Anda di halaman 1dari 29

Pertusis

Nama : Muhammad Rosandhy


Pembimbing : dr. Ch. Kolondam
Sp.A

Kasus
Nama : An.
Tanggal Lahir/Umur :
Jenis kelamin :
Kebangsaan
:
Suku bangsa :
Nama Ayah :

Nama ibu

Alamat :
Tanggal pemeriksaan
Ruangan :

FOTO

Anamnesis
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6


Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah

Nadi

Frekuensi Napas :

Temperatur

Uji toutniquet
Status Gizi:

:
: negatif

Kepala/leher
Rambut

: hitam, agak kering

Ubun-ubun cekung : Mata

: konjungtiva anemis (-/-), skera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),

mata cekung (-/-), edem palpebra (-/-), wajah edem (-)


Hidung

: sumbat (+), sekret (-), napas cuping hidung (-)

Telinga

: bersih, sekret (-)

Mulut : bibir kering lidah bersih, faring hiperemis (-), pembesaran tonsil

(-), perdarahan pada gusi (-)


Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (+)

Thorax

Abdomen

Pulmo

Inspeksi

gerakan simetris D=S,


retraksi ICS (-), bintik merah (-)
Palpasi =
pelebaran ICS (- ),
fremitus raba D=S
Perkusi = sonor
Auskultasi = bronkovaskuler (+/+),
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/- )

= cembung
Palpasi = nyeri tekan (-)
Perkusi = Timpani, shifting dullness
(-), fluid wafe (-)
Auskultasi = Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Inspeksi : Petekie (-/-)
Palpasi : Akral hangat

Cor

Hasil

Palpasi = Ictus cordis teraba pada

Darah lengkap
Leukosit 17.900

Inspeksi=

ICS 5 LINEA
Inspeksi= Ictus cordis tidak terlihat
Perkusi = normal pada batas jantung
Auskultasi = S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)

Hemoglobin 8,4
Hematokrit 27,4%
Trombosit 419.000

Penatalaksanaan
DIAGNOSIS KERJA
Pertusis
PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
dubia ad bonam

PERTUSIS

Definisi
Pertusis adalah infeksi pada saluran
nafas atas yang sangat menular dan
menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri
dengan suara nafas (melengking/whoop).
Batuk akan berhenti setelah ada suara
melengking pada waktu menarik nafas,
kemudian akan tampak letih dengan wajah
yang lesu. Batuk semacam ini terutama
terjadi pada malam hari

Epidemiologi
Penyebaran pertusis di seluruh dunia dapat
menyerang
semua
golongan
umur,
yang
terbanyak adalah anak umur dibawah 1 tahun.
Makin
muda
usianya,
makin
berbahaya
penyakitnya.
Mulai tahun 1980 ditemukan peningkatan kejadian
pertusis pada bayi, usia 11-18 tahun, dan dewasa,
dengan cakupan imunisasi pertusis rutin yang
luas. Di Amerika Serikat kurang lebih 355 kasus
terjadi pada usia <6 bulan, termasuk bayi yang
berumur 3 bulan. Kurang lebih 45% penyakit
terjadi pada usia < 1 tahun dan 66% < 5 tahun.

Etiologi
Penyebab pertusis adalah bordetella
pertusis dan perlu dibedakan dengan
bordetella parapertusis dan adenovirus
type 1,2,3 dan 5

Gambar 1. Bordetella pertusis

Patogenesis

Gambar 2. Perlekatan B. pertusis pada silia traktus respitatorius

Gambar 3. Patogenesis pertusis

Gambaran Klinik
Masa inkubasi pertusis adalah 6 sampai
20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan
perjalanan penyakit ini berlangsung antara
6 sampai 8 minggu atau lebih
Perjalanan klinis penyakit ini dapat
berlangsung dalam tiga stadium, yaitu :
Stadium kataralis (1-2 minggu)
Stadium paroksismal/stadium spasmodik
Stadium konvalesens ( 1-2 minggu)

Stadium Kataralis (1-2 minggu)


Gejala awal menyerupai gejala infeksi

saluran napas atas : rinorea, infeksi


konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan, demam
Sukar dibedakan dengan common cold
Anak sangat infeksius

Stadium Paroksismal/stadium Spasmodik (2 4

minggu)
Frekuensi dan derajat batuk bertambah
5 10 kali batuk kuat = inspirasi masif yang

mendadak = whoop (bayi kecil dan anak besar


sering tidak ditemukan)
Muka merah, sianosis, mata menonjol, lidah terjulur,
salivasi, lakrimasi, distensi vena leher, petekie pada
konjungtiva
Muntah
Apatis, BB menurun
Batuk
mudah
dibangkitkan
stres
emotional
(menangis, tertawa) dan aktivitas fisik.

Stadium Konvalesens ( 1-2 minggu)


Ditandai behentinya whoop dan muntah,

puncak serangan paroksimal berangsung


turun
Batuk menetap 2-3 minggu
Pada beberapa kasus timbul serangan batuk
paroksimal berulang = infeksi saluran napas
atas yang berulang

Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
atas
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium
Anamnesis

anamnesis,

Ditanyakan adanya riwayat kontak dengan pasien pertusis,


adakah serangan khas yaitu paroksismal dan bunyi whoop yang
jelas. Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisis
Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisis tergantung
dari stadium saat pasien diperiksa.
Pemeriksaan Penunjang :
Lab : Leukositosis 20.000 - 50.000/mm dengan limfositosis absolut (selama

stadium paroksismal)
Isolasi B. pertusis dari sekret nasofaring
Serologi : ELISA untuk menentukan IgM, IgG, dan IgA terhadap FHA dan PT,
IgG paling sensitif dan spesifik
Foto toraks : infiltrat perihiler, atelektasis, emfisema

Diagnosis Banding
Batuk spasmodik pada bayi : bronkiolitis,

pneumonia bakterial, sistik fibrosis, tb.


Infeksi B.parapertussis, B. bronkiseptika,
adenovirus.

Penatalaksanaan
Antibiotik tidak memperpendek stadium

paroksimal.
Eritromisin mengeliminasi pertusis apabila
diberikan pada stadium kataralis =
memperpendek periode penularan. Dosis 50
mg/kgBB/hari
KI: usia < 1 bulan, gunakan azitromisin
Hipersensitivitas terhadap makrolida = TMP-SMX
Suportif : menghindari faktor yang memicu batuk,
mengatur hidrasi, nutrisi
IgG pertusis tidak berguna dan tidak
direkomendasikan

Pencegahan
Imunisasi
Imunisasi pasif

Dalam imunisasi pasif dapat diberikan human


hyperimmune globulin, ternyata berdasarkan
beberapa penelitian di klinik terbukti tidak efektif
sehingga akhir-akhir ini tidak lagi digunakan untuk
pencegahan.
Imunisasi aktif

Diberikan vaksin pertusis dari kuman Bordetella


pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan
kekebalan aktif. Imunisasi pertusis diberikan
bersama-sama dengan vaksin difteria dan tetanus

Pencegahan penyebarluasan penyakit dilakukan dengan cara:


Isolasi:

Mencegah kontak dengan individu yang terinfeksi,


diutamakan bagi bayi dan anak usia muda, sampai pasien
setidaknya mendapatkan antibiotik sekurang-kurangnya 5 hari
dari 14 hari pemberian secara lengkap. Atau 3 minggu setelah
batuk paroksismal reda bilamana pasien tidak mendapatkan
antibiotik.

Karantina: Kasus kontak erat terhadap kasus yang berusia <7

tahun, tidak diimunisasi, atau imunisasi tidak lengkap, tidak


boleh berada di tempat publik selama 14 hari atau setidaknya
mendapat antibiotik eritromisin selama 5 hari dari 14 hari
pemberian secara lengkap.
Disinfeksi: Direkomendasikan untuk melakukan pada alat atau

ruangan yang terkontaminasi sekret pernapasan dari pasien


pertusis .

Komplikasi
Komplikasi terutama terjadi pada sistem nafas dan saraf
pusat :
Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan karena Bordetella pertusis
tetapi lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder (Haemophilus influenzae, S. pneumonia,
S.aureus dan S. pyogenes). Atelektasis terjadi sekunder
terhadap sumbatan mucus yang kental. Aspirasi mucus
atau muntah dapat menyebabkan pneumomia. Panas
tinggi merupakan tanda infeksi sekunder dari bakteri.
Batuk dengan tekanan tinggi dapat menimbulkan ruptur
alveoli,
emfisema,
interstisiel/subkutan
dan
pneumotoraks, termasuk perdarahan subkonjungtiva

Komplikasi pada susunan saraf pusat


yaitu
kejang,
koma,
ensefalitis,
hiponatremia sekunder terhadap SIADH
(Syndrome
of
inappropriate
diuretic
hormon).kejang
tetanik
dihubungkan
dengan alkalosis yang disebabkan muntah
persisten.

Prognosis
Prognosis tergantung usia anak, anak
yang lebih tua (>12 tahun) mempunyai
prognosis yang lebih baik. Pada bayi risiko
kematian
(0,5-1%)
disebabkan
ensefalopati.
Pada
penelitian
jangka
panjang,
apnea
atau
kejang
akan
menyebabkan gangguan intelektual di
kemudian hari

Terima kasih. . .

Anda mungkin juga menyukai