20
21
22
23
asas penyusunan APBN defisit dan surplus. Jika menganut APBN defisit, artinya pengeluaran
negara lebih besar daripada penerimaan negara. Biasanya negara yang menganut APBN defisit,
dalam mengatasi kekurangan penerimaannya akan melakukan pencetakan uang baru demi
terhindar dari pinjaman luar negeri yang terlalu besar. Pencetakan uang baru ini akan
menyebabkan jumlah uang yang beredar makin banyak, suku bunga turun dan harga-harga barang
naik. Gejala inilah yang disebut penyakit ekonomi inflasi. Jika suatu negara menganut APBN
surplus, pengeluaran negara lebih kecil daripada penerimaannya. Hal ini berarti pengeluaranpengeluaran negara menjadi sedikit yang akan menyebabkan jumlah uang beredar menjadi
berkurang. Akibatnya, tingkat suku bunga akan naik dan harga-harga barang akan turun. Inilah
yang disebut deflasi.
d. Apabila suatu negara menganut APBN berimbang, artinya pengeluaran negara sama dengan
penerimaan negara sehingga diharapkan negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang
stabil, terutama di bidang moneter.
24
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008 dan 2009 (dalam triliun rupiah)
Sumber Penerimaan
2008
A. Pendapatan Negara dan Hibah
895,0
I. Penerimaan Dalam Negeri
892,0
1. Penerimaan Perpajakan
609,2
a. Pajak Dalam Negeri
580,2
i. PPh
305,0
ii. PPN
195,5
iii. PBB
25,3
iv. BPHTB
5,4
v. Cukai
45,7
vi. Pajak Lainnya
3,4
b. Pajak Perdagangan Internasional
29,0
i. Bea Masuk
17,8
ii. Bea Keluar
11,2
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
282,8
a. Penerimaan Sumber Daya Alam
192,8
i. Migas
182,9
ii. Non-Migas
9,8
a. Bagian Laba BUMN
31,2
b. PNBP lainnya
53,7
c. Pendapatan BLU
5,1
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja K/L
2. Belanja Non-K/L, a.l:
a. Pembayaran bunga utang
b. Subsidi
II. Belanja Ke Daerah
1. Dana perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan ( I + II )
I. Pembiayaan dalam Negeri
1. Perbankan dalam Negeri
2. Non-Perbankan dalam Negeri
II. Pembiayaan Luar Negeri
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
Sumber: fiskal.depkeu.go.id
Diktat Ekonomi Kelas XI IPS
25
2009
985,7
984,8
725,8
697,3
357,4
249,5
28,9
7,8
49,5
4,3
28,5
19,2
9,3
258,9
173,5
162,1
11,4
30,8
49,2
5,4
2,9
0,9
989,5
697,1
290,0
407,0
94,8
234,4
1037,1
716,4
322,3
394,1
101,7
166,7
292,4
278.4
14,0
320,7
297,0
23,7
0,3
50,3
-94,5
-51,3
94,5
107,6
-11,7
119,3
-13,1
48,1
-61,3
51,3
60,8
16,6
44,2
-9,4
52,2
-61,6
Jumlah
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx
Xxx
xxx
xxx
26
27
28
3. Cara perhitungan
4. Jatuh tempo
5. Sanksi hukum
6. Surat ketetapan
(kohir)
7. Sifat pemungutan
Pungutan resmi
lainnya
Diterima secara langsung
PP, Kepmen, Kep. Daerah
Aparatur pemerintah
Sesuai pemakaian
Sesuai kebijaksanaan
pemerintah
c. Asas-asas Pajak
Berikut ini asas-asas pajak menurut beberapa tokoh:
Adam Smith
Adam Smith mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Ability to Pay
Adalah asas perpajakan yangdidasarkan atas kemampuan membayar para wajib pajak. Asas ini
memperhitungkan kondisi wajib pajak.
2) Asas Kepastian (Certainty)
Untuk memungut pajak pemerintah harus memberikan jaminan / kepastian terhadap pungutan
tersebut. Artinya, aturan pungutan harus pasti dan jelas.
3) Asas Kesenangan (Convenience)
Sebaiknya pajak dipungut pada saat wajib pajak baru menerima uang (penghasilan / gaji) dan
waktunya tidak mendadak / tiba-tiba.
4) Asas Ekonomi (Economy)
Pungutan pajak diupayakan seefektif dan seefisien mungkin dengan mengacu agar beban / biaya
pemungutan pajak ditekan sekecil mungkin.
WJ. Langen
WJ. Langen mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Asas Kesamaan
Asas ini mengandung makna bahwa pungutan pajak dikenakan bagi semua warga tanpa ada
pengecualian sehingga pemungutan pajak dirasakan adil.
2) Asas Daya Pikul
Beban pajak didasarkan pada kemampuan wajib pajak, sehingga masyarakat yang penghasilannya
besar akan dikenakan pajak yang besar dan masyarakat yang penghasilannya kecil beban pajaknya
rendah.
3) Asas Manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa selain pungutan pajak didasarkan atas barang dan jasa yang
dinikmati wajib pajak, juga mengandung arti bahwa hasil pungutan pajak yang telah diterima
pemerintah hendaknya dapat dibelanjakan untuk pembelanjaan atau pengeluaran yang benarbenar bermanfaat bagi kemajuan perekonomian masyarakat.
4) Asas Kesejahteraan
Pungutan pajak yang diterima pemerintah dapat dibelanjakan sesuai dengan pos yang telah
ditetapkan, dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5) Asas Beban Sekecil-kecilnya
Pungutan pajak yang diterima pemerintah selalu diusahakan serendah-rendahnya.
Diktat Ekonomi Kelas XI IPS
29
6) Asas Istimewa
Asas ini khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang mendapatkan penghasilan secara istuimewa
7) Asas Pelaksaan
Pelaksanaan pungutan pajak diusahakan sebaik mungkin meskipun sering terjadi hambatan dan
keluhan dari para wajib pajak.
Adolf Wagner
Adolf Wagner mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Asas Politik Potensial
Asas ini berisikan bahwa pungutan pajak mempunyai dua sasaran, yaitu :
a) pungutan pajak harus bersifat dinamis
b) perolehan hasil pungutan pajak jumlahnya memadai
2) Asas Ekonomis
Sasaran penarikan pajak harus tepat, antara lain terhadap pendapatan, penanaman modal, barang
mewah dan sebagainya.
3) Asas Keadilan
Asas ini mengandung pengertian :
a) pungutan pajak hendaknya bersifat umum dan universal
b) terhadap obyek pajak yang sama harus ada kesamaan beban
4) Asas Administrasi
Asas ini berisikan pengertian :
a) pungutan pajak harus disertai dasar pungutan yang pasti (undang-undang, peraturan
pemerintah atau peraturan daerah.
b) cara pemungutan atau penagihan harus fleksibel atau luwes dan tidak memaksa atau tidak ada
unsur tekanan.
c) biaya pemungutan pajak diusahakan sekecil mungkin.
5) Asas Yuridis
Asas ini mengandung makna :
a) pungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang yang berlaku
b) penafsiran kata pada undang-undang harus seragam dan punya pengertian yang sama
d. Pembagian Pajak
1) Berdasarkan golongan
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, contohnya : pajak penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain, contoh :
PPN dan PPnBM.
2) Berdasarkan wewenang pemungut pajak
Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat atau negara meleui Dirjen Pajak, contoh : PPh
dan PBB.
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,
yang dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah, yaitu
antara lain:
Propinsi; Pajak Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama
kendaraan bermotor, Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di atas air, Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah tanah dan air Permukaan
Kabupaten; Pajak hotel, pajak reklame, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak penerangan jalan
3) Berdasarkan sifat
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi wajib pajak yang akan dikenakan
pajak.
30
Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar, kemudian dicari subyeknya, baik pribadi atau badan.
e. Fungsi Pajak
1) Fungsi anggaran
Maksudnya bahwa pajak adalah andalan pendapatan negara. Fungsi ini menjelaskan bahwa pajak
merupakan bagian dari pendapatan negara yang sangat penting.
2) Fungsi mengatur
Pajak dapat berfungsi sebagai alat pendistribusian pendapatan masyarakat dan sekaligus sebagai
alat pemerataan pendapatan masyarakat.
3) Fungsi stabilisasi
Dengan pendapatan dari pajak, pemerintah dapat membelanjai pengeluaran-pengeluarannya, baik
rutin maupun pengeluaran pembangunan. Bila pemerintah dapat membelanjai pengeluaranpengeluarannya sesuai dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan berarti tidak akan terjadi
fluktuasi, hambatan ataupun keresahan di dalam penyelenggaraan perekonomian negara yang
berarti stabilitas ekonomi dapat terjamin.
f.
31
Perbedaan perlakuan pengenaan PPh antara Wajib pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar
Negeri
Keterangan
Wajib Pajak Dalam Negeri
Wajib pajak Luar negeri
Objek pajak
Dasar Pengenaan
Pajak
Tarif
Pelaporan
Pasal 26 UU PPh
Surat Tidak Wajib menyampaikan SPT
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan atau badan yang tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa :
1) tempat kedudukan manajemen
2) cabang perusahaan
3) kantor perwakilan
4) gedung kantor
5) pabrik
6) bengkel
7) pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja pengeboran yang digunakan
eksplorasi pertambangan.
8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan.
9) Proyek konstruksi, instalasi atau perakitan oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60
hari dalam jangka waktu 12 bulan.
10) Orang atau badan yang berlaku sebagai agen yang kedudukannya tidak bebas.
11) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.
Yang tidak termasuk subyek pajak adalah sebagai berikut :
1) Badan perwakilan negara asing
2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukankepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara yang bersangkutan memberi perlakuan timbal balik.
3) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan,
dengan syarat :
a) Indonesia menjadi organisasi tersebut
b) Tidak menjalankan usaha atau tuntutan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia
4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dengan syarat:
i. Bukan warga negara Indonesia
ii. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia
32
Obyek Pajak
Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk gaji,
upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
3) Laba usaha.
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
6) Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian SHU koperasi.
8) Royalti.
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan belum dikenakan pajak.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut UU Pajak No.36 tahun 2008, besarnya PTKP adalah sebagai berikut:
PTKP setahun diberikan sebesar :
1) Rp 15.840.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi.
2) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
3) Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1)
4) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan sekeluarga, semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif pajakPasal 17 UU Pajak Penghasilan yang diterapkan adalah sebagai berikut :
1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
a) Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000,00, tarif pajak 5 %.
b) Penghasilan di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00, tarif pajak
15 %
c) Penghasilan di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00, tarif pajak
d) Penghasilan di atas Rp500.000.000,00, tarif pajak 30 %
2) Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28%
33
25 %
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk wajib pajak orang pribadi:
Jumlah penghasilan kena pajak Rp 700.000.000,00
Pajak penghasilan yang terutang:
5% x Rp 50.000.000,00
= Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00
= Rp 30.000.000,00
30% x Rp 200.000.000,00
= Rp 60.000.000,00
Rp155.000.000,00
g. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
I. PPN
PPN diatur dengan UU Nomor 18 Tahun 2000.
1. Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP), yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).
Obyek dari PPN adalah :
(a) Penyerahan BKP dan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik barang berwujud maupun
tidak berwujud dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
(b) Impor dan ekspor BKP oleh PKP.
(c) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean.
(d) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain
(e) Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang pajak
masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan
dikreditkan
2. Jenis-jenis barang yang tidak dikenakan PPN
Menurut UU No. 18 Tahun 2000 jenis barang yang tidak dikenakan PPN yaitu:
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,
meliputi: minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses
menjadi briket batu bara, bijih ( timah, besi, nikel, perak, bauksit)
Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu: segala jenis beras
dan gabah, segala jenis jagung, sagu, segala jenis kedelai, garam, makanan dan minuman
(tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa
boga), uang, emas batangan dan surat-surat berharga
3. Pengecualian JKP berdasarkan peraturan pemerintah tidak dikenakan PPN adalah kelompok jasa
sebagai berikut:
Jasa di bidang kesehatan medis
Jasa di bidang pelayanan sosial
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko
Jasa di bidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan dengan hak opsi
Jasa di bidang keagamaan
Jasa di bidang pendidikan
Jasa di bidang tenaga kerja dan bidang yang dilaksanakan instansi pemerintah
4. Cara Kerja Sistem Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas pertambahan nilai (value added) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan
oleh PKP. Pajak dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi dengan tidak ada unsur
pajak berganda.
II. PPnBM
PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang-barang berwujud
yang tergolong mewah. PPnBM hanya dikenakan satu kali pada sumbernya, yaitu pabrikan atau
34
saat impor dan tidak dapat dikreditkan. PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN. Jadi
penarikan PPnBM harus selalu bersama PPN.
Subyek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan barang mewah dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.
Obyek PPnBM adalah penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah dan impor barang yang
tergolong mewah, seperti sedan built-up, komputer dan lain-lain barang berwujud yang tergolong
mewah sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Tarif PPN dan PPnBM
Tarif PPN adalah 10%
Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 75%
h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB diatur melalui UU no 12 tahun 1994. Pajak ini dikenakan pada bumi atau tanah dan bangunan
yang dibangun pada tanah atau bumi tersebut. Ketentuan perhitungan pungutan PBB adalah 0,5 %
dari 20 % nilai jual obyek pajak. Nilai jual obyek pajak adalah taksiran nilai jual bumi dan bangunan
dikurangi dengan bangunan tidak kena pajak (BTKP). BTKP bagi tiap-tiap wajib pajak sebesar Rp
8.000.000,00. Bagi seorang wajib pajak yang memiliki tanah dan bangunan lebih dari satu buah, maka
BTKP hanya diberikan pada satu bangunan saja.
1. Obyek Pajak
a) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan/atau bangunan.
b) Klasifikasi obyek pajak sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh menteri keuangan.
2. Obyek Pajak yang tidak Dikenakan PBB
a) Obyek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah obyek pajak yang :
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan.
digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.
merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak
digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
menteri keuangan.
b) Obyek pajak yang digunakan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.
c) Batas nilai jual Bangunan Tidak Kena Pajak akan disesuaikan dengan suatu faktor penyesuaian
yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
3. Subyek Pajak
Adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
4. NJOP
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang rejadi secara wajar
5. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Adalah surat yang digunakan oleh wajib pakjak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan
undang-undang pajak bumi dan bangunan
6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Adalah surat yang digunakan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada
wajib pajak
7. Tarif Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 %.
8. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP)
40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP sama
atau lebih dari Rp 1.000.000.000,00.
Diktat Ekonomi Kelas XI IPS
35
b)
Rp 75.000.000,00
(Rp 12.000.000,00)
Rp 63.000.000,00
j.
k. Bea Materai
Tarif bea materai ada dua, yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00, yang penggunaannya sebagai berikut
1) Tarif bea materai Rp 6.000,00
Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
Akta akta notaris termasuk salinannya
Akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya
Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00
36
37