Tutorial Pertusis
Tutorial Pertusis
Kasus
Nama : An.
Tanggal Lahir/Umur :
Jenis kelamin :
Kebangsaan
:
Suku bangsa :
Nama Ayah :
Nama ibu
Alamat :
Tanggal pemeriksaan
Ruangan :
FOTO
Anamnesis
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: sakit sedang
Nadi
Frekuensi Napas :
Temperatur
Uji toutniquet
Status Gizi:
:
: negatif
Kepala/leher
Rambut
Telinga
Mulut : bibir kering lidah bersih, faring hiperemis (-), pembesaran tonsil
Thorax
Abdomen
Pulmo
Inspeksi
= cembung
Palpasi = nyeri tekan (-)
Perkusi = Timpani, shifting dullness
(-), fluid wafe (-)
Auskultasi = Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Inspeksi : Petekie (-/-)
Palpasi : Akral hangat
Cor
Hasil
Darah lengkap
Leukosit 17.900
Inspeksi=
ICS 5 LINEA
Inspeksi= Ictus cordis tidak terlihat
Perkusi = normal pada batas jantung
Auskultasi = S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
Hemoglobin 8,4
Hematokrit 27,4%
Trombosit 419.000
Penatalaksanaan
DIAGNOSIS KERJA
Pertusis
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
dubia ad bonam
PERTUSIS
Definisi
Pertusis adalah infeksi pada saluran
nafas atas yang sangat menular dan
menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri
dengan suara nafas (melengking/whoop).
Batuk akan berhenti setelah ada suara
melengking pada waktu menarik nafas,
kemudian akan tampak letih dengan wajah
yang lesu. Batuk semacam ini terutama
terjadi pada malam hari
Epidemiologi
Penyebaran pertusis di seluruh dunia dapat
menyerang
semua
golongan
umur,
yang
terbanyak adalah anak umur dibawah 1 tahun.
Makin
muda
usianya,
makin
berbahaya
penyakitnya.
Mulai tahun 1980 ditemukan peningkatan kejadian
pertusis pada bayi, usia 11-18 tahun, dan dewasa,
dengan cakupan imunisasi pertusis rutin yang
luas. Di Amerika Serikat kurang lebih 355 kasus
terjadi pada usia <6 bulan, termasuk bayi yang
berumur 3 bulan. Kurang lebih 45% penyakit
terjadi pada usia < 1 tahun dan 66% < 5 tahun.
Etiologi
Penyebab pertusis adalah bordetella
pertusis dan perlu dibedakan dengan
bordetella parapertusis dan adenovirus
type 1,2,3 dan 5
Patogenesis
Gambaran Klinik
Masa inkubasi pertusis adalah 6 sampai
20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan
perjalanan penyakit ini berlangsung antara
6 sampai 8 minggu atau lebih
Perjalanan klinis penyakit ini dapat
berlangsung dalam tiga stadium, yaitu :
Stadium kataralis (1-2 minggu)
Stadium paroksismal/stadium spasmodik
Stadium konvalesens ( 1-2 minggu)
minggu)
Frekuensi dan derajat batuk bertambah
5 10 kali batuk kuat = inspirasi masif yang
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
atas
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium
Anamnesis
anamnesis,
stadium paroksismal)
Isolasi B. pertusis dari sekret nasofaring
Serologi : ELISA untuk menentukan IgM, IgG, dan IgA terhadap FHA dan PT,
IgG paling sensitif dan spesifik
Foto toraks : infiltrat perihiler, atelektasis, emfisema
Diagnosis Banding
Batuk spasmodik pada bayi : bronkiolitis,
Penatalaksanaan
Antibiotik tidak memperpendek stadium
paroksimal.
Eritromisin mengeliminasi pertusis apabila
diberikan pada stadium kataralis =
memperpendek periode penularan. Dosis 50
mg/kgBB/hari
KI: usia < 1 bulan, gunakan azitromisin
Hipersensitivitas terhadap makrolida = TMP-SMX
Suportif : menghindari faktor yang memicu batuk,
mengatur hidrasi, nutrisi
IgG pertusis tidak berguna dan tidak
direkomendasikan
Pencegahan
Imunisasi
Imunisasi pasif
Komplikasi
Komplikasi terutama terjadi pada sistem nafas dan saraf
pusat :
Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan karena Bordetella pertusis
tetapi lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder (Haemophilus influenzae, S. pneumonia,
S.aureus dan S. pyogenes). Atelektasis terjadi sekunder
terhadap sumbatan mucus yang kental. Aspirasi mucus
atau muntah dapat menyebabkan pneumomia. Panas
tinggi merupakan tanda infeksi sekunder dari bakteri.
Batuk dengan tekanan tinggi dapat menimbulkan ruptur
alveoli,
emfisema,
interstisiel/subkutan
dan
pneumotoraks, termasuk perdarahan subkonjungtiva
Prognosis
Prognosis tergantung usia anak, anak
yang lebih tua (>12 tahun) mempunyai
prognosis yang lebih baik. Pada bayi risiko
kematian
(0,5-1%)
disebabkan
ensefalopati.
Pada
penelitian
jangka
panjang,
apnea
atau
kejang
akan
menyebabkan gangguan intelektual di
kemudian hari
Terima kasih. . .