Anda di halaman 1dari 16

CORPUS ALIENUM

BAB I
PENDAHULUAN

Corpus alienum atau benda asing merupakan penyebab terpenting dari


morbiditas dan mortalitas pada bagian pediatric. Corpus alienum berupa
mineral inert dapat bertahan di tempat untuk waktu yang lama tanpa
menimbulkan gejala dan insersinya mungkin tidak dicurigai kalau tidak
secara cermat/meneliti setiap bagian dari mainan anak-anak sebelum
membenahi dan merapikannya. 1,2
Bahan- bahan asing yang sering ditemukan biasanya merupakan
makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga yang kecil. Adanya benda
asing pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak
cenderung memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati.
Benda asing yang lazim ditemukan pada anak-anak adalah uang logam,
permen, mainan plastic yang berwarna-warni , manik-manik, kancing,
kelereng, kacang-kacangan, kapas dan sebagainya.3
Kasus-kasus corpus alienum terutama terjadi pada anak. Untuk
menegakkan diagnosis tidaklah begitu sukar, bila kita waspada terhadap
gejala-gejala yang timbul dan juga terutama bila pada anamnesis ada batukbatuk, sesak nafas dan mengi sesudah penderita tersedak ketika makan.
Beratnya gejala yang timbul tergantung dari lokalisasi, besar dan jenis
benda asing tersebut. 4
Tersedak benda asing merupakan keadaan gawat darurat yang dapat
terjadi pada semua usia, terutama pada bayi dan anak usia kurang dari 3
tahun. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan gigi molar yang belum
sempurna, kecenderungan anak untuk memasukkan benda ke dalam mulut
sebagai cara mereka mengenali objek di sekitar mereka dan seringkali
berteriak, menangis atau berlari dengan objek di dalam mulut. Pada orang
dewasa insidensi aspirasi benda asing sering pada usia dekade ke enam dan
THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
ke tujuh. Hal tersebut disebabkan oleh proteksi jalan nafas pada usia
tersebut tidak adekuat. 5
Lima puluh lima persen dari kasus benda asing di saluran nafas
terjadi pada anak umur kurang dari 4 tahun. Pada tahun 1975 anak dibawah
umur 4 tahun, insidens kematian mendadak akibat aspirasi atau tertelan
benda asing lebih tinggi. Bayi di bawah umur 1 tahun, gawat nafas karena
aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian. 1,5
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya
tidak terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan
diagnosis pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada hidung dapat
dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang
minimal. Hasil pemeriksaan radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak
ataupun kaku sering digunakan untuk memperkuat diagnosis dan untuk
mengeluarkan benda asing. Dokter harus memiliki beberapa kecurigaan
untuk benda asing pada anak-anak dengan gejala saluran nafas atas yang
tidak dapat diterangkan. Sangat penting untuk mengetahui anatomi dan
indikasi untuk dirujuk pada subspesialis. 2

Apabila kasus-kasus benda asing ini cepat didiagnosis dan


ditanggulangi dengan baik, maka hasilnya juga baik dan kerusakan organ
dapat dihindarkan. 4

BAB II

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 ANATOMI TELINGA


Menurut anatomi dan fuungsi, telinga dapat dibagi menjadi telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi,
menghantarnya dan memperkuatnya kira-kira 15dB pada sekitar 2,5kHz dan
menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran suara
menjadi gelombang cairan. Kemudia telinga dalam mengubah getaran
cairan iru menjadi rangsangan saraf. 6

Gambar 1: Anatomi Telinga luar6


Telinga Luar
Telinga luar termasuk aurikula atau spina, dan liang telinga. Liang
telinga mempunyai bagian tulang dan tulang rawan. Telinga luar
mempunyai fungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
strultur-struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta
konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga
luar mampu melindungi membrane timpani dari trauma dan benda asing.6

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan
konka hingga membrane timpani. Sepertiga bagian luar adalah tuang rawan
sedangkan duapertiga bagian dalam adalah tulang. Aliran darah untuk
telinga luar berasal dari cabang a. arotis eksterna. Inervasi-sensoris liang
telinga luar didapat dari n.V (trigeminus). Kelenjar getah bening terletak
dibawah dan menempel pada daun telinga.6,7
Telinga Tengah

Gambar 2: Anatomi telinga tengah 7


Telinga tengah terdiri dari membrane timpani, cavum timpani, tuba
eustachius dan processus mastoideus 8
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membrane
timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida
sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua, yaitu
bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pada
tensa mempunyai satu lapisan lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin.8

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of
light) kea rah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan
pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah
cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani.8
Tuba eutachius menghubungkan cavum timpani dengan nasofaring.
Muara tuba estachii berbentuk corong menonjol di nasofaring disebut
torustubarius dan dibelakangnya terdapat cekungan yang disebut fossa
Rosenmuller. 8
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari alat pendengaran (koklea) dan alat
keseimbangan ( kanalis semisirkularis,utrikulus, dan sakulus).8
Koklea merupakan pipa yang melingkar 2,5 kali pada sebuah sumbu
yang mengandung urat saraf dan pembuluh darah. Pada irisan melintang
koklea terdapat skala vestibule sebelah atas, skala media pada bagian tengah
dan skala timpani di sebelah bawah. Skala vestibule dan skala timpani berisi
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibule
disebut membrane vestibule sedangkan dasar skala media adalah membran
basalis yang terdapat organ corti didalamnya. Pada skala media ini juga
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut tektoria.8
2.2 ANATOMI HIDUNG
Dari luar, hidung berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari
atas ke bawah yaitu: pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi),
puncak hidung (hip), ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior).
Manakala hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit,jaringan kulit dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan dan menyempitkan lubang hidung. Kerangka terdiri dari
tulang hidung (os nasal), processus frontalis os maxilla, processus nasalis os
frontal. Sedangkan tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
yang terletak

di bagian bawah hidung iaitu sepasang kartilago nasalis

latelaris superior, sepasang kartilago nasalis latelaris inferior (kartilago ala


mayor) dan tepi anterior kartilago septum. 6,7
Rongga hidung/cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan,oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi cavum
nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum nasi bagian depan
disebut nares anterior

dan lubang belakang disebut koana yang

menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring. 6


Bagian cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepatnya
dibelakang nares anterior pula disebut vestibulum.Vestibulum ini dilapisi
oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut panjang
yang disebut vibrise. Tiap cavum nasi mempunyai 4 buah dinding iaitu
dinding medial,lateral,inferior dan superior. 6
Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh
tulang rawan dan tulang,dimana bagian tulangnya adalah lamina
perfendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os palatina sedangkan
bagian tulang rawannya adalah kartilago septum (lamina kuadrangularis)
dan kolumela.Septum nasi dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang
rawan dan periosteum pada bagian tulangnya sedangkan diluarnya dilapisi
oleh mukosa hidung. Dibagian depan septum nasi terdapat daerah yang
disebut little atau pleksus kleselbach yang merupakan tempat pertemuan
pembuluh darah di hidung. 6,7
Dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior,kemudian yang lebih kecil ialah
konka media dan yang lebih kecil lagi ialah konka superior,sedangkan yang
terkecil adalah konka suprema (biasanya rudimenter). Konka inferior
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maxilla dan labirin
etmoid,sedangkan konka media, superior dan suprema adalah bagian dari
labirin etmoid. 6

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus.Tergantung dari letak meatus ada tiga meatus
yaitu inferior,media,dan superior.Meatus inferior terletak diantara konka
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada
mestus inferior terdapat muara(ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus
medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung.
Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,sinus maxilla,sinus etmois
posterior.Meatus superior terletak diantara konka superior dan konka medis
terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid. 6,7
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh
os maxilla dan os palatum.Dinding superior atau atap hidung sangat sempit
dan dibentuk oleh lamina kribiformis,yang memisahkan rongga tengkorak
dari rongga hidung.Lamina kribiformis merupakan lempeng tulang yang
berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang seperti saringan, tempat
masuknya serabut saraf olfaktorius. Dibagian posterior atap rongga hidung
terbentuk oleh os sfenoid. Semua bangunan ini membentuk batas rongga
hidung. 7
Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Strukstur
anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosessus unsinatus,
infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris, bula ethmoid, agger nasi dan
resessus frontal. KOM merupakan unti fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior iaitu sinus
maksila, ethmoid anterior dan frontal. 8

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM

Gambar 2: Anatomi Hidung 4


Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional,
fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah: 6,7,8
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan
mekanisme imunologik lokal. Udara yang dihirup akan mengalami
humidifikasi oleh palut lendir.pada musim panas, udara hampir jenuh oleh
uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh palut lendir
sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Suhu udara yang
melalui hidung diatur sehingga berkisar 37 derajat Celcius. Fungsi pengatur
suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan
adanya permukaan konka dan septum yang luas. 6,7
2. Fungsi penghidu kerana terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu. Mukosa olfaktorius pada atap
rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum berfungsi
sebagai indera penghidu.6
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau
hilang sehingga terdengar suara sengau (rinolalia). Hidung membantu
pembentukan konsonan nasal (m,n,ng), rongga mulut tertutup dan hidung
terbuka dan palatum mole turun untuk aliran udara. 7,8

2.3 ANATOMI TENGGOROKAN


Tenggorokan adalah bagian kompleks anatomi, bukan hanya sebagai
saluran pernapasan bagian atas tetapi membantu pada tahap awal
pencernaan bersama dengan membantu bentuk pembicaraan. Secara umum
tenggorokan. Secara umum, tenggorokan terdiri dari: 6,7,8
a. Faring
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan
(nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada
bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara
melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara.6
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.6,7
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan.6

THT RSUPM

CORPUS ALIENUM
b. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding trakea tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.
Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan.6
Trakea terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di dalam
rongga dada, trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus. Di dalam paruparu, bronkus bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut
gelembung paru-paru (alveolus).6
c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu
tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian
pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari
epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan
suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.7
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut
menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katup membuka.
Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada
udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 7
d. Esophagus
Esophagus

merupakan

saluran

yang

menghubungkan

dan

menyalurkan makanan dari rongga mulut kelambung. Dalam perjalanannya

THT RSUPM

10

CORPUS ALIENUM
dari faring menuju gaster, esophagus melalui tiga kompertemen, yaitu leher,
toraks, dan abdomen. Esophagus yang berada dileher adalah sepanjang lima
sentimeter dan berjalan diantara trakea dan kolumna vertebralis, serta
selanjutnya memasuki rongga toraks setinggi manubrium sterni.6,7
Didalam rongga dada, esophagus berada dimediastinum posterior
mulai dibelakang aorta dan bronkus cabang utama kiri, kemudian akan
membelok kekanan berada disamping kanan depan aorta torakalis bawah
dan masuk kedalam rongga perut melalui hiatus esophagus dari diafragama
dan berakhir dikardia lambung. Panjang esophagus yang berada dirongga
perut berkisar dua sampai empat sentimeter. Otot esophagus sepertiga
bagian atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan otot-otot
faring, sedangkan dua pertiga bagian bawah adalah otot polos yang terdiri
atas otot sirkular dan otot longitudinal seperti ditemukan pada saluran cerna
lainnya. esofagus menyempit pada tiga tempat, penyempitan pertama yang
bersifat sfingter, terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara
faring dan esophagus. Yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot
polos.7
Penyempitan kedua terletak dirongga dada dibagian tengah , akibat
tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak
bersifat sfingter. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esophagus
difragama, yaitu tempat esophagus berakhir dikardia lambung, otot polos
pada bagian ini murni bersifat sfingter. Esophagus mendapat darahnya dari
banyak ateri kecil. Bagian atas esophagus yang berada dileher dan rongga
dada mendapat darah dari a. tiroidea inferior. Beberapa cabang arteri
bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esophagus dihiatus
esophagus dan rongga perut mendapat darah dari arteri frenika inferior kiri
dan cabang arteri gastrika kiri.

THT RSUPM

11

CORPUS ALIENUM
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 CORPUS ALIENUM DI HIDUNG


Gejala umumnya didapatkan rhinore unilateral disertai obstruksi nasi
unilateral sebagai keluhan utama dan keluhan lain seperti napas berbau
busuk dan secret berbau busuk. Benda asing umumnya ditemukan di
anterior vestibulum atau pada meatus inferior sepanjang dasar hidung. Tidak
satupun benda asing boleh dibiarkan dalam hidung oleh karena bahaya
nekrosis dan infeksi sekunder yang mukin timbul, dan kemungkinan aspirasi
kedalam saluran pernapasan bawah. 2
Pada pemeriksaan intranasal, umumnya rhinolit dapat ditemukan
dengan rhinoskopi anterior berupa massa kalsifikasi yang berwarna abu-abu
dan gelap, dengan konsistensi yang keras seperti batu dan permukaan yang
irregular. 9
Untuk memeriksa hidung bagian dalam dapat digunakan speculum
hidung dan penlight. Pada inspeksi akan telihat benda asing yang terjepit
dalam hidung. 9

Gambar 3: Pemeriksaan rhinoskopi anterior 9

THT RSUPM

12

CORPUS ALIENUM

Gambar 4: Letak predileksi benda asing di hidung 6


Foto rontgen dan endoskopi juga dapat memberikan informasi
tambahan dalam menegakkan diagnosa Benda asing hidung. CT-scan
terkomputerisasi bisa digunakan untuk menggambarkan ukuran dan lokasi
benda asingdengan akurat. Pemeriksaan rontgen juga bisa digunakan untuk
menguatkan dasar diagnosis dan untuk mengevaluasi efek destrukstif dari
batu tersebut di dalam rongga nasal. 9,10

Gambar 5: Benda asing dalam hidung 10


Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengeluarkan benda asing
dari dalam hidung, diantaranya adalah dengan menggunakan pengait (hook),
Suction-tip catheter, dan Balloon catheters. Kebanyakan benda asing pada

THT RSUPM

13

CORPUS ALIENUM
hidung bisa diambil dengan mudah dan aman oleh dokter umum. Kebutuhan
untuk melaksanakan evakuasi yang darurat jarang terjadi, dan oleh karena
itu dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi instrumen maupun
pasien. Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien kooperatif dan bisa
dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan pertama hanya akan
membuat percobaan berikutnya lebih sulit.2,9
Sebelum tindakan, dilakukan premedikasi dengan phenylephrine
0,5% untuk mengurangi edema mukosa hidung dan semprotkan juga
lidokain aerosol sebagai anestesi lokal.1 NFB dapat dikeluarkan oleh klinisi
yang berpengalaman dan yakin dapat mengeluarkannya. Bila klinisi ragu
untuk ekstraksi, sebaiknya tidak dipaksakan dan dirujuk ke dokter spesialis
THT secepatnya. Upaya pengeluaran benda asing yang berulang namun
tidak berhasil dapat menimbulkan trauma dan berpotensi mendorong benda
asing semakin dalam. Proses ekstraksi juga tidak boleh dilakukan dengan
instrumentasi yang tidak optimal. Proses pengeluaran dilakukan dalam
sedasi adekuat jika pasien tidak kooperatif.
Terdapat beberapa teknik pengeluaran benda asing dalam hidung.
Penggunaan salah satu teknik disesuaikan dengan jenis benda asing,
peralatan yang tersedia, dan kenyamanan klinisi dalam melakukan teknik
tersebut. Untuk benda asing yang dapat terlihat dengan mudah, tidak bulat,
tidak rapuh, sebagian besar klinisi menggunakan instrumentasi langsung.
Jika objek tidak mudah terlihat, berbentuk bundar, atau tidak dapat
dikeluarkan dengan instrumentasi langsung, digunakan kateter balon. Untuk
objek yang besar dan menyumbat, digunakan teknik tekanan positif.
1. Instrumentasi langsung/ Direct instrumentation
Teknik ini digunakan untuk mengeluarkan benda asing yang dengan
mudah terlihat, tidak bundar, dan tidak rapuh. Instrumen yang dapat
digunakan adalah hemostats, forceps alligator, dan bayonet. Benda asing
yang bulat sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena sulit dijepit. Kesalahan

THT RSUPM

14

CORPUS ALIENUM
minimal dapat mendorong benda asing lebih ke posterior. Sedangkan benda
asing yang rapuh sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena mudah hancur.

Pengait
Pengait digunakan untuk objek yang dengan mudah terlihat namun

sulit untuk dijepit. Pengait diletakkan di belakang benda asing kemudian


dirotasikan sehingga pengait berada pada sudut yang lebih di belakang dari
objek. Objek kemudian ditarik keluar.

Gambar 6. Pengait (hook) untuk mengambil benda asing di hidung


Forsep berkait (bayonet atau aligator) bisa digunakan untuk
mengambil benda asing. Bila benda asing ukurannya kecil dan terletak dekat
dengan nares anterior, maka bisa dengan mudah diambil dengan
menggunakan forsep. Namun benda asing yang besar, padat, halus, dan
bulat cenderung lebih sulit untuk diraih dan bisa terdorong lebih jauh ke
dalam bila menggunakan forsep.

Gambar 8. Hartman Alligator Forceps

THT RSUPM

15

CORPUS ALIENUM
REFERENSI
1. Lalwani, M. Diagnosis & Treatment in Otolaryngology- Head &
Neck Surgery. Amerika. The McGraw-Hill Companies.2008.
2. Ludman, Harold. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga Hidung
dan Tenggorokan. Jakarta. Hipokrates. 1996
3. Adams, George L. Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Ahli bahasa,
Caroline Wijaya. Ed 6. Jakarta. EGC. 1997.
4. Sugito, HMM Tarigan, LS Soeroso, RS Parhusip. Benda Asing di
Saluran Pernapasan. Bagian Ilmu Penyakit Paru, Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara. UPF Paru Rumah Sakit Dr Pirngadi,
Medan. 1992
5. Novialdi, Ade Asyari. Benda Asing Ikan di Hipofaring. Bagian
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang
6. Keel,Zakboek;et.all. Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung dan
Telinga. Edisi 12. Jakarta: EGC.2009.
7. snell
8. Ballenger, JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher jilid dua. Alih bahasa, staf ahli bagian THT RSCM FKUI. Ed
13. Jakarta. 1997.
9. Efiaty AS dkk.

Buku

Ajar

Ilmu

Kesehatan

Telinga,

Hidung,Tenggorokkan-Kepala Leher Ed 6. Jakarta. FKUI. 2007.


\

THT RSUPM

16

Anda mungkin juga menyukai