Status Neuro - Case Report2 - Risti
Status Neuro - Case Report2 - Risti
l. ANAMNESIS
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Depkes Sunter,
: Tn. Roesdiyanto
: 68 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Karyawan (pensiunan)
: Jl. Yanresmas blok B V/17 rt 06/04 Komp
Status perkawinan
No.RM
KELUHAN UTAMA
: bicara pelo dan tidak jelas.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
: terjadi sejak 1 hari SMRS, pada malam
hari. Terjadi secara
tiba-tiba setelah os bangun tidur,
saat os akan meminta
minum. Os masih bisa untuk diajak
berkomunikasi
(mengerti dengan apa yang orang
lain katakan), namun
tidak bisa bicara dengan lancar. Os
juga sulit menelan (saat
menelan seperti tersendak).
Kesadaran menurun (-), lemas
separuh badan (-), nyeri kepala
(-).Riwayat trauma kepala (-).
KELUHAN TAMBAHAN :
mual (-)
muntah (-)
kejang (-)
nyeri patella kanan (+) , udem (+)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
:
- stroke ischemic (+)
- HT (+) sejak tahun 1995,terkontrol (captopril + nifedipin)
- DM (-)
: HT (-), DM (-)
RIWAYAT PENGOBATAN
KEBIASAAN
: - merokok (-)
- alkohol(-)
KET. TAMBAHAN
JANTUNG
Inspeksi
ictus cordis tidak tampak
Palpasi
ictus cordis tidak teraba
Perkusi
Batas atas
: ics 2
Batas kanan bawah : ics 5
Batas kiri bawah
: ics 6 melebar melebihi midklavicula
Auskultasi S1 dan S2 : tunggal, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi
distensi (-), asites (-), massa (-), scar/lesi (-)
Palpasi
nyeri tekan (-), pembesaran hepar & lien (-)
Perkusi
timpani di 4 kuadran
Auskultasi bising peristaltic (+) dbn
EKSTREMITAS
a. Atas
Inspeksi
udem (-)/(-), scar/lesi (-)/(-), massa (-)/(-)
Palpasi
nyeri tekan (-)/(-), massa (-)/(-),
b. Bawah
Inspeksi
udem (+) pada lutut kanan/(-), scar/lesi (-)/(-), massa (-)/
(-)
Palpasi
nyeri tekan (+) pada patella kanan/(-), teraba
hangat pada patella
kanan, massa (-)/(-)
: GCS = 15
EYE OPEN
:4
- membuka spontan
(4)
- terhadap suara
- terhadap nyeri
(2)
- tetap menutup terhadap segala jenis rangsangan
MOTORIK RESPONSE: 6
- Menurut perintah
- Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (5)
- Menolak rangsang nyeri
- Menjauhi rangsangan nyeri
- Ekstensi spontan
- Tidak ada gerakan
(3)
(1)
(6)
(4)
(3)
(2)
(1)
VERBAL RESPONS : 5
- Berorientasi baik
(5)
- Bingung
(4)
- Bisa membentuk kata tapi tidak mampu mengucapkan
suatu kalimat
Bisa mengeluarkan suara yang tidak punya arti
(2)
Suara : tidak ada
(1)
VITAL SIGN :
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi
: 96 x/menit
- Pernafasan
: 18 x/menit
- suhu
: 36 x/menit
ORIENTASI :
- waktu
: baik
- tempat
: baik
- orang
: baik
B.Meningeal Sign
-
Tes
Tes
Tes
Tes
Tes
kaku kuduk
: (-)
brudzinsky 1 : (-)
laseque
: (-)
brudzinsky II : (-)
kernig
: (-)
(3)
-bawah dbn/dbn
N.IV ( N.TROCHLEARIS ) : dbn
Strabismus konvergen
Gerak bola mata
N.V (N. TRIGEMINUS ) : dbn
Mengigit
Membuka mulut
Sensibilitas wajah
Refleks kornea
Refleks bersin
Refleks masseter
Refleks zygomaticus
Gerakan mengunyah
N. VI ( N. ABDUSEN ) : dbn
Strabismus konvergen
Diplopia
Gerak bola mata lateral
N.VII (N. FACIALIS ) : dbn
Refleks Glabella
Mengerutkan dahi
Mengedip
Menutup mata
Bersiul
Meringis
Menggembungkan pipi
N. VIII (N. VESTIBULOKOKLEARIS) : dbn
Tes berbisik
N.IX (N. GLOSOFARINGEUS) : dbn
Refleks muntah
Refleks tersedak
N.X (N. VAGUS ) : dbn
Bersuara
Menelan
N.XI ( N.AKSESORIUS ) : dbn
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Kekuatan bahu
Atrofi otot bahu
N.XII (N. HIPOGLOSUS) : dbn
Artikulasi
Deviasi lidah
Lidah tremor
Kekuatan lidah
Fasikulasi lidah
D. Pemeriksaan Motorik
A. BENTUK OTOT : dbn, atrofi (-), fasikulasi (-)
B. TONUS OTOT : dbn
C. KEKUATAN OTOT :
55 55
5 555
5455
5555
Refleks
Refleks
Refleks
Refleks
Refleks
gordon
bing
schaeffer
gonda
oppenheim
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
E.Pemeriksaan Sensorik
Lokasi : lengan atas (ka-ki), lengan bawah (ka-ki), tangan (ka-ki), tungkai
atas (ka-ki), tungkai bawah (ka-ki), kaki (ka-ki).
A. SENSASI TAKTIL : dbn
B. NYERI SUPERFISIAL : dbn
C. SENSASI SUHU : dbn
D. SENSASI GERAKAN DAN POSISI : dbn
E. SENSASI TEKAN : dbn
F. SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN : dbn
F.Pemeriksaan Otonom
Miksi
Defekasi
Keringat
: dbn
: dbn
: dbn
Disfagi
Disatria
Bicara pelo
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
STROKE ISCHEMIC
Etiologi :
- Trombus
- Emboli
- Tromboemboli
Trombosis lebih sering pada umur 50-an hingga 70-an. GPDO pada
anak muda banyak dijumpai akibat infark karena emboli, yaitu mulai
dari usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade ke-4 hingga
ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang dijumpai pada usia yang lebih
tua.
Pembagian Lain :
a. Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan
sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih
lumpuh., eye deviation, hemipareses yang disertai kejang.
b. Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan
tungkai sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris
nyeri dan raba pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di
talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna.
c. Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans,
tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengarann, gangguan
sensoris, disartri, gangguan menelan, deviasi lidah.
d. Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan
sensoris dan keringat sesuai tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi.
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru
cukup baik. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar
oksigen darah berkurang.
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Udem :
manitol, kejang : diphenylhidantoin atau carbamazepin.
3. Blood
Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk
mengalirkan darah ke otak. Pengobatan hipertensi pada fase akut
dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah
iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk
metabolisme otak. Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan
menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang ini akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus
dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya
obstipasi karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup.
Bila pelu diberikan nasogastric tube.
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai
terjadi retentio urinae. Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi ialah :
Memperbaiki fungsi motoris, bicara, dan fungsi lain yang terganggu
Adaptasi mental; sosial dari penderita stroke, sehingga hubungan
interpersonal
menjadi normal.
PROGNOSIS
ANALISA KASUS
Seorang pria berumur 68 tahun datang ke poklinik syaraf dengan
diantarkan oleh istrinya. GCS 15. Menurut penjelasan istrinya os tibatiba bicaranya pelo, tidak jelas. Hal itu terjadi 1 hari sebelumnya, yaitu
pada malam hari saat os bangun tidur dan meminta minum kepada
istrinya. Os ada riwayat stroke ischemic kemungkinan os menderita
stroke ringan yang berulang.
Os bicara pelo, disfagi dan disartria terjadi kerusakan pada
Nervus Cranialis IX, X dan XII yang terdapat pada batang otak.
Kerusakan hanya pada motoriknya saja, karena os masih dapat diajak
berkomunikasi (mengerti dengan apa yang orang lain katakan)
menunjukkan bahwa sensoriknya tidak terganggu.
Penatalaksanaan :
- ABC
- sesak diatasi dengan pemberian O2 (saat ini os sudah tidak sesak
lagi).
- sulit menelan diatasi dengan menggunakan NGT agar kebutuhan
asupan makanan dan
minuman terpenuhi (saat ini sudah bisa makan secara oral).
- kontrol TD terlalu tinggi beri captopril
- antiplatelet
- neurodex.
- rehabilitasi : memperbaiki fungi motoris (bicara) speech therapy.
- allopurinol
- asam mefenamat
RESUME
REFERENSI
1. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah
Otak. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2003:79-102
2. Harsono, Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000.
3. Rumah Sakit Umum Dokter Sutomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi
bagian Ilmu Penyakit Saraf, Surabaya : 2006.