Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek
kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota
provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan
kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan

dengan

pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi.


Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi
masyarakat yang bermukim di pedesaan dan di sekitar kota tersebut, sehingga
mereka termotivasi untuk datang ke kota yang menurut anggapan mereka kota
menjanjikan masa depan yang lebih baik, menyebabkan tingkat arus urbanisasi
semakin tinggi. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota maka akan
menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan
lingkungan.
Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di perkotaan adalah
pengelolaan sampah perkotaan yang kurang baik. Sampah yang merupakan bagian

sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai
permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun gangguan pada lingkungan
seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, menurunnya estetika dan
sebagai pembawa penyakit. Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai
saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya
maupun penerapan teknologi1.
Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di
perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan
penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam
pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup
masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah
yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,
anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu
melayani seluruh sampah yang dihasilkan2.
Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan
sementara

(TPS),

tempat

pembuangan

akhir

(TPA),

maupun

saat

pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu3:

http://www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Desember 2011


Ib.id
3
Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya
2

- Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA
sehingga melebihi kapasitasnya
- Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut
sampah kurang efektif.
- Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh
sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
- Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
- Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat
sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas.
- Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan
pengolahan sampah serta produknya.
- Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah
secara tepat.
- Manajemen sampah tidak efektif.
Selanjutnya masalah yang sering timbul dalam penanganan sampah adalah
tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari sampah rumah tangga, pasar,
rumah sakit, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Tingginya tingkat
pencemaran tersebut sebagai akibat makin padatnya penduduk dan makin
meningkatnya aktivitas manusia sehingga volume sampah yang ditimbulkan
semakin meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah oleh karena
volume sampah yang dapat di angkut dan di kelola tidak seimbang dengan volume
produksi sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya mempunyai dampak
yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga sangat diperlukan sistem

pengelolaan persampahan yang memadai. Pelaksanaan pengelolaan persampahan


sangat dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung yaitu aspek teknis,
kelembagaan,

hukum

atau

peraturan,

pembiayaan

maupun

peran

serta

masyarakat.4
Demikian halnya yang terjadi di Kota Makassar sebagai kota metropolitan
masalah persampahan masih merupakan masalah yang sangat kompleks. Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar adalah organisasi pemerintah yang
bertanggung jawab untuk menciptakan kebersihan kota Makassar yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 38 Tahun 2009 Tentang
Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar.
Adapun Kegiatan organisasi dalam mencapai visi dan tujuannya ditentukan
oleh faktor internal antara lain sumber daya manusia, biaya operasional, sarana dan
prasarana, sistem dan prosedur serta teknologi. Sedangkan faktor eksternal antara
lain koordinasi dengan organisasi lain, dukungan masyarakat dan faktor lingkungan
lainnya. Kedua faktor ini saling terkait dan mendukung. Organisasi yang efektif
adalah

organisasi

yang

mempunyai

orientasi

dan

proyeksi

dalam

mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah ditetapkan. Upaya


mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas.
4

Robert J. Kodoatie. 2003.Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Hal 217

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang
dicapai makin tinggi efektivitasnya.
Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan
antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka
usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan rencana
maka hal itu dikatakan tidak efektif . Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian
tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien,
ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan
dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur,
sedangkan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat
memberikan hasil yang bermanfaat 5.
Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan
pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat
pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya dengan
pengelolaan persampahan, pemerintah kota Makassar telah berupaya mewujudkan
Makassar sebagai kota bersih dengan membentuk sebuah organisasi yaitu Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar yang bertujuan untuk menciptakan dan
menjaga kebersihan kota Makassar dengan upaya pengelolaan persampahan yang
efektif dan efisien mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
hingga tahap pembuangan akhir.
5

Sondang P. Siagian. 1987. Manajemen Modern. Jakarta : PT. Gunung Agung Hal. 76

Namun dengan melihat keadaan lingkungan di Kota Makassar saat ini di


beberapa wilayah tertentu mulai dari ruas jalan raya, kawasan industri, kawasan
perumahan, kawasan perkantoran, sekolah-sekolah, sekitar pusat perbelanjaan
(mall), pasar-pasar tradisional dan kanal, masih sering ditemukan sampah yang
menumpuk karena

tidak terangkut setiap

harinya. Tentunya

keadaan

ini

menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap,


memperbesar timbulnya bahaya banjir pada saat musim hujan karena tersumbatnya
saluran air / drainase kota serta dapat menjadi sumber penyakit.
Berdasarkan

informasi

yang

diperoleh

melalui

media

internet

(http://www.makassarterkini.com) menyatakan bahwa pengelolaan sampah di kota


Makassar masih sangat buruk. Dengan tingkat produksi sampah 3.680 meter kubik
(m3) per hari, yang tertangani oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan hanya 3.270
m3. Sebanyak 410 m3 lainnya tidak terangkut dan hanya menumpuk di tempat
pembuangan sementara (TPS) sampah. Limbah yang tidak terangkut ini banyak
berserakan di jalan dan menimbulkan bau tidak sedap. Berdasarkan data Dinas
Kebersihan, di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa, setiap hari
jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 3.680 m3 per hari. Akan tetapi,sampah
yang tertangani hanya 3.270 m3. Dengan demikian, masih ada sekitar 410 m3
sampah per hari yang tidak terkelola. Serta lambatnya pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA maupun pelayanan sampah dari rumah ke rumah karena jumlah
armada pengakut sampah masih sangat kurang, jumlah mobil pengangkut sampah
hanya 139 unit padahal untuk mengangkut sampah 3.680 m3 per hari idealnya

dibutuhkan 250 unit. Sementara armada pengakut sampah yang ada sekarang juga
tidak berfungsi maksimal karena ada yang sudah tua dan sering rusak.6
Adapun data jumlah timbulan sampah yang tertangani oleh Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel I
Daftar Perbandingan Penanganan Sampah Kota Makassar Dalam (M3 Perhari)
Dari Tahun 2007-2011
Tahun

Timbulan Sampah

Tertangani

%Terhadap
Timbulan Sampah

2007

3.661,81 M3/Hari

3.245,29 M3/Hari

88,63%

2008

3.812,69 M3/Hari

3.315,20 M3/Hari

86,95%

2009

3.680,03 M3/Hari

3.278,12 M3/Hari

89,08%

2010

3.781,23 M3/Hari

3.373,42 M3/Hari

89,21%

2011

3.923,52 M3/Hari

3.520,07 M3/Hari

89,27%

Sumber : Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar

Berdasarkan informasi dan data diatas menunjukkan bahwa pengelolaan


persampahan di Kota Makassar oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan masih perlu
perhatian untuk mencapai pengelolaan sampah yang lebih efektif.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
kajian tentang pengelolaan persampahan dan menuangkannya dalam penelitian
yang berjudul Efektivitas Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar

Makassar Terkini, 30 September 2011. 410 Meter Kubik Sampah Tak Terangkut.
Dari http://www.makassarterkini.com.Diakses pada tanggal 30 Desember 2011

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : Mengapa Pengelolaan
Persampahan Di Kota Makassar Belum Efektif?
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab
belum efektifnya pengelolaan persampahan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Makassar.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi
penelitian-penelitian yang akan datang mengenai efektivitas pengelolaan
persampahan.
2. Manfaat Praktis
Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat berguna
sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi Pemerintah Kota
khususnya Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dalam
mengefektifkan pengelolaan persampahan kota Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Konsep Efektivitas


II.1.1. Pengertian Efektivitas
Dalam suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan
mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya.
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani
Pasolong7, efektivitas pada dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan
istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai
suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai
karena adanya proses kegiatan. Pengertian efektivitas sebenarnya bersifat
abstrak, namun akan menjadi konkrit dan dapat diukur apabila mampu untuk
mengidentifikasi

segi-segi

yang

lebih

menonjol

atau

nampak

yang

berhubungan dengan konsep efektivitas.


Adapun pengertian efektivitas menurut The Liang Gie dalam bukunya
Ensiklopedia Administrasi adalah sebagai berikut :
Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya efek akibat yang dikehendaki, kalau seseorang
melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang
dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan tidak efektif, kalau
7

Harbani Pasolong. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Hal .4

menimbulkan
dikehendaki.8

akibat

atau

mempunyai

maksud

sebagaimana

Selanjutnya Martani dan Lubis, menyatakan bahwa :


Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.9
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan
hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah
bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat10.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh
David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara
lain:
1. Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang
menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.
2. Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi
dari semua anggota kelompoknya.

The Liang Gie. 1989. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : PT.Gunung Agung. Hal 147
Martani dan Lubis.1987. Teori Organisasi. Bandung: Ghalia Indonesia. Hal. 55
10
http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal
4 Januari 2012
9

10

3. Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang
lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.
Sumaryadi

(2005:105)

berpendapat

dalam

bukunya

Efektivitas

Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah bahwa:


Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat
sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas
umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan
operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat
pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana
seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini
dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik
sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa
memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain.
Sementara itu, Sharma dalam Tangkilisan (2005:64) memberikan
kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal
organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain11:
1. Produktivitas organisasi atau output;
2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi;
3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan
konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Sedangkan Steers dalam Tangkilisan (2005:64) mengemukakan lima
kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu:
11

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal


4 Januari 2012

11

1.Produktivitas
2.Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas
3.Kepuasan kerja
4.Kemampuan berlaba
5.Pencarian sumber daya
Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan bahwa
Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat
dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali
dengan pendapat

Hasibuan dalam Handayaningrat

(1996:16) bahwa

efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit. Hal


senada juga dikemukakan oleh Miller dalam Handayaningrat (1996:16)
Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its
goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly
concerned with goal attainments, yang artinya efektivitas dimaksudkan
sebagai

tingkat seberapa

jauh suatu sistem-sistem sosial

mencapai

tujuannya12.
Selain pencapaian tujuan, Winardi (1992:84) menjelaskan Efektivitas
adalah hasil yang dicapai seorang pekerja dibandingkan dengan hasil produksi
lain dalam jangka waktu tertentu. Apabila peneliti analisa kutipan ini, maka

12

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal


4 Januari 2012

12

efektivitas adalah hasil yang diperoleh seorang pekerja dan dibandingkan


dengan waktu yang dipergunakan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut.
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal
dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan
waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan
masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.
Hall dalam Tangkilisan (2005:67) mengartikan bahwa dengan tingkat
sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua konsep
tersebut hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan
bagaimana cara mencapainya tidak dibahas. Yang membahas bagaimana
mencapai tingkat efektivitas adalah Argris dalam Tangkilisan (2005:68) yang
mengatakan Organizational effectiveness then is balanced organization
optimal emphasis upon achieving object solving competence and human
energy utilization atau dengan kata lain efektivitas organisasi adalah
keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan,
kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.
Amirullah dan Ribdyah Hanafi (2002) efektivitas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan

13

ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan


tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya13.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
diatas, efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat
dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai
tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu organisasi maka
proses

pencapaian

tujuan

tersebut

merupakan

keberhasilan

dalam

melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi


organisasi tersebut. Namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan
tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan
tidak efektif.
II.1.2 Pendekatan Efektivitas
Efektivitas organisasi dapat dicapai dengan melaksanakan prinsipprinsip organisasi secara maksimal dimana semua unsur dari organisasi perlu
dioptimalkan. Efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam teori
organisasi karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuannya. Pengukuran efektivitas
perlu ketepatan tergantung pendekatan yang digunakan.

13

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal


4 Januari 2012

14

Menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich konsep efektivitas terdiri dari


dua pendekatan yaitu pendekatan tujuan dan pendekatan sistem (1997:27-29).
Dua pendekatan tersebut antara lain :
Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas
didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam teori sistem, organisasi
dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Arus masukan
(input) dan keluaran (output) merupakan titik tolak dalam uraian
organisasi. Dengan kata lain yang lebih sederhana, organisasi
mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas (lingkungan),
memproses sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang
sudah dirubah (output).
Selanjutnya Gibson, Donnely dan Ivancevich memberikan batasan
dalam kriteria efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem (1997:3132) antara lain14:
1. Produksi
Produksi merupakan Kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah
dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan.
2. Efisiensi
Konsep efisiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan (rasio) antara
output dan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan
antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output.
3. Kepuasan
Kepuasan menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi
kebutuhan para karyawan dan pengguna.

14

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal


4 Januari 2012

15

4. Adaptasi
Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat
menanggapi perubahan ekstern dan intern.
5. Perkembangan
Organisasi harus mengivestasi dalam

organisasi itu sendiri untuk

memperluas kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang.


6. Hidup Terus
Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang.
Adapun menurut Martani dan Lubis ada tiga pendekatan untuk
mengukur efektivitas organisasi yaitu15:
1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas
dari

input.

Pendekatan

mengutamakan

adanya

keberhasilan

organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik


yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh
mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses
internal atau mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran (goal approach) dimana pusat perhatian pada
output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil
(output) yang sesuai dengan rencana.

15

Martani dan Lubis.Loc.Cit. hal 55

16

Selanjutnya, Richard M Steers mengemukakan ada empat faktor yang


mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu 16:
1.

Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi.
Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah
hubungan relatif tetap sifatnya seperti yang dijumpai dalam organisasi
sehubungan dengan susunan sumber daya manusia.
Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang
atau mengelompokkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan
untuk mengubah bahan baku menjadi bahan jadi.
Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi
di dalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan
orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat pula.

2. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping
lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap
efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar organisasi misalnya
hubungan dengan masyarakat sekitar, sedangkan lingkungan dalam lingkup
organisasi misalnya karyawan atau pegawai pada organisasi tersebut.

16

Richard M Steers. 1986. Efektivitas Organisasi.Jakarta: Erlangga. Hal 209

17

Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat


tergantung pada tiga variabel yaitu :
1. Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan
2. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan
3. Tingkat rasionalitas organisasi
Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi
terhadap perubahan lingkungan. Makin tepat tanggapannya, makin berhasil
adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
3.

Karakteristik Pekerja
Pada kenyataannya para pekerja atau karyawan merupakan factor
pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah
yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya
tujuan organisasi.
Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan
dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh
sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
organisasi.

4.

Kebijakan dan Praktek Manajemen


Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumitnya
keadaan lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi
orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.

18

Kebijakan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat


merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijakan dan praktek
manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, efektivitas
adalah suatu konsep yang dapat dipakai sebagai sarana untuk mengukur
keberhasilan suatu organisasi. Dan yang digunakan sebagai sarana untuk
mengukur efektivitas dalam penelitian terkait pengelolaan persampahan
adalah faktor yang mempengaruhi efektivitas sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Richard M. Steers.
II.2. Konsep Persampahan
II.2.1 Pengertian Sampah
Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan.
Namun pada prinsipnya sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum
memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah biasa berada dalam setiap fase
materi, yaitu padat, cair dan gas.
Berdasarkan

Undang-undang

Nomor

18

Tahun

2008

Tentang

Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari


manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan sampah
spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.

19

Menurut Azwar, Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi,


yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka
sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa
sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.17
Selanjutnya menurut Kodoatie mendefinisikan sampah sebagai berikut :
Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah
padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus
kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sampah dalam ilmu
kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda atau
hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kelangsungan
hidup.18
Sementara itu Sukawiria menjelaskan bahwa secara terbatas kita
mengenal yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan sisa
tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) atau sisa-sisa
hewan serta benda-benda lain yang setiap saat kita buang, tetapi secara luas,
segala benda yang pada akhirnya kita buang yang disebut sampah.19
Sedangkan Hadiwiyoto memberikan batasan definisi sampah yaitu:
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena sudah tidak ada
manfaatnya, yang ditinjau dari segi social ekonomis tidak ada harganya dan
dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
kelestarian.20

17

Azrul Azwar.1990, Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta : Mutiara Sumber Widya. Hal 53
Robert J. Kodoatie. 2003.Op.Cit Hal 312
19
Sukawiria. U. 1980. Sampah Krisis baru di Tahun 2000-an. Jakarta : Wijayapura. No.4 Tahun
III.Hal 4
20
Soewedo Hadiwiyoto. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Idayu. Hal 12
18

20

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampah


adalah bahan buangan atau sisa-sisa baik berbentuk padat atau setengah
padat dari zat organik dan anorganik yang diproduksi oleh manusia dalam
aktivitasnya maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis.
II.2.2 Jenis dan Sumber Sampah
Menurut Hadiwiyoto, sampah pada umumnya dibagi dua jenis yaitu21:
1.

Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa


organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll.
Umumnya

sampah

organik

dapat

terurai

secara

alami

oleh

mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit,


sampah halaman.
2.

Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungannya non organik,


umumnya

sampah

ini sangat

sulit

terurai oleh

mikroorganisme.

Contohnya: kaca, kaleng, aluminium, debu, logam-logam lain.


Jenis dan sumber sampah menurut Widyatmoko dapat dikelompokkan
menjadi22 :
1.

Sampah rumah tangga terdiri dari :


a. Sampah basah yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan organic yang
mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan,
potongan hewan, sayuran dan lain-lain.

21

Ib.Id. Hal 25
Sintorini Widyatmoko.2002.Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah.
Jakarta : Abadi Tandur.Hal 2
22

21

b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi,
kaleng bekas dan sampah kering yang non logam misalnya kertas,
kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
c. Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan
lantai, penggergajian kayu dan abu dari sisa pembakaran kayu.
d. Sampah besar yaitu sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga
yang besar-besar seperti meja, kursi dan lain-lain.
2.

Sampah Komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial


seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan dan
lain-lain.

3.

Sampah

Bangunan,

yaitu

sampah

yang

berasal

dari

kegiatan

pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan


seperti semen, kayu, batu bata dan sebagainya.
4.

Sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan


pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat
rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
Klasifikasi Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang No.18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yaitu :


1.

Sampah rumah tangga


Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

22

2.

Sampah sejenis sampah rumah tangga


Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak
berasal dari rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kawasan
komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.

3.

Sampah spesifik
Sampah spesifik meliputi: Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun; Sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun; Sampah yang timbul akibat bencana; Puing
bongkaran bangunan; Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
dan/atau. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

II.3. Konsep Pengelolaan Sampah


Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

18

Tahun

2008

tentang

Pengelolaan Sampah, definisi pengelolaan sampah adalah kegiatan yang


sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas
nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya.

23

Menurut Hadiwiyoto definisi pengelolaan sampah adalah sebagai


berikut:
Pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk
memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan lingkungan dalam hubungannya dengan sampah dan
diperhatikan beberapa tahapan yaitu pengumpulan, pemisahan,
pembakaran da pembuangan (penimbunan) sampah.23
Selanjutnya pengelolaan sampah adalah usaha mengatur atau
mengelola sampah dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan
sampai pengolahan dan pembuangan akhir (Cipta Karya, 1993). Pengelolaan
sampah terdiri dari 2 jenis yaitu pengelolaan setempat (individu) dan
pengelolaan terpusat untuk lingkungan atau perkotaan.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
akhir. Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapantahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut24 :
1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya
sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong
sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat
pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan,

23

Soewedo Hadiwiyoto. 1983. Op.Cit. Hal 29


http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html
tanggal 10 januari 2012
24

Diakses

pada

24

umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap


periode waktu tertentu.
2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan
berupa

alat

transportasi

tertentu

menuju

ke

tempat

pembuangan

akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada


periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan
sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami
pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga
tuntas penyelesaian seluruh proses.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut25:
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu
tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced).
Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat,
penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah
pelaku dan jenis dan kegiatannya.
25

http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html
tanggal 10 januari 2012

Diakses

pada

25

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi,


harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah
ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan
sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan
sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau
0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan
terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat
pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang
sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai
ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi
pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang
(recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi
besarnya timbulan sampah (reduce).
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke
lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong
dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.

26

4. Pengangkutan (transfer and transport)


Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi
pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah.
Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya
adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan
pemadatan

(compacting),

yang

tujuannya

adalah

mempermudah

penyimpanan dan pengangkutan.


b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang
dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya
dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif,
tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan
karena

teknik

tersebut

sangat

berpotensi

untuk

menimbulkan

pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik)
yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang
sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya
kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk
buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004).
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi
panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di

27

Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan


kapasitas 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik
sehingga energi listrik ( 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syaratsyarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan
adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di
tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi.
Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill.
Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mengolah timbunan sampah.

28

II.4. Kerangka Pikir


Berdasarkan uraian diatas, sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu dirumuskan kerangka pikir sebagai dasar dalam penelitian ini. Adapun
kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut :

Karakteristik
organisasi

Karakteristik
Lingkungan
Efektivitas
Pengelolaan
Persampahan
(Pendekatan Tujuan)

Kebijakan
dan
Praktek
Manajemen

Karakteristik
Pekerja

Gambar. I Skema Kerangka Pikir


Berdasarkan gambar di atas efektivitas pengelolaan persampahan di Kota
Makassar diukur menggunakan pendekatan tujuan menurut Martani dan Lubis.
Adapun tujuan dari pengelolaan persampahan adalah meningkatkan cakupan
pelayanan persampahan, meningkatnya jumlah sampah terangkut dan terkelola
29

serta meningkatnya kinerja pengelolaan tempat pemrosesan akhir (TPA) yang


berwawasan

lingkungan (environmental friendly) meningkatnya

peran serta

masyarakat dan swasta, meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan dan


minimasi sampah program 3R, meningkatnya pemanfaatan teknologi pengelolaan
persampahan. Selanjutnya konsep efektivitas mengenai pengelolaan sampah dilihat
dari faktor yang mempengaruhi efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Richard

M.

Steers

yaitu

karakteristik

organisasi,

karakteristik

lingkungan,

Karakteristik pekerja , kebijakan dan praktek manajemen.


Pertama adalah karakteristik organisasi, karakteristik organisasi terdiri dari
struktur dan teknologi organisasi. Struktur organisasi meliputi bagaimana cara dinas
pertamanan dan kebersihan kota Makassar mengelompokkan atau menempatkan
orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan dalam hal ini pengelolaan sampah.
Serta teknologi organisasi adalah mekanisme yang digunakan dinas pertamanan
dan kebersihan kota Makassar dalam mengubah sesuatu menjadi lebih bermanfaat
dalam hal ini sampah yang dikelola oleh dinas pertamanan dan kebersihan kota
Makassar.
Selanjutnya

karakteristik

lingkungan

adalah

bagaimana

pengaruh

lingkungan yang berasal dari dalam dan luar organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Pengaruh lingkungan yang berasal dari dalam organisasi adalah
bagaimana

para

pekerja

atau

personil

kebersihan

dalam

melaksanakan

pekerjaannya dan pengaruh lingkungan yang berasal dari luar organisasi terkait
pengelolaan sampah adalah peran serta dan perilaku masyarakat dalam mengelola
sampah yang dihasilkannya.

30

Kemudian karakteristik pekerja merupakan faktor pengaruh yang penting


karena perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau
merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang
langsung berhubungan dengan pengelolaan persampahan, oleh sebab itu pekerja
sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal
utama dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, dan
walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan
didukung adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu
tidak ada gunanya.
Selanjutnya adalah kebijakan dan praktek manajemen, dengan makin
rumitnya proses teknologi dan serta makin rumitnya pengaruh lingkungan terhadap
pengelolaan sampah maka sangat diperlukan kebijakan dan praktek manajemen.
Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui bagaimana kebijakan dinas pertamanan
dan kebersihan kota Makassar dalam hal pengelolaan sampah serta peranan
manajemen dalam mengkoordinasi sumber daya dan proses demi mencapai tujuan
pengelolaan sampah yang lebih efektif.

31

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif di
mana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami Efektivitas Pengelolaan Persampahan Di
Kota Makassar.
Tujuan penelitian melalui pendekatan kualitatif ini adalah bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya, perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan
cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang
alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode yang alamiah.
III.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study).
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan
tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
individu.

32

Tipe penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang


ada dan mempelajari data serta informasi yang mendalam mengenai masalah
pengelolaan sampah yang belum efektif di Kota Makassar.
III. 3 Fokus Penelitian
Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan. Pertama,
penetapan fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan
membatasi bidang inquiry. Kedua, penetapan fokus ini berfungsi untuk
memenuhi kriteria inklusi - eksklusi atau memasukkan - mengeluarkan suatu
informasi yang diperoleh di lapangan26.
Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka yang dijadikan
fokus dalam penelitian ini adalah organisasi pemerintah Kota Makassar yaitu
Dinas

Pertamanan

dan

Kebersihan

Kota

Makassar

terkait

masalah

pengelolaan persampahan di Kota Makassar yang belum efektif dengan


menggunakan empat faktor utama efektivitas yaitu :
1. Karakteristik Organisasi
2. Karakteristik Lingkungan
3. Karakteristik Pekerja
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

26

Dr Lexi,. J. Moleong, MA. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Hal 62

33

III. 4 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini yaitu di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar.
III. 5 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip
oleh Lexi J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua
sumber data, yaitu27:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi
dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur
dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi yaitu Dinas
Pertamanan dan Kebersihan dengan permasalahan dilapangan yang
terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan
laporan-laporan penelitian.

27

Ib.Id Hal 112

34

III. 6 Teknik Pemilihan Informan


Dalam penelitian ini informan yang diambil yakni informan yang dinilai
mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan dan
tujuan penelitian.
Adapun pertimbangan pemilihan informan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.

Mereka yang banyak mengetahui tentang pengelolaan sampah.

b.

Mereka yang berdomisili di lokasi penelitian.

c.

Mereka yang bertugas merumuskan, membina, dan mengendalikan


kebijakan/program di bidang penyelenggaraan kebersihan/persampahan
di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar.

d.

Serta mereka yang terlibat dalam pengelolaan sampah


Informan dalam penelitian yang berhubungan dengan Efektivitas

Pengelolaan Persampahan adalah:


1.

Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar

2.

Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota

3.

Kepala Bidang Penataan Kebersihan Kota

4.

Dua orang Staff/pegawai di Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan


Kota

5.

Dua orang staff/pegawai di Bidang Penataan Kebersihan Kota

6.

Lima orang sebagai sampel dari populasi masyarakat yang bermukim di


Kota Makassar

35

III. 7 Teknik Pengumpulan Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para
informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang
mendukung pernyataan informan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Lofland
and Lofland dalam Moleong28 bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1.

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejalagejala yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti
yang menempatkan diri sebagai pengamat (recognized outsider) sehingga
interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan
melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan
mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh
tentang objek yang akan diteliti.

2.

Wawancara yaitu metode ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal


yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan di Kota Makassar.

3.

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan


tertulis, terutama berupa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku,

28

Ib.Id Hal 117

36

dokumen resmi maupun statistik yang berhubungan dengan masalah


penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan
terhadap bahan-bahan yang tertulis.
III. 8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana
yang dikemukakan Moleong29, proses analisis data kualitatif dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan
dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman
yang inti, proses dan pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada
didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya kedalam satu-satuan
itu, kemudian dikategorikan pada langkah berikutnya. Tahap terakhir dari
analisa data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Dalam penelitian ini, data-data tentang pengelolaan persampahan di
Kota Makassar didapatkan, baik melalui wawancara maupun dokumentasi
disajikan secara menyeluruh, kemudian dipilih data yang diperlukan dan
dikelompokkan kepada kelompok informasi yang telah disusun. Apabila
didapatkan data yang kurang, maka dilakukan penyempurnaan data dengan
mencari kembali, baik melalui wawancara atau dokumen yang ada, dan
setelah itu dilakukan pemaparan dan analisa terhadap data yang ada.
29

Ib.Id Hal 189

37

Anda mungkin juga menyukai