Untuk dapat mencegah agar tidak
menimbulkan komplikasi seperti stroke,
penyakit jantung, ginjal, kerusakan pada
mata dan telinga.

Total
Berdasarkan Dari

Tabel 1.II.8 Didapatkan 12 Responden (40%) memahami

pentingnya menjaga tekanan darah untuk dapat menghindari dari gejala hipertensi
seperti sakit kepala, pusing, mual, gampang capek dan lain sebagainya dan Sebanyak
3 Responden (10%) tidak untuk apa apa.

31

1.II.9

Tabel Distribusi Pemahaman Penderita Hipertensi Mengenai Hipertensi


yang Harus Ditanggulangi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pemahaman Penderita Hipertensi
Mengenai hipertensi yang harus

Jumlah

Persentase (%)

16

53.33%

Semua tingkat hiertensi yang


menimbulkan gejala

11

36.67%

Semua tingkat tekanan darah yang


melebihi batas normal (>139/39 mmHg)
baik menimbulkan gajala maupun tanpa
gejala.

6.67%

Tidak usah ditanggulangi.

3.33%

30

100%

ditanggulangi
Hipertensi tingkat berat yang
menimbulkan gejala sakit kepala,
pusing atau mual

Total
Berdasarkan Dari

Tabel 1.II.9 Didapatkan 16 Responden (53.33%) memilih

hipertensi tingkat berat yang menimbulkan gejala sakit kepala, pusing atau mual
yang harus ditanggulangi dan Sebanyak 1 Responden (3.33%) memilih tidak usah
ditanggulangi.

32

III. SIKAP
1.III.1

Tabel Distribusi Frekuensi Pasien Mengalami Masalah / Stress dalam


Kehidupan di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Frekuensi Pasien Mengalami
Masalah/Stres dalam
Kehidupan
Ya, sering
Ya, kadang-kadang
Pernah, namun sudah tidak
Tidak
TOTAL

Jumlah

Persentase ( % )

1
14
1
14
30

3,33 %
46,67 %
3,33 %
46,67 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.1 Didapatkan 14 responden ( 46,67 % ) kadangkadang memiliki masalah dalam kehidupan dan mengaku tidak memiliki masalah
dan sebanyak 1 responden (3.33%) mengaku sering mengalami masalah dan pernah,
namun sudah tidak.

1.III.2

Tabel Distribusi Permasalahan Pasien dalam Suatu Lingkungan di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Permasalahan Pasien dalam
Suatu Lingkungan
Ya, di Lingkungan Kerja
Ya, di Lingkungan Keluarga
Ya, di Lingkungan Sekitar
Tidak ada
TOTAL

Jumlah

Persentase ( % )

0
6
1
23
30

0%
20%
3.33%
76.67 %
100%

Berdasarkan dari Tabel 1.III.2 Didapatkan 23 responden ( 76,67 % ) tidak ada


permasalahan dalam keluarga, lingkungan kerja, dan sekitar. Sebanyak 1 responden
(3,33 %) memiliki masalah di lingkungan sekitar.
1.III.3

Tabel Distribusi Frekuensi Pasien dalam Berolahraga di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Frekuensi Pasien dalam

Jumlah
33

Persentase ( % )

Berolahraga
Ya, Sering
Kadang-Kadang
Pernah tapi Tidak lagi
Tidak Pernah
TOTAL

4
5
3
18
30

13.33 %
16.67 %
10 %
60 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.3 Didapatkan 18 responden ( 60 % ) tidak pernah


berolahraga dan sebanyak 3 responden ( 10 % ) pernah tapi tidak lagi.

1.III.4

Tabel Distribusi Jenis Olahraga yang Dilakukan Pasien di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Jenis Olahraga yang
Dilakukan
Jogging / Lari
Futsal
Renang
Lain-lain
TOTAL

Jumlah

Persentase ( % )

5
0
0
25
30

16.67 %
0%
0%
83.33%
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.4 Didapatkan 25 responden ( 83,33 % ) melakukan


olahraga selain jogging, futsal, dan renang termasuk tidak berolahraga. Sebanyak 5
responden ( 16,67 % ) melakukan olahraga jogging / lari.

1.III.5

Tabel Distribusi Pengaturan Jumlah Garam dalam Masakan Pasien Seharihari di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Pengaturan Jumlah Garam
dalam Masakan
Dalam jumlah yang tetap
seperti orang normal
Kadang-kadang dikurangin

34

Jumlah

Persentase ( % )

20%

12

40%

Sudah tetap dikurangin


Tidak sama sekali
menggunakan garam
TOTAL

12

40%

0%

30

100%

Berdasarkan dari Tabel 1.III.5 Didapatkan 12 responden ( 40 % ) pengaturan


jumlah garam dalam masakan masing-masing kadang dikurangin dan sudah tetap
dikurangin. Sebanyak 0 responden ( 0 % ) tidak sama sekali menggunakan garam.
1.III.6

Tabel Distribusi Kuantitas Penggunaan Garam dalam Masakan Pasien


sehari-hari di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Kuantitas Penggunaan Garam
dalam Masakan
> setengah sendok teh
> 1 sendok teh
> setengah sendok makan
> 1 sendok makan
TOTAL

Jumlah

Persentase ( % )

22
6
2
0
30

73.33 %
20 %
6.67%
0%
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.6 Didapatkan 22 responden ( 73,33 % ) menggunakan


garam setengah sendok teh. Sebanyak 0 responden ( 0 % ) menggunakan garam 1
sendok makan.
1.III.7

Tabel Distribusi Frekuensi Pasien Mengkonsumsi Buah-Buahan di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Frekuensi Mengkonsumsi
Buah-buahan
Ya, Sering
Ya, Kadang-kadang
Pernah, namun sudah tidak
Tidak
TOTAL

35

Jumlah

Persentase ( % )

12
16
1
1
30

40 %
53.33%
3.33 %
3.33%
100%

Berdasarkan dari Tabel 1.III.7 Didapatkan 16 responden ( 53,33 % ) kadangkadang mengkonsumsi buah-buahan. Sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) masingmasing pernah, namun sudah tidak dan tidak sama sekali mengkonsumsi buahbuahan.

1.III.8

Tabel Distribusi Frekuensi Pasien Mengkonsumsi Gorengan di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Frekuensi Mengkonsumsi
Gorengan
Ya, Sering
Ya, Kadang-kadang
Pernah, namun sudah tidak
Tidak
TOTAL

Jumlah

Persentase ( % )

9
19
0
2
30

30 %
63.33 %
0%
6.67 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.8 Didapatkan 19 responden ( 63,33 % ) kadangkadang mengkonsumsi gorengan dan sebanyak 0 responden ( 0 % ) pernah, namun
sudah tidak.
1.III.9

Tabel Distribusi Frekuensi Pasien Merokok di Puskesmas Ketapang I Tahun


2015
Frekuensi Merokok
Ya, Sering
Ya, Kadang-kadang
Pernah, namun sudah tidak
Tidak
TOTAL

Jumlah
1
1
1
27
30

Persentase ( % )
3,33 %
3.33 %
3.33 %
90 %
100 %

Berdasarkan dari Tabel 1.III.9 Didapatkan 27 responden ( 90 % ) tidak merokok


dan sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) masing-masing sering, kadang-kadang, dan
pernah namun sudah tidak.

36

IV. PRAKTEK
1.IV.1

Tabel Distribusi Praktek Pola Olahraga di Puskesmas Ketapang I Tahun


2015
Pola Olahraga
Tetap jarang berolahraga
Menjadi lebih giat berolahraga
Berolahraga setiap hari
Tidak ada perubahan
Total

JUMLAH
9
5
2
14
30

PERSENTASE (%)
30%
16.66%
6.67%
46.67%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.1 Didapatkan 14 Responden (46.67%) tidak ada


perubahan dalam pola olahraga dan Sebanyak 2 Responden (6.67%) akan
berolahraga setiap hari.

1.IV.2

Tabel Distribusi Praktek Perubahan Pola Makan di Puskesmas Ketapang I


Tahun 2015
37

Makanan apa yang sering anda


konsumsi
Tidak ada perubahan
sayur sayuran dan buah
buahan
tempe, tahu, dan kacang kacangan
goreng gorengan dan daging
daging berwarna merah.
Total

Jumlah

Persentase (%)

30%

30%

20%

20%

30

100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.2 Didapatkan 9 Responden (30%) masing-masing


memakan sayur dan buah buahan dan tidak ada perubahan pola makan. Sebanyak 6
Responden (20%) masing-masing mengkonsumsi tempe, tahu, dan kacang-kacangan
dan masing-masing gorengan dan daging berwarna merah.
1.IV.3

Tabel Distribusi Kekhawatiran Pasien Mengenai Penyakit Hipertensi yang


Dialami di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Khawatirkah dengan keadaan
anda saat ini
Sangat khawatir
Khawatir
Sedikit khawatir
Tidak khawatir sama sekali
Total
Berdasarkan Dari

Tabel 1.IV.3

Jumlah

Persentase (%)

3
18
9
0
30

10%
60%
30%
0%
100%

Didapatkan 18 Responden (60%) mengaku

khawatir dengan keadaannya saat ini. Sebanyak 0 Responden (0%) tidak khawatir
sama sekali dengan keadaannya saat ini.

1.IV.4

Tabel Distribusi Praktek Mencari Tahu Lebih Jauh tentang Hipertensi di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Mencari tahu lebih jauh tentang
hipertensi
Dokter puskesmas
Kerabat dan keluarga
38

Jumlah

Persentase (%)

23
5

76.67%
16.67%

internet dan media cetak


Tidak mencari sama sekali
Total

1
1
30

3.33%
3.33%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.4 Didapatkan 23 Responden (76.67%) mencari tahu


ke dokter puskesmas tentang hipertensi dan sebanyak 1 Responden (3.33%) dari
internet,media cetak dan ada juga tidak mencari tahu sama sekali tentang hipertensi.

1.IV.5

Tabel Distribusi Praktek Tindakan Pasien Setelah Mengetahui Menderita


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Tindakan anda setelah
mengetahui anda menderita
Hipertensi
Segera Berobat ke dokter.
Berobat bila muncul keluhan.
Acuhkan saja.
Minum obat warung.
Total

Jumlah

Persentase (%)

17
12
1
0
30

56.67%
40%
3.33%
0%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.5 Didapatkan 17 Responden (56.67%) segera berobat


kedokter setelah mengetahui menderita hipertensi dan sebanyak 0 Responden (0%)
hanya meminum obat warung saja.

1.IV.6

Tabel Distribusi Praktek Tetap Berolahraga Setelah Mengidap Hipertensi di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Apakah anda tetap berolahraga
setelah mengidap hipertensi
Tidak
Tentu saja
Kadang kadang
Jarang
Total

39

Jumlah

Persentase (%)

14
5
4
7
30

46.67%
16.67%
13.33%
23.33%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.6 Didapatkan 14 Responden (46.,67%) tetap tidak


akan berolahraga dan sebanyak 4 Responden (13.33%) memilih jarang berolahraga
setelah tahu mengidap hipertensi.
1. IV.7

Tabel Distribusi Praktek Konsumsi Garam Semenjak Menjadi Penderita


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Konsumsi Garam Anda Semenjak
menjadi penderita Hipertensi
Biasa Saja
Dikurangi
Tidak Perlu dikurangi
Semakin diperbanyak
Total

Berdasarkan Dari

Jumlah

Persentase (%)

7
23
0
0
30

23.33%
76.67%
0%
0%
100%

Tabel 1.IV.7 Didapatkan 23 Responden (76.67%) akan

mengurangi mengkonsumsi garam semenjak menderita hipertensi dan sebanyak 0


Responden (0%) mengaku tidak perlu mengurangi konsumsi garam dan semakin
memperbanyak konsumsi garam.

1.IV.8

Tabel Distribusi Praktek Melakukan Kontrol terhadap Penyakit Hipertensi


di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Melakukan kontrol terhadap
penyakit hipertensi anda
Setiap saat setiap waktu.
Setiap bulan, segera setelah obat
habis
Kapan saja anda mau
Setahun sekali bila ada pengobatan
gratis

Jumlah

Persentase (%)

6.67%

12

40%

15

50%

3.33%

Total
30
100%
Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.8 Didapatkan 15 Responden (50%) kontrol tekanan
darah kapan saja pasien mau dan sebanyak 1 Responden (3.33%) memeriksakan
tekanan darah setahun sekali bila ada pengobatan gratis.
40

1.IV.9

Tabel Distribusi Praktek Tindakan Pasien Setelah Mendapatkan Obat


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
Tindakan anda setalah mendapatkan
obat hipertensi
Minum secara Teratur yang
diberitahukan dokter
Minum Tidak teratur
Minum obat jika ada keluhan
Tidak pernah minum obat darah
tinggi
Total

Jumlah

Persentase (%)

14

46.67%

4
11

13.33%
36.67%

0%

30

100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.9 Didapatkan 14 Responden (46.67%) minum obat


secara teratur yang diberitahukan dokter setelah mendapatkan obat hipertensi dan
sebanyak 0 responden ( 0 % ) mengaku tidak pernah minum obat darah tinggi.

1.IV.10

Tabel Distribusi Praktek Memeriksakan Tekanan Darah di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Berapa kali dalam sebulan anda
memeriksakan tekanan darah anda
1 kali
2 kali
3 kali
> 3 kali
Total

Jumlah

Persentase (%)

19
6
1
4
30

63.33%
20%
3.33%
13.33%
100%

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.10 Didapatkan 19 Responden (63.33%) 1 kali dalam


sebulan untuk control tekanan darah dan sebanyak 1 responden (3.33%) 3 kali dalam
sebulan untuk control tekanan darah.
5.2

Tabel Bivariat

41

I. KARAKTERISTIK
2.I.1

Tabel Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Hipertensi
Jenis Kelamin

Grade I
N
2
6
8

Pria
Wanita
TOTAL

JUMLAH

Grade II

%
6,67 %
20 %
26,67 %

N
7
15
22

%
23,33 %
50 %
73,33 %

N
9
21
30

%
30 %
70 %
100 %

Dari Tabel 2.I.1 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita
mengalami Hipertensi Grade I berjumlah 6 orang ( 20 % ) dan Hipertensi Grade II
berjumlah 15 orang ( 50 % ). Sedangkan responden yang berjenis kelamin pria mengalami
Hipertensi Grade 1 sebanyak 2 orang ( 6,67 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 7 orang
( 23,33 % ).

2.I.2

Tabel Distribusi Tentang Suku Daerah Penderita Hipertensi di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015
Hipertensi
Suku Daerah
N

Grade I
%

N
42

Grade II
%

JUMLAH
N

Dayak
Banjar
Jawa
Lainnya
TOTAL

0
4
3
1

0%
13,33 %
10 %
3,33 %
%

3
8
9
2

%
%
%
%
%

3
12
12
3

%
%
%
%
%

Dari Tabel 2.I.2 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden bersuku Banjar
Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 20 % ) dan Hipertensi Grade II berjumlah 15 orang
( 50 % ). Sedangkan responden yang berjenis kelamin pria mengalami Hipertensi Grade 1
sebanyak 2 orang ( 6,67 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 7 orang ( 23,33 % ).

II. PRAKTEK
2.IV.1

Tabel Distribusi Praktek Pola Olahraga di Puskesmas Ketapang I Tahun


2015

pola olahraga anda

Hipertensi
Grade I

setelah dokter
memberitahu anda

mempunyai hipertensi
Tetap jarang
2

JUMLAH

Grade II

6,67%

23,34%

30,01%

43

berolahraga
Menjadi lebih giat

3,33%

13,33%

16,66%

berolahraga
Berolahraga setiap hari 1
Tidak ada perubahan 4
TOTAL
8

3,33%
13,33%
26,66%

1
10
22

3,33%
33,34%
73,34%

2
14
30

6,66%
46,67%
100%

Dari Tabel 2.IV.1 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang tidak ada
perubahan pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi
Grade II berjumlah 10 orang ( 33,34 % ). Sedangkan minoritas responden yang
berolahraga setiap hari pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan
Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ).
2.IV.2

Tabel Distribusi Praktek Perubahan Pola Makan di Puskesmas Ketapang I


Tahun 2015

Makanan apa yang

Hipertensi

Tidak ada perubahan

N
1

Grade I
%
3,33%

sayur sayuran dan

buah buahan
tempe, tahu, dan

JUMLAH

N
7

Grade II
%
23,34%

N
8

%
26,67%

3,33%

13,33%

16,66%

3,33%

3,33%

6,66%

kacang kacangan
goreng gorengan dan 5

16,67%

10

33,34%

15

50,01%

26,66%

22

73,34%

30

100%

sering anda konsumsi

daging daging
berwarna merah
TOTAL

Dari Tabel 2.IV.2 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengkonsumsi
goreng-gorengan dan daging berwarna merah pada Hipertensi Grade I berjumlah 5 orang (
16,67 % ) dan pada Hipertensi Grade II berjumlah 10 orang ( 33,34 % ). Sedangkan
minoritas responden yang mengkonsumsi tempe, tahu, dan kacang-kacangan pada

44

Hipertensi Grade 1 sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang
( 3,33 % ).

2.IV.3

Tabel Distribusi Kekhawatiran Pasien Mengenai Penyakit Hipertensi yang


Dialami di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

Khawatirkah dengan

Hipertensi

Sangat khawatir

N
1

Grade I
%
3,33%

Khawatir
Sedikit khawatir
Tidak khawatir sama

4
3
0
8

keadaan anda saat ini

JUMLAH

N
2

Grade II
%
6,67%

N
3

%
10%

13,33%
10%
0%

14
6
0

46,67%
20%
0%

18
9
0

60%
30%
0%

26,66%

22

73,34%

30

100%

sekali
TOTAL

Dari Tabel 2.IV.3 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang khawatir
keadaan saat ini pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada
Hipertensi Grade II berjumlah 14 orang ( 46,67 % ). Sedangkan minoritas responden yang
tidak khawatir sama sekali pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan
Hipertensi Grade II sebanyak 0 orang ( 0 % ).
2.IV.4

Tabel Distribusi Praktek Mencari Tahu Lebih Jauh tentang Hipertensi di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

mencari tahu lebih jauh

Hipertensi

Dokter puskesmas

N
7

Grade I
%
23,34%

Kerabat dan keluarga


internet dan media

1
0

cetak
Tidak mencari sama

tentang hipertensi

JUMLAH

N
18

Grade II
%
60%

N
25

%
83,34%

3,33%
0%

2
1

6,67%
3,33%

3
1

10%
3,33%

0%

3,33%

3,33%

26,67%

22

73,33%

30

100%

sekali
TOTAL

45

Dari Tabel 2.IV.4 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mencari tahu
kepada dokter puskesmas tentang hipertensi pada Hipertensi Grade I berjumlah 7 orang (
23,34 % ) dan pada Hipertensi Grade II berjumlah 18 orang ( 60 % ). Sedangkan minoritas
responden yang mencari tahu dari internet dan media cetak pada Hipertensi Grade II
sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan yang tidak mencari sama sekali pada Hipertensi Grade II
sebanyak 1 orang ( 3,33 % ).
2.IV.5

Tabel Distribusi Praktek Tindakan Pasien Setelah Mengetahui Menderita


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

Tindakan anda setelah

Hipertensi
Grade I

mengetahui anda
N
menderita Hipertensi
Segera Berobat ke
4
dokter.

JUMLAH

Grade II

13,33%

12

40%

16

53,33%

Berobat bila muncul

10%

10

33,34%

13

43,34%

keluhan.
Acuhkan saja.
Minum obat warung.
TOTAL

1
0
8

3,33%
0%
26,66%

0
0
22

0%
0%
73,34%

1
0
30

3,33%
0%
100%

Dari Tabel 2.IV.5 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang segera berobat
ke dokter pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi
Grade II berjumlah 12 orang ( 40 % ). Sedangkan minoritas responden yang minum obat
warung untuk penyakit hipertensinya pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % )
dan Hipertensi Grade II sebanyak 0 orang ( 0 % ).
2.IV.6

Tabel Distribusi Praktek Tetap Berolahraga Setelah Mengidap Hipertensi di


Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

Apakah anda tetap


berolahraga setelah
N
mengidap hipertensi
Tidak
4

Hipertensi
Grade I

JUMLAH

Grade II

13,33%

12

40%

16

53,33%

46

Tentu saja
Kadang kadang
Jarang
TOTAL

3
1
0
8

10%
3,33%
0%
26,66%

10
0
0
22

33,34%
0%
0%
73,34%

13
1
0
30

43,34%
3,33%
0%
100%

Dari Tabel 2.IV.6 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang

tidak

berolahraga pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi
Grade II berjumlah 12 orang ( 40 % ). Sedangkan minoritas responden yang jarang
olahraga pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan Hipertensi Grade II
sebanyak 0 orang ( 0 % ).

2.IV.7

Tabel Distribusi Praktek Konsumsi Garam Semenjak Menjadi Penderita


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

konsumsi garam anda

Hipertensi
Grade I

semenjak menjadi

JUMLAH

Grade II

N
penderita Hipertensi
Biasa Saja
1

3,34%

23,33%

26,67%

Dikurangi

23,33%

15

50%

22

73,33%

Tidak Perlu dikurangi 0


Semakin diperbanyak 0
TOTAL
8

0%
0%
26,67%

0
0
22

0%
0%
73,33%

0
0
30

0%
0%
100%

Dari Tabel 2.IV.7 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mengurangi
konsumsi garam pada Hipertensi Grade I berjumlah 7 orang ( 23,33 % ) dan pada
Hipertensi Grade II berjumlah 15 orang ( 50 % ). Sedangkan minoritas responden yang
tidak perlu mengurangi konsumsi garam dan semakin memperbanyak konsumsi garamnya
pada Hipertensi Grade 1 dan Hipertensi Grade II masing-masing 0 orang ( 0 % ).
2.IV.8

Tabel Distribusi Praktek Melakukan Kontrol terhadap Penyakit Hipertensi


di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015
47

melakukan kontrol

Hipertensi
Grade I

terhadap penyakit

JUMLAH

Grade II

0%

6,67%

6.67%

Setiap bulan, segera


setelah obat habis

10%

30%

12

40%

Kapan saja anda mau

16,67%

10

33,33%

15

50%

Setahun sekali bila ada 0


pengobatan gratis

0%

3,33%

3,33%

TOTAL

26,67%

22

73,33%

30

100%

hipertensi anda
Setiap saat setiap
waktu.

Dari Tabel 2.IV.8 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang melakukan
kontrol kapan saja dia mau pada Hipertensi Grade I berjumlah 5 orang ( 16,67 % ) dan
pada Hipertensi Grade II berjumlah 10 orang ( 33,33 % ). Sedangkan minoritas responden
yang melakukan kontrol setahun sekali bila ada pengobatan gratis pada Hipertensi Grade 1
sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ).
2.IV.9

Tabel Distribusi Praktek Tindakan Pasien Setelah Mendapatkan Obat


Hipertensi di Puskesmas Ketapang I Tahun 2015

melakukan kontrol

Hipertensi
Grade I

terhadap penyakit

JUMLAH

Grade II

N
hipertensi anda
Minum secara Teratur 2
yang diberitahukan
dokter

6,67%

11

36,67%

13

43,34%

Minum Tidak teratur


Minum obat jika ada

2
4

6,67%
13,33%

4
7

13,33%
23,33%

6
11

20%
36,66%

keluhan
Tidak pernah minum

0%

0%

0%

obat darah tinggi


48

TOTAL

26,67%

22

73,33%

30

100%

Dari Tabel 2.IV.9 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang minum secara
teratur dari dokter pada Hipertensi Grade I berjumlah 2 orang ( 6,67 % ) dan pada
Hipertensi Grade II berjumlah 11 orang ( 36,67 % ). Sedangkan minoritas responden yang
tidak pernah minum obat darah tinggi pada Hipertensi Grade 1 dan Hipertensi Grade II
masing-masing sebanyak 0 orang ( 0 % ).
2.IV.10

Tabel Distribusi Praktek Memeriksakan Tekanan Darah di Puskesmas


Ketapang I Tahun 2015

Berapa kali dalam

Hipertensi
Grade I

sebulan anda

JUMLAH

Grade II

memeriksakan tekanan N
darah anda
1 kali
4

13,33%

15

50%

19

63,33%

2 kali
3 kali
> 3 kali
TOTAL

13,33%
0%
0%
26,66%

2
1
4
22

6,67%
3,34%
13,33%
73,34%

6
1
4
30

20%
3,34%
13,33%
100%

4
0
0
8

Dari Tabel 2.IV.10 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang memeriksa
tekanan darah sebanyak 1 kali pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan
pada Hipertensi Grade II berjumlah 15 orang ( 50 % ). Sedangkan minoritas responden
yang memeriksa tekanan darah sebanyak 3 kali pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang
( 0 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ).

49

Pembahasan Bivariat PRAKTEK


Dari Tabel 2.IV.1 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang tidak ada perubahan
pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi Grade II
berjumlah 10 orang ( 33,34 % ). Sedangkan minoritas responden yang berolahraga setiap hari
pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1
orang ( 3,33 % ). Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Dari Tabel 2.IV.2 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengkonsumsi gorenggorengan dan daging berwarna merah pada Hipertensi Grade I berjumlah 5 orang ( 16,67 % )
dan pada Hipertensi Grade II berjumlah 10 orang ( 33,34 % ). Sedangkan minoritas
responden yang mengkonsumsi tempe, tahu, dan kacang-kacangan pada Hipertensi Grade 1
sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ). Diet yang
baik adalah diet rendah garam,rendah lemak dan perbanyak buah buahan.

Dari Tabel 2.IV.3 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang khawatir keadaan
saat ini pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi Grade II
berjumlah 14 orang ( 46,67 % ). Sedangkan minoritas responden yang tidak khawatir sama
sekali pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 0
orang ( 0 % ). Hal tersebut dikarenakan dari pemikiran masyarakat yang jika hipertensi
diobati maka harus mengkonsumsi obat secara rutin yang akan menyebabkan obat tersebut
meracuni tubuh, tapi jika tidak diobati akan timbul komplikasi lanjutan.

50

Dari Tabel 2.IV.4 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mencari tahu
kepada dokter puskesmas tentang hipertensi pada Hipertensi Grade I berjumlah 7 orang (
23,34 % ) dan pada Hipertensi Grade II berjumlah 18 orang ( 60 % ). Sedangkan minoritas
responden yang mencari tahu dari internet dan media cetak pada Hipertensi Grade II
sebanyak 1 orang ( 3,33 % ) dan yang tidak mencari sama sekali pada Hipertensi Grade II
sebanyak 1 orang ( 3,33 % ). Dokter masih menjadi pusat informasi dari pasien untuk
memperoleh informasi.
Dari Tabel 2.IV.5 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang segera berobat ke
dokter pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi Grade II
berjumlah 12 orang ( 40 % ). Sedangkan minoritas responden yang minum obat warung
untuk penyakit hipertensinya pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan
Hipertensi Grade II sebanyak 0 orang ( 0 % ). Berobat ke dokter masih tinggi Karena
masyarakat takut untuk mengobati diri sendiri.

Dari Tabel 2.IV.6 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang tidak berolahraga
pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan pada Hipertensi Grade II
berjumlah 12 orang ( 40 % ). Sedangkan minoritas responden yang jarang olahraga pada
Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 0 orang ( 0%).
Hal ini banyak dipengaruhi oleh factor usia dari responden dimana responden berpikir
memiliki keterbatasan dalam beraktifitas secara fisik.

Dari Tabel 2.IV.7 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mengurangi
konsumsi garam pada Hipertensi Grade I berjumlah 7 orang ( 23,33 % ) dan pada Hipertensi
Grade II berjumlah 15 orang ( 50 % ). Sedangkan minoritas responden yang tidak perlu
mengurangi konsumsi garam dan semakin memperbanyak konsumsi garamnya pada
Hipertensi Grade 1 dan Hipertensi Grade II masing-masing 0 orang ( 0 % ). Secara umum
masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam
merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah
51

Dari Tabel 2.IV.8 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang melakukan kontrol
kapan saja dia mau pada Hipertensi Grade I berjumlah 5 orang ( 16,67 % ) dan pada
Hipertensi Grade II berjumlah 10 orang ( 33,33 % ). Sedangkan minoritas responden yang
melakukan kontrol setahun sekali bila ada pengobatan gratis pada Hipertensi Grade 1
sebanyak 0 orang ( 0 % ) dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ). Sebaiknya
control dilakukan secara rutin dan berkala, bisa sesuai dengan jumlah obat hingga tidak ada
terputus atau rutin dalam setiap bulannya.

Dari Tabel 2.IV.9 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang minum secara
teratur dari dokter pada Hipertensi Grade I berjumlah 2 orang ( 6,67 % ) dan pada Hipertensi
Grade II berjumlah 11 orang ( 36,67 % ). Sedangkan minoritas responden yang tidak pernah
minum obat darah tinggi pada Hipertensi Grade 1 dan Hipertensi Grade II masing-masing
sebanyak 0 orang ( 0 % ). Obat hipertensi yang diminum tidak teratur sama bahayanya
dengan hipertensi yang tidak diobati. Risiko terburuknya adalah komplikasi di 4 organ utama
yakni stroke di otak, gagal ginjal, serangan jantung dan kerusakan pembuluh darah di mata
atau retinopati.

Dari Tabel 2.IV.10 Di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang memeriksa
tekanan darah sebanyak 1 kali pada Hipertensi Grade I berjumlah 4 orang ( 13,33 % ) dan
pada Hipertensi Grade II berjumlah 15 orang ( 50 % ). Sedangkan minoritas responden yang
memeriksa tekanan darah sebanyak 3 kali pada Hipertensi Grade 1 sebanyak 0 orang ( 0 % )
dan Hipertensi Grade II sebanyak 1 orang ( 3,33 % ). Sebaiknya control dilakukan secara
rutin dan berkala, bisa sesuai dengan jumlah obat hingga tidak ada terputus atau rutin dalam
setiap bulannya

52

PEMBAHASAN UNIVARIAT SIKAP


Berdasarkan dari Tabel 1.III.1 Didapatkan 14 responden ( 46,67 % ) kadang-kadang
memiliki masalah dalam kehidupan dan mengaku tidak memiliki masalah dan sebanyak 1
responden (3.33%) mengaku sering mengalami masalah dan pernah, namun sudah tidak. Dari
hasil pengolahan berdasarkan lama stres terhadap hipertensi, didapatkan bahwa sebagian
besar responden mengalami stres kurang dari 1 minggu (26,49 %)
( HerkeJ.O.Sigarlaki.2006 )

Berdasarkan dari Tabel 1.III.2 Didapatkan 23 responden ( 76,67 % ) tidak ada


permasalahan dalam keluarga, lingkungan kerja, dan sekitar. Sebanyak 1 responden (3,33 %)
memiliki masalah di lingkungan sekitar. Ada masalah di lingkungan sekitar dan Dari hasil
pengolahan penyebab stres terhadap hipertensi, didapatkan bahwa sebagian besar responden
mengaku penyebab stres terbanyak yang dialami adalah karena ekonomi (47,05 %) (Tabel 8).
Hal ini disebabkan karena penghasilan mereka yang rendah sehingga dapat menyebabkan
stres.( HerkeJ.O.Sigarlaki.2006 ).

Berdasarkan dari Tabel 1.III.3 Didapatkan 18 responden ( 60 % ) tidak pernah berolahraga


dan sebanyak 3 responden ( 10 % ) pernah tapi tidak lagi. Dan Panduan tatalaksana hipertensi
menganjurkan untuk melakukan perubahan gaya hidup sebagai salah satu upaya pencegahan
dan terapi hipertensi serta pengendalian factor risiko hipertensi. Hidup aktif menjadi salah
satu aspek dalam perubahan pola hidup. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa hidup
akitf, yaitu meningkatkan latihan fisik sedang selama minimal 30 menit setiap hari dapat
menurunkan risiko terjadinya hipertensi (30-50%).Pada penderita hipertensi sedang sampai
berat dianjurkan melakukan latihan fisik aerobik non impact atau low impact.Jangan
melakukan latihan fisik aerobic high impact

53

Berdasarkan dari Tabel 1.III.4 Didapatkan 25 responden ( 83,33 % ) melakukan olahraga


selain jogging, futsal, dan renang termasuk tidak berolahraga. Sebanyak 5 responden ( 16,67
% ) melakukan olahraga jogging / lari. . Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
terencana, terstruktur dan terprogram dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan fisik yang dianjurkan adalah
latihan fisik aerobik dan latihan kekuatan otot.
Tujuan latihan fisik adalah memelihara dan meningkatkan kebugaran kerdiorespirasi,
memperbaiki kerja jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tahanan perifer
pembuluh darah. Dengan demikian akan akan terjadi penurunan tekanan darah.
Perhatian saat melakukan latihan fisik:
a. Cukup istirahat 6-7 jam
b. Menggunakan pakaian olahraga yang agak longgar dan menyerap keringat
c. Menggunakan sepatu olahraga yang sesuai dengan latihan yang dipilih
d. Membawa obat-obatan yang biasa diminum
Kontraindikasi latihan fisik:
a. Tekanan darah tinggi sistol > 160 mmHg, diastole > 100 mmHg
b. Kardiomiopati
c. Kelainan katup jantung
d. DM dengan kadar gula darah ewaktu >250 mg/dl
e. Rasa lelah yang berlebihan
f. Nyeri perut dan nyeri punggung
g. Gangguan pada tungkai seperti inflamasi pada penyakit Gout, Artritis dan
Rematoid arthritis
54

h. Berdebar-debar (nadi istirahat >100x/menit)


i. Sesak napas
j. Demam

Berdasarkan dari Tabel 1.III.5 Didapatkan 12 responden ( 40 % ) pengaturan jumlah garam


dalam masakan masing-masing kadang dikurangin dan sudah tetap dikurangin. Sebanyak 0
responden ( 0 % ) tidak sama sekali menggunakan garam. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai batas maksimal konsumsi garam perhari
( HerkeJ.O.Sigarlaki.2006 )

Berdasarkan dari Tabel 1.III.6 Didapatkan 22 responden ( 73,33 % ) menggunakan garam


setengah sendok teh. Sebanyak 0 responden ( 0 % ) menggunakan garam 1 sendok makan.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai batas maksimal konsumsi garam
perhari

Berdasarkan dari Tabel 1.III.7 Didapatkan 16 responden ( 53,33 % ) kadang-kadang


mengkonsumsi buah-buahan. Sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) masing-masing pernah,
namun sudah tidak dan tidak sama sekali mengkonsumsi buah-buahan. Sementara Pola
asupan makanan sehari-hari bagi pasien hipertensi dianjurkan sesuai dengan Pedoman Umum
Gizi Seimbang yaitu mengkonsumsi beragam jenis bahan makanan, meliputi sumber
karbohidrat 3-8 porsi per hari, sayuran 2-3 porsi per hari, buah-buahan 3-5 porsi per hari, dan
protein nabati dan hewani, masing-masing 2-3 porsi per hari serta sedikit garam dan gula.

Berdasarkan dari Tabel 1.III.8 Didapatkan 19 responden ( 63,33 % ) kadang-kadang


mengkonsumsi gorengan dan sebanyak 0 responden ( 0 % ) pernah, namun sudah tidak.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah pola asupan makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang, pembatasan asupan natrium, serta cukup asupan kalium, kalsium, dan magnesium.

55

Berdasarkan dari Tabel 1.III.9 Didapatkan 27 responden ( 90 % ) tidak merokok dan


sebanyak 1 responden ( 3,33 % ) masing-masing sering, kadang-kadang, dan pernah namun
sudah tidak. Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak
dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah
segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.
Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan
sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada
ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin
perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada
perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (sugiharto,2007).

56

PEMBAHASAN UNIVARIAT PRAKTEK


Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.1 Didapatkan 14 Responden (46.67%) tidak ada perubahan
dalam pola olahraga dan Sebanyak 2 Responden (6.67%) akan berolahraga setiap hari.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga
juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.2 Didapatkan 9 Responden (30%) masing-masing memakan
sayur dan buah buahan dan tidak ada perubahan pola makan. Sebanyak 6 Responden (20%)
masing-masing mengkonsumsi tempe, tahu, dan kacang-kacangan dan masing-masing
gorengan dan daging berwarna merah. Perubahan pola makan sebaiknya :
A. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat
badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat
pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah
diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan
sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis. Menurut Sheps, jika dokter atau
ahli gizi menyarankan agar kita mengurangi natrium demi menurunkan tekanan darah,
maka ikutilah saran itu. Bahkan sebelum disarankan pun sebaiknya kurangi natrium,

57

cobalah membatasi jumlah natrium yang kita konsumsi setiap hari. Beberapa cara
yang dapat dilakukan :

Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.

Pilihlah produk dengan natrium rendah.

Jangan menambah garam pada makanan saat memasak.

Jangan menambah garam saat di meja makan.

Batasi penggunaan saus-sausan

Bilaslah makanan dalam kaleng.

B. Diet rendah lemak jenuh


Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak
dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
C. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi.


Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan
magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayursayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur
(banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak mengandung magnesium).
Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak kalsium.

Berdasarkan Dari

Tabel 1.IV.3

Didapatkan 18 Responden (60%) mengaku khawatir

dengan keadaannya saat ini. Sebanyak 0 Responden (0%) tidak khawatir sama sekali dengan
keadaannya saat ini. Hal tersebut dikarenakan dari pemikiran masyarakat yang jika hipertensi
diobati maka harus mengkonsumsi obat secara rutin yang akan menyebabkan obat tersebut
meracuni tubuh, tapi jika tidak diobati akan timbul komlikasi lanjutan.

58

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.4 Didapatkan 23 Responden (76.67%) mencari tahu ke


dokter puskesmas tentang hipertensi dan sebanyak 1 Responden (3.33%) dari internet,media
cetak dan ada juga tidak mencari tahu sama sekali tentang hipertensi. Dokter masih menjadi
pusat informasi dari pasien untuk memperoleh informasi.

Berdasarkan Dari

Tabel 1.IV.5 Didapatkan 17 Responden (56.67%) segera berobat

kedokter setelah mengetahui menderita hipertensi dan sebanyak 0 Responden (0%) hanya
meminum obat warung saja. Berobat kedokter tinggi Karena masyarakat takut untuk
mengobati diri sendiri

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.6 Didapatkan 14 Responden (46.,67%) tetap tidak akan
berolahraga dan sebanyak 4 Responden (13.33%) memilih jarang berolahraga setelah tahu
mengidap hipertensi. Hal ini banyak dipengaruhi oleh factor usia dari responden dimana
responden berpikir memiliki keterbatasan dalam beraktifitas secara fisik.

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.7 Didapatkan 23 Responden (76.67%) akan mengurangi


mengkonsumsi garam semenjak menderita hipertensi dan sebanyak 0 Responden (0%)
mengaku tidak perlu mengurangi konsumsi garam dan semakin memperbanyak konsumsi
garam. Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan
hipertensi. Garam merupakan halyang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan
tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal.
Padahipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh. 42 Reaksi orang terhadap natrium berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik
yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium
tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada
kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu
terjadinya hipertensi. 34 Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
59

hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi
yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.7,42 Garam menyebabkan
penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar
7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.36,38,42 Menurut
Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi
pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairan yang meningkatkan volume darah.

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.8 Didapatkan 15 Responden (50%) kontrol tekanan darah
kapan saja pasien mau dan sebanyak 1 Responden (3.33%) memeriksakan tekanan darah
setahun sekali bila ada pengobatan gratis. Sebaiknya control dilakukan secara rutin dan
berkala, bisa sesuai dengan jumlah obat hingga tidak ada terputus atau rutin dalam setiap
bulannya.

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.9 Didapatkan 14 Responden (46.67%) minum obat secara
teratur yang diberitahukan dokter setelah mendapatkan obat hipertensi dan sebanyak 0
responden ( 0 % ) mengaku tidak pernah minum obat darah tinggi. Obat hipertensi yang
diminum tidak teratur sama bahayanya dengan hipertensi yang tidak diobati. Risiko
terburuknya adalah komplikasi di 4 organ utama yakni stroke di otak, gagal ginjal, serangan
jantung dan kerusakan pembuluh darah di mata atau retinopati.

Berdasarkan Dari Tabel 1.IV.10 Didapatkan 19 Responden (63.33%) 1 kali dalam sebulan
untuk control tekanan darah dan sebanyak 1 responden (3.33%) 3 kali dalam sebulan untuk

60

control tekanan darah. Sebaiknya control dilakukan secara rutin dan berkala, bisa sesuai
dengan jumlah obat hingga tidak ada terputus atau rutin dalam setiap bulannya.

61

Anda mungkin juga menyukai