Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Febris atau peningkatan suhu tubuh merupakan salah satu manifestasi umum
penyakit infeksi, namun dapat juga disebabkan oleh penyakit non infeksi ataupun
keadaan fisiologis. Febris didefinisikan sebagai keadaan kenaikan suhu tubuh.
Batas kenaikan suhu adalah 37,8 o C bila diukur secara oral atau diatas 38,4 o C
pada pengukuran di rektal.1
Observasi febris merupakan suatu keadaan penderita dengan demam tujuh
hari atau lebih dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan penunjang belum jelas
kearah diagnosis yang pasti.1
Anak dengan observasi febris sangat sering dijumpai. Ada beberapa
diagnosis yang sering merupakan diagnosa banding pada penderita dengan
observasi febris, yaitu antara lain malaria, infeksi saluran kemih, demam tifoid,
dan tuberkulosis. Keempat diagnosis banding tersebut memiliki gejala sama yaitu
febris lebih dari tujuh hari.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan teliti sangat membantu
dalam

menegakkan

diagnosis,

sehingga

akhirnya

penderita

mendapat

penatalaksaan yang tepat.,1,2


Namun bila pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain
tidak menunjang ke arah suatu diagnosis dan penderita sudah tidak demam, maka
penderita dipulangkan dengan diagnosa demam tanpa kausa jelas (febris causa
ignota atau fever of unknown origin = FUO)1-2.
Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka morbiditas dan mortalitas malaria masih cukup tinggi,
terutama di luar Jawa dan Bali. Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau
kronik yang disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam
rekurens, anemi dan splenomegali.1
Infeksi saluran kemih merupakan keadaan dimana kuman bertumbuh dan
berkembang biak di dalam traktus urinarius dengan jumlah yang bermakna. Pada
1

masa neonatus sampai umur 3 bulan, infeksi saluran kemih lebih banyak di
temukan pada bayi laki-laki. Bakteri penyebab yang paling banyak ialah golongan
Enterobakteriaceae yang berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. E.
coli merupakan penyebab 70-80 % pada infeksi saluran kemih yang biasa
(simplek).
Demam tifoid adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran cerna
ditandai dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan saluran cerna,
dan adanya gangguan kesadaran. Insiden terjadinya sudah menurun untuk negara
negara maju, tetapi untuk negara berkembang insidennya masih tinggi sehingga
masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Di Amerika angka kejadian
demem tifoid sekitar 150 kasus per 100.000 penduduk pertahun. Untuk asia 900
kasus per 100.000 penduduk. Di Indonesia demam typhoid merupakan penyakit
endemik dengan usia penderita tebanyak 3-19 tahun sekitar 91 %.1,4
Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di negara maju dan
berkembang termasuk Indonesia baik dari segi morbiditas maupun mortalitas.
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1995, TB merupakan penyebab
kematian nomor 3 dari seluruh kelompok usia dan nomor 1 diantara penyakit
infeksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyajikan kasus
seorang anak dengna diagnosis observasi febris dan gizi baik yang mendapatkan
perawatan rawat inap di RSUP Dr. Kariadi semarang.
A. Rumusan Masalah
Apakah mahasiswa mampu menegakkan diagnosis suatu penyakit dan
melakukan pengelolaan atas penyakit yang ada?
B. Manfaat
Manfaat laporan kasus besar ini adalah sebagai media belajar agar mahasiswa
mengetahui cara menegakkan dan melakukan pengelolaan terhadap penderita
observasi febris, dengan gizi baik.

BAB 2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. A J

Umur

: 6 tahun 11 bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Pedurungan Lor Rt III /Rw V. Pedurungan, Semarang

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

No. CM

: B191075

Bangsal

: CI LII

Tanggal Masuk

: 20 Juni 2005 (pkl 09.40 WIB)

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah

: Tn. S K

Nama Ibu

: Ny. S Y

Umur

: 34 tahun

Umur

: 34 tahun

Alamat

: Pedurungan Lor

Alamat

: Pedurungan Lor

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Buruh Bangunan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

B. DAFTAR MASALAH
No.
Masalah Aktif
1. Observasi febris
2.

Gizi baik

Tgl
No.
20/06/2005

Masalah Pasif

Tgl

20/06/2005
3.

Sosial ekonomi

20/06/2005

kurang
C. ANAMNESIS
3

Alloanammesis dengan ibu penderita tanggal 20 Juni 2005 pukul 14.30 WIB
a. Keluhan Utama : Panas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
-

14 hari anak panas, panas naik turun. Panas tinggi terutama


malam hari dan turun pagi hari, turun tidak sampai normal (panas nglemeng).
Tidak menggigil, tidak kejang, batuk, ngekel, tidak ada dahak, tidak pilek, tidak
ada keringat malam hari, nafsu makan menurun, berat badan turun (dalam 2
minggu berat badan turun 2 kg). Tidak ada mual, tidak ada muntah, nyeri perut
hilang timbul, timbul terutama bila panas. Tidak ada nyeri telan. Tidak ada keluar
bintik-bintik seperti digigit nyamuk. Kencing tidak ada keluhan, jumlah cukup,
tidak ada nyeri saat buang air kecil, tidak ada rasa panas saat buang air kecil.
Berak sulit. Terakhir buang air besar 3 hari yang lalu, lembek, kuning, tidak ada
darah, tidak ada lendir. Anak suka jajan diwarung. Riwayat bepergian ke daerah
endemis malaria (+) ke Purbalingga piknik sekolah 2 minggu sebelum anak
panas.
Kemudian anak dibawa ke dokter praktek 24 jam, diberi dua macam obat syrup
( ibu penderita lupa namanya) dan puyer. Minum obat teratur, panas turun setelah
minum obat, namun tidak lama panas naik lagi. Batuk dan nyeri perut tidak
berkurang.

3 hari yang lalu anak dibawa ke UGD RSDK dan diberi satu
macam obat puyer, minum obat teratur, namun keluhan tidak berkurang,
kemudian anak dibawa ke poli anak RSDK, dan disarankan untuk rawat inap.
Dari kecil nafsu makan anak baik, namun anak sering sakit, saat sakit nafsu anak
menurun, anak jadi sulit makan. ASI eksklusif diberikan hingga usia anak 3 bulan,
namun ASI masih terus diberikan hingga anak usia 2 tahun. Usia 3 bulan-1 tahun,
bubur sun setengah sachet, 3 kali sehari habis. Jika anak bosan diselingi dengan
bubur nasi, 1 piring kecil dengan lauk telur, ikan, tahu, tempe daging kadangkadang, dengan sayur bayam, wortel, habis. Buah pisang setengah, dilembutkan,
satu kali sehari, habis.

Usia 1 tahun - sekarang, nasi dengan telur, ayam, bandeng, tahu, tempe sayursayuran bayam, kangkung, wortel, kadang buah (pisang, jeruk, pepaya) 3 x sehari,
1 piring kecil, habis.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita batuk, pilek, mencret.

Anak pernah sakit seperti ini ( 3 tahun yang lalu), panas naik turun 3
minggu, batuk ngekel, nyeri perut terutama bila panas, diperiksa darah dan
kencing di RSDK, dinyatakan tidak ada kelainan, diberi obat rawat jalan.

Anak sering batuk, hilang timbul.

Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (+), nenek penderita tinggal
serumah dengan penderita selama 1 tahun.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Nenek penderita batuk lama namun belum pernah berobat.

Saudara sepupu penderita (teman bermain penderita) pernah dirawat selama


10 hari di RSDK ( 3 bulan yang lalu) karena sakit tifus.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah penderita seorang buruh bangunan, pendapatan per bulan tidak tetap. Ibu
penderita tidak bekerja, pendapatan rata-rata per bulan Rp. 300.000,00.
Menanggung 3 orang anak, belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung
keluarga.
Kesan sosial ekonomi: kurang
f. Riwayat pemeliharaan prenatal
Prenatal: di bidan, 9x, suntik TT 2x. Penyakit kehamilan disangkal, riwayat
perdarahan disangkal, riwayat trauma disangkal, obat yang diminum selama hamil
: vitamin dan tablet tambah darah.

g. Riwayat kelahiran
No

Kehamilan dan Persalinan

Tgl lahir/umur

1.

, aterm, spontan, dukun, berat lahir: tidak tahu

13 tahun

2.

, aterm, spontan, dukun, berat lahir : tidak tahu

10 tahun

3.

, aterm, spontan, dukun, berat lahir : tidak tahu

4.

Abortus, 4 bulan, kuret (+)

7 juli 2005
(6 tahun 11 bulan)

h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan postnatal di bidan, keadaan anak sehat.
i. Riwayat kontrasepsi
Ibu penderita mengikuti KB dengan sistem steril sejak 3 tahun yang lalu
j. Riwayat Imunisasi
BCG

: 1 x ( 0 bulan ), skar (+)

DPT

: 3 x ( 2,3,4 bulan )

Polio

: 4 x ( 0,2,3,4 bulan )

Hepatitis B

: 3 x ( 0,1,6 bulan )

Campak

: 1 x (9 bulan)

Kesan: imunisasi dasar lengkap sesuai umur.


Imunisasi ulangan (booster) belum dilakukan.
k. Riwayat Makan dan Minum anak
Usia 0-3 bulan, ASI semau anak sampai umur 2 tahun kemudian dihentikan
dengan alasan ASI tidak keluar lagi.
Usia 3 bulan-1 tahun, bubur sun setengah sachet, 3 kali sehari habis. Jika anak
bosan diselingi dengan bubur nasi, 1 piring kecil dengan lauk telur, ikan,
tahu, tempe daging kadang-kadang, dengan sayur bayam, wortel, habis.
Buah pisang setengah, dilembutkan, satu kali sehari, habis.

Usia 1 tahun - sekarang, nasi dengan telur, ayam, bandeng, tahu, tempe sayursayuran bayam, wortel, kangkung, kadang buah (jeruk, pepaya, pisang) 3 x
sehari, 1 piring kecil, habis.
Kesan : kuantitas cukup kualitas kurang, penyapihan terlalu dini
l.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak

Pertumbuhan :
Berat badan lahir tidak tahu, panjang badan lahir tidak tahu, berat badan
sekarang 15,6 kg, panjang badan 111 cm, lingkar kepala 49 cm (mesosefal).
Dari lahir sampai umur 1 tahun,

pertumbuhan anak berdasar KMS

mencapai normal growth, dari usia 1 tahun hingga sekarang anak sering
sakit, kuantitas makan baik, kualitas makan kurang, status gizi kurang.
(KMS terlampir)
Perkembangan :
Senyum 2 bulan, miring 3 bulan, tengkurap 5 bulan, duduk 7 bulan, gigi
keluar 7 bulan, merangkak 9 bulan, berdiri 12 bulan, berjalan 12 bulan
Saat ini anak sekolah TK O besar (tidak pernah tinggal kelas)
Kesan: Pertumbuhan : sesuai umur
Perkembangan : sesuai umur
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 20 Juni 2005 pukul 15.00 WIB
Seorang anak Laki-laki, umur 6 tahun 11 bulan, BB: 15,6 kg, TB: 110 cm
Keadaan umum

Sadar, kurang aktif, tampak lemah, tampak kurus

Tanda vital

Heart rate

: 120 x/menit

Respiratory rate

: 24 x/ menit

Nadi

: isi dan tegangan cukup

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Suhu

: 37,8o C

Kepala

Lingkar kepala: 49 cm, mesosefal


Ubun-ubun besar datar

Kulit

Tidak sianosis, Tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada petekiae.


Turgor kembali cepat

Rambut

Hitam, tidak mudah dicabut.

Mata

Tidak ada konjungtiva palpebra anemis, tidak ada sklera ikterik

Telinga

Tidak ada discharge

Hidung

Tidak ada epistaksis, tidak ada nafas cuping

Mulut

Bibir tidak sianosis, tidak kering, lidah

tidak kotor, tidak

tremor dan tepi lidah tidak hiperemis. Karies gigi (-), tidak ada
gusi berdarah
Tenggorok

T1-1, faring tidak hiperemis (-)

Leher

Pembesaran kelenjar limfe (+) / (+) diameter 1 cm,tunggal,


warna sama dengan kulit, mudah digerakkan, kenyal, tidak
nyeri tekan.
Kaku kuduk (-)

Dada

Simetris, Statis, Dinamis

Pulmo:
Inspeksi

Simetris, statis dinamis, tidak ada retraksi

Palpasi

Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

Suara dasar vesikuler


Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran +/+
Hantaran (+)/(+)

Jantung :
Inspeksi

Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

Iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial linea


medioklavikula sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar

Perkusi

Batas kiri

sela

iga

cm

medial

linea

medioklavikularis kiri

Batas atas

Batas kanan :
Auskultasi

sela iga II linea parasternal kiri


linea parasternalis kanan

Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), bising (-).


M1>M2, A1<A2, P1<P2

Abdomen :
Inspeksi

datar, venektasi tidak ada

Auskultasi

bising usus (+) normal.

Perkusi

tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Palpasi

supel, hepar, lien tidak teraba

Ekstremitas

superior

inferior

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Edema

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

Pucat

-/-

-/-

Petekiae

-/-

-/-

Muscle wasting

-/-

Baggy pants
Genitalia

-/-/-

: Laki-laki , belum sirkumsisi


pembesaran kelenjar limfe inguinal (-)

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 20 Juni 2005


Tinja : Kemih : Makroskopis: Kuning, jernih, buih (-), jumlah cukup
Darah :
Hb : 11,2 g%
Ht : 34 %
Leukosit : 9200/ml
Trombosit : 770.000/ml
Kesan : Trombositosis
Urin Rutin :
Bj : 1,025
PH : 5,00
Protein : 25 g
Epitel : 2/3 LPK
Leukosit : 1/2 LPB
Eritrosit : 3/5 LPB
Bakteri : (+)
Kesan : Bakteriuria

X- Foto Thorax
Cor : CTR < 55%
Pulmo : Corakan vaskuler meningkat
Tampak bercak kesuraman di parahiler dan parakardial
Hilus kanan kiri melebar
Diafragma dan kedua sinus kostofrenikus baik
Kesan : Gambaran Bronkopneumoni
DD: Proses spesifik
Hitung jenis :E0 /B0 /St1 /Sg38/L61 /M0
Kesan : Sistem eritropoetik : hemolisis
Sistem granulopoetik : infeksi bakteri
Sistem trombopoetik : trombositosis
F.

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Laki-laki, 6 tahun 11 bulan, BB : 15,6 kilogram, TB : 111 cm
WAZ: 15,6 22,7
2,60
HAZ

= - 2,73 SD

: 111 121,2 = - 2,04 SD


5,00

WHZ

: 15,6 19,0 = - 2,12 SD


1,6
Kesan : gizi kurang
G . DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
1.

Observasi febris
DD :

Malaria

Infeksi Saluran Kemih

Demam Tifoid

Tuberkulosis paru

2. Gizi kurang

10

Diagnosis Sementara
1. Observasi febris
2. Gizi kurang
H. INITIAL PLAN
1. Observasi febris
DD : Malaria
ISK
Demam Tifoid
TB Paru
Assesment
Dx

:
: S: O: Kultur darah
PPD5TU, LED
Kultur darah tifoid dan tes widal
Malaria

Tx

Infus D5% 960/40/10 tetes/menit


+ NaCl 5% 19 cc } dalam
+ KCl otsuka 16 cc} 500 cc D 5%
Injeksi Ampisillin 3x250 mg iv (tes dulu)
Per oral :
-

Parasetamol 3x1 cth

Vitamin B complex 3x1 tab

Vitamin C 3x50 mg

Ambroxol 3x8 mg

Mx

: - keadaan umum, tanda vital (suhu)

Ex

: - menjelaskan kepada orang tua perlunya melakukan beberapa


pemeriksaan untuk mengetahui penyebab dari panas anak

2. Gizi kurang

11

Dx

: S:O: -

Tx

: Diet :
-

3 x lunak lauk saring

3 x 200 cc susu sapi

Mx

: keadaan umum, tanda vital, BB, akseptabilitas makanan

Ex

: Menjelaskan kepada orang tua penderita untuk lebih memperhatikan


asupan gizi anaknya dan memenuhi kebutuhan gizi anaknya

Kebutuhan Cairan, Kalori dan Protein


BB : 15,6 kg
Cairan

Kalori

Protein

(1280 cc)
960

(1280 kkal)
100,8

(46,8 gram)
-

300

1017

43,26

600

366

18,6

Jumlah

1860

1483,8

61,86

Kecukupan (%)

145,3

115,9

132,17

Kebutuhan 24 jam
Infus D 5 %
3 x lunak lauk
saring
3x200cc susu sapi

12

I. CATATAN KEMAJUAN
TANGGAL
KELUHAN

21/06
Panas turun, sakit
perut,belum berak 5
hari, batuk

22/06
Sakit perut hilang
timbul, belum
berak 6 hari, batuk

KU

sadar,
kurang aktif, tampak
lemah
110

sadar,
kurang aktif,
tampak lemah
108

sadar,
kurang aktif
112

sadar,
kurang aktif,
tampak lemah
130

28
37,5

26
37
tetap

28
37
tetap

30
38,5
tetap

TV : HR
(x/)
RR(x/)
t (C)
PF
Kepala :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Leher
Pulmo :

Abdomen :

LK 49 cm, mesosefal
konj palp anemis(-)
sclera ikterik (-)
epistaxis (-)
bibir sianosis (-),
gusi berdarah (-)
Simetris, pembesaran
nnll +/+ diameter 1
cm, mobile, kenyal,
tidak nyeri tekan,
warna sama
SD vesikuler, ST
Hantaran +/+
Ronkhi -/datar, supel, bising
usus (+)N, Nyeri
tekan epigastrium

23/06
batuk

24/06
panas, sakit perut,
batuk

25/06
Panas semalam,
sakit perut, muntah
1 x seperti yang
dimakan dan
diminum, nyemprot
(-)
sadar,
kurang aktif,
tampak lemah
128

26/06
Batuk

27/06
Batuk

Sadar,kurang
aktif

Sadar, aktif

100

98

24
37,1
tetap
Nyeri tekan
epigastrium (-)

24
37
tetap

26
37
tetap

13

Ekstremitas :
RL (-)
LAB

DIAGNOSA

TERAPI

(+), Hepar /Limpa


tak teraba
sianosis
-/- -/edema
-/- -/pucat
-/- -/ptechiae
-/- -/Leu : 8800/mm
Tr : 630.000/mm
LED I : 78 mm
II : 105 m
Hitung jenis
0/0/0/75/24/1
Tes Widal
Serologi : material
darah
St O (-)
St H (-)
Sp AO (-)
Sp AH (-)
Sp BO (-)
SPBH (-)
- Observasi febris
DD Malaria
ISK
Demam tifoid
TB
- gizi kurang
Infus D 5%
960/40/10 tts/
+ Nacl 5% 19 cc
+ KCl Otsu 16 cc

PPD5TU 24 jam (-)

PPD5TU 46 jam
(-)

- Observasi febris
DD Malaria
ISK
Demam
tifoid
TB
- gizi kurang

- Observasi
febris
DD Malaria
ISK
Demam
tifoid
TB
- gizi kurang
Infus D 5%
960/40/10 tts/
+ Nacl 5% 19 cc
+ KCl Otsu 16 cc

Infus D 5%
960/40/10 tts/
+ Nacl 5% 19 cc
+ KCl Otsu 16 cc

PPD5TU 72 jam (-)

BCG 24 jam (+)


diameter 10 mm

BCG 48 jam (+)


diameter 15 mm

- Bronkopneumonia - Bronkopneumonia - Bronkopneumo


DD proses spesifik DD proses spesifik nia
- gizi kurang
- gizi kurang
DD proses
spesifik
- gizi kurang

Infus stop
Ganti cairan peroral
Po:
Cefotaxim 3x500

Cefadroksil
2x350mg
Parasetamol 3x1
cth (bila panas)

tetap

Kultur darah
steril

- TB Paru
- Gizi kurang

Rifampisin
160 mg
Isoniazid 160
mg

14

dalam D5% 500 cc


Inj. Cefotaksim
3x500 mg iv
Per oral :
parasetamol 3x1
cth
vit bc 3x1 tab
vit c 3x50 mg
Ambroksol 3x8 mg
Diet :
3x lunak lauk saring
3x200 cc susu

PROGRAM

Kultur darah
Kultur Urin
PPD5TU

dalam D5% 500 cc


Inj. Cefotaxim
3x500 mg iv
Per oral :
paracetamol 3x1
cth
vit bc 3x1 tab
vit c 3x50 mg
Ambroxol 3x8 mg
Dulcolac Supp 1x1
Tab
Diet :
3x lunak lauk
saring
3x200 cc susu
- Tunggu kultur
darah

dalam D5% 500


cc
Inj. Cefotaxim
3x500 mg iv
Per oral :
paracetamol 3x1
cth
vit bc 3x1 tab
vit c 3x50 mg
Ambroxol 3x8 mg
Diet :
3x lunak lauk
saring
3x200 cc susu
- BCG tes

mg
Paracetamol 3x1
cth
Vit BC 3x1 tab
Diet :
3x lunak lauk
saring
3x200 cc susu

Vit BC 3x1 tab


Antasid 3x1/2 cth
Diet :
3xlunak lauk saring
3x200 cc susu

Pirazinamid
300 mg
B6 3x1 tab
Diet :
3xnasi
3x200cc susu

Pulang

15

J. HASIL KUNJUNGAN RUMAH


Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 9 Juni 2005 pukul 17.00 WIB.
1. Keadaan rumah
Status rumah

: milik sendiri

Ukuran

: luas rumah 10x 8 m2

Penghuni

: 5 orang

Teras rumah

: (+) luas 1x2 m2 lantai semen

Halaman rumah

: (+) luas 3x4 m2

Dinding rumah

: tembok

Lantai rumah

: semen

Ruangan

: 1 ruang digunakan sebagai ruang tamu ukuran 4x5


m2, 3 ruang tidur masing-masing ukuran 3x2,5 m2 ,
1 dapur 2x4 m2, 1 ruang makan ukuran 2x2 m2, 1
gudang, 1 kamar mandi merangkap WC.

Ventilasi

: terdapat 2 jendela di ruang tamu, @ 1x1,5 m2 ,


jarang dibuka, jendela di kamar tidur masingmasing @ 1x1 m2

Pencahayaan

: cahaya matahari masuk melalui pintu, jendela di


ruang tamu jarang dibuka, jendela kamar tidur
dibuka namun pencahayaan kurang memadai.

Kebersihan

: cukup bersih kurang rapi

Sumber air

: air PDAM, jumlah cukup, kualitas air cukup bersih,


terlihat jernih, tidak berbau, digunakan untuk
mandi, masak dan mencuci.

Tempat sampah

: sampah dikumpulkan lalu dibuang ke tempat


pembuangan yang berjarak 200 m dari rumah

Pembuangan limbah : limbah rumah tangga di buang melalui selokan di


samping rumah (selokan sempit, tergenang, tidak
tertutup)

16

2. Kebiasaan sehari-hari:
Ayah bekerja sebagai buruh bangunan, jam kerja dan hari kerja tidak tentu.
Ibu tidak bekerja, sehari-hari di rumah megurus rumah dan anak-anak.
Tiap hari anak ke sekolah berangkat diantar ibunya kemudian pulang
dijemput . Ibu di rumah sendiri mengurus rumah, terkadang bersama ayah
jika ayah sedang tidak ada pekerjaan. Makanan dan minuman di masak
dahulu sebelum dimakan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun.
Makanan di meja di tutup dengan tudung saji. Pakaian kotor dicuci tiap
hari. Rumah disapu 2 kali sehari. Sampah dikumpulkan lalu dibuang ke
tempat pembuangan yang berjarak 200 m dari rumah. Rumah dan halaman
setiap hari disapu 2 kali setiap hari. Jika ada keluarga sakit dibawa ke
dokter praktek terdekat.
3.

Lingkungan
Rumah terletak di daerah Bulu lor Rt III Rw V, kabupaten Semarang
dengan pemukiman penduduk yang jarang. Letak rumah berjauhan
dengan tetangga. Depan rumah lahan ditanami pohon pisang dan padi,
sebelah kiri lahan kosong ditanami pohon pisang, sebelah kanan tetangga
0,5 meter dari rumah. Pelayanan kesehatan terdekat berupa posyandu,
terletak 500 m dari rumah.
Kesan : ukuran rumah cukup memadai bagi penghuni, kondisi bangunan
rumah dan kebersihan cukup baik, ventilasi dan pencahayaan kurang,
kebiasaan sehari-hari baik, lingkungan sekitar rumah sepi.

17

4. Gambar Denah Rumah


KM / WC
GUDANG

DAPUR

KAMAR 3

R. MAKAN

KAMAR 2
R. TAMU

KAMAR 1

TERAS

5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tanggal 1 juli 2005
Keadaan umum

Sadar, aktif

Tanda vital

Heart rate

: 100 x/menit

Respiratory rate

: 24 x/ menit

Nadi

: isi dan tegangan cukup

Suhu

: 37o C

Kepala

Lingkar kepala: 49 cm, mesose

Kulit

Tidak sianosis, Tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada


petekiae. Turgor kembali cepat

Rambut

Hitam, tidak mudah dicabut.

Mata

Tidak ada konjungtiva palpebra anemis, tidak ada sklera


ikterik

Telinga

Tidak ada discharge

Hidung

Tidak ada epistaksis, tidak ada nafas cuping

18

Mulut

Bibir tidak sianosis, tidak kering, lidah tidak kotor,


tidak tremor dan tepi lidah tidak hiperemis. Karies gigi
(-), tidak ada gusi berdarah

Tenggorok

T1-1, faring tidak hiperemis (-)

Leher

Pembesaran kelenjar limfe (+) / (+) diameter 1 cm,


tunggal, warna sama dengan kulit, mudah digerakkan,
kenyal, tidak nyeri tekan.

Dada

Simetris, Statis, Dinamis

Pulmo:
Inspeksi

Simetris, statis dinamis, tidak ada retraksi

Palpasi

Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

Suara dasar vesikuler


Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/Suara tambahan -/-

Jantung :
Inspeksi

Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

Iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial linea


medioklavikula sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar

Perkusi

Batas kiri

sela iga V 2 cm medial linea


medioklavikularis kiri

Batas atas

Batas kanan :
Auskultasi

sela iga II linea parasternal kiri


linea parasternalis kanan

Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), bising (-).


M1>M2, A1<A2, P1<P2

19

Abdomen :
Inspeksi

datar, venektasi tidak ada

Auskultasi

bising usus (+) normal.

Perkusi

tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Palpasi

supel, hepar, lien tidak teraba

Ekstremitas

superior

inferior

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Edema

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

Pucat

-/-

-/-

Petekiae

-/-

-/-

Muscle wasting

-/-

Baggy pants
Genitalia

-/-/-

: Laki-laki , belum sirkumsisi


pembesaran kelenjar limfe inguinal (-)

20

BAB 3
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
Pada kasus ini dibahas seorang anak laki-laki umur 6 tahun 11 bulan
dengan diagnosis diferensial observasi febris, dan gizi baik.
Observasi febris
Febris diartikan sebagai adanya kenaikan suhu tubuh, dari batas suhu
normal yaitu 38C pada pengukuran rektal, oral 37,6C, dan aksila 37,2C2.
Observasi febris adalah suatu keadaan penderita dengan panas 7 hari atau
lebih, dimana dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan penunjang belum
jelas ke arah diagnosis yang pasti. Dalam pengelolaan penderita, diutamakan
agar secepatnya ditemukan penyebab panas guna terapi dan penyembuhan
yang optimal1. Adapun penyebab panas yang paling sering pada anak adalah
infeksi (50%)1-2, antara lain tuberkulosis, demam tifoid, infeksi saluran kemih,
dan malaria1. Namun bila pemeriksaan laboratorium tidak menunjang ke arah
suatu diagnosis dan penderita sudah tidak panas, maka penderita dipulangkan
dengan diagnosa demam tanpa kausa jelas (fever of unknown origin = FUO)12

.
Dengan demikian keempat diagnosis banding yaitu infeksi saluran kemih,

malaria, demam tifoid dan tuberkulosis, harus disingkirkan satu persatu untuk
menegakkan diagnosa observasi febris pada penderita ini.
a.

Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Secara
alamiah malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
karena itu perlu ditanyakan riwayat pergi ke daerah endemis malaria.
Malaria memiliki gejala panas yang khas, yang terdiri dari tiga stadium
yaitu stadium frigoris (menggigil), stadium acme (puncak demam) dan
stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun sampai normal). Gejala
klinis lain malaria adalah anemia, pembesaran limpa, serta komplikasi

21

seperti black water fever, ikterus dan muntah seperti empedu. bintik10.
Diagnosis malaria dapat ditegakkan dari preparat darah tebal dan tipis
yaitu dengan ditemukannya plasmodium, dimana dari pemeriksaan darah
tepi harus diulang dua sampai tiga kali tiap hari sebelum dinyatakan
negatif dan diambil pada saat penderita demam10-11.
Berdasarkan anamnesis pada penderita ini panas naik turun, naik
terutama malam hari, dan turun pada pagi hari, turun tidak sampai normal
(nglemeng). Penderita mempunyai riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria yaitu daerah Purbalingga 2 minggu sebelum penderita panas.
Penderita bepergian ke daerah tersebut selama satu hari.
Pada

pemeriksaan fisik tidak didapatkan ikterik, kencing

berwarna hitam ataupun pembesaran limpa. Dari preparat darah tipis dan
tebal tidak ditemukan plasmodium malaria. Dengan demikian diagnosis
deferensial infeksi malaria sudah dapat disingkirkan.
b. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) mencakup segolongan penyakit
dengan suatu tanda penting yang sama yaitu terdapatnya kuman dalam
jumlah yang bermakna di saluran kemih. x Pada sebagian besar anak
umumnya asimptomatik, jika ada keluhan maka dapat atau tidak
berkaitan dengan sistem kemih. Gejala sistemik berupa demam,
menggigil. Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah serta gejala
saluran kencing berupa nyeri pinggang, poliuria, enuresis, disuria,
polakisuria, urgensi, nyeri suprapubik, hematuria. Pada pemeriksaan fisik
kadang tidak ditemukan kelainan apa-apa kadang bisa ditemukan adanya
sekret, jamur, kemerahan pada genital atau nyeri tekan pada suprapubik.
Pada pemeriksaan laboratorium urin biasanya didapatkan piuria atau
lekosituria (wanita : 10/LPB, pria : 5/LPB), juga adanya peningkatan
jumlah epitel dan hematuria8. Lekosituria tidak dapat dipakai sebagai
diagnosis ISK, hanya menunjukkan adanya inflamasi. Untuk diagnostik
pasti ISK yaitu dengan biakan urin8-9. Pasien dinyatakan menderita ISK
bila9 :

22

a. Pada biakan urin, spontan bersih aliran tengah (mid stream)


terdapat > 100.000 koloni kuman tunggal per mililiter pada satu
kali pemeriksaan untuk pria dan 2 kali pemeriksaan berturut-turut
untuk wanita.
b. Pada biakan urin kateterisasi terdapat > 10.000 kuman tunggal per
mililiter pada satu kali pemeriksaan.
c. Pada biakan urin suprapubik terdapat satu saja pertumbuhan kuman
Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan penderita panas naik
turun, naik terutama malam hari dan turun pada pagi hari, panas turun
tidak pernah sampai normal (nglemeng). Tidak kejang tidak menggigil.
Tidak ada keluhan saat buang air kecil dan jumlah kencing cukup. Ada
nyeri perut, nyeri terutama dirasakan di daerah epigastrium dan nyeri
terutama saat anak panas. Tidak ada mual, tidak ada muntah.
Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan nyeri tekan supra pubik,
atau kemerahan pada genitalia, penderita belum disirkumsisi.
Dari laboratorium urin didapatkan urin warna kuning jernih, BJ
1,025, PH : 5,5, Protein 25 mg/dl, epitel : 2-3/LPK, leukosit 1-2/LPB,
eritrosit : 3-5/ LPB, bakteri (+), silinder(-). Sehingga dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan bakteriuria. Dengan
demikian diagnosis infeksi saluran kemih belum dapat disingkirkan,
untuk menegakkan diagnosa infeksi saluran kemih masih menunggu hasil
kultur urin.
c. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
saluran cerna, ditandai gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan
saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penularan terbanyak melalui
orofekal12.
Pada demam tifoid, demam timbul mendadak, naik bertahap tiap
hari dan mencapai tertinggi pada akhir minggu I, bertahan tetap tinggi
dan turun pada minggu III. Saat demam tinggi dapat terjadi gangguan
kesadaran seperti delirium, penurunan kesadaran mulai apatis sampai

23

koma. Demam dapat disertai nyeri kepala. Gangguan pada saluran cerna
bervariasi, dapat berupa obstipasi, meteorismus, diare, lidah tampak
kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan ujung kemerahan dan
tremor. Pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor di tengah dengan tepi
dan ujung merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali. Pada
pemeriksaan darah ditemukan leukopeni, limfositosis relatif dan
trombositopeni12-13.

Uji serologi Widal digunakan untuk memeriksa

antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan H. Dikatakan positif bila titer


O aglutinin sekali periksa 1/200 atau peningkatan empat kali titer O
dalam seminggu. Diagnosis demam tifoid yang berdasarkan tes Widal
saja sering tidak akurat. Diagnosis pasti diperoleh dari hasil kultur
empedu. Minggu I sediaan diambil dari darah. Minggu II dan III diambil
dari feses dan urin12.
Berdasarkan anamnesis didapatkan penderita panas selama 14
hari, demam naik turun naik terutama malam hari dan turun terutama
pagi hari, demam turun tidak sampai normal (nglemeng). Ada nyeri
perut, nyeri terutama dirasakan di daerah epigastrium dan timbul saat
penderita demam. Terdapat gangguan saluran pencernaan, dimana
penderita sulit buang air besar. Selama 2 minggu penderita baru berak 2
kali. Tidak ada perubahan pola makan. Tidak ada mual tidak ada muntah.
Ada riwayat penderita suka jajan di jalan. Sepupu penderita (teman
bermain penderita) pernah dirawat di RSDK selama 10 hari 3 bulan yang
lalu karena tifus.
Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan gangguan kesadaran saat
penderita demam., terdapat nyeri tekan daerah epigastrium, tidak ada
hepatomegali, tidak ada splenomegali, dan tidak didapatkan lidah tifoid.
Dari pemeriksaan laboratorium darah tidak menunjukkan adanya
leukopeni, hasil tes Widal negatif. Namun demikian belum dapat
menyingkirkan demam tifoid, karena dengan tes widal (+) 96 % dapat
menegakkan diagnosa demam tifoid, namun tes widal negatif belum
dapat menyingkirkan diagnosa demam tifoid.10 Sedangkan dari hasil

24

kultur darah tifoid tidak ditemukan adanya kuman Salmonella typhi,


sehingga diagnosis demam tifoid sudah dapat disingkirkan.
d. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) menduduki peringkat pertama sebagai
penyakit infeksi tersering. Penyakit TB pada anak merupakan penyakit
sistemik yang dapat bermanifestasi pada organ terutama paru. Sifat
sistemik ini karena adanya penyebaran hematogen dan limfogen setelah
terjadinya infeksi primer Mycobacterium tuberculosis. Penularan TBC
umumnya droplet infection, karena itu perlu ditanyakan riwayat kontak
dengan penderita batuk lama atau penderita yang telah terdiagnosa
TBC14-16.
Pada anak, keluhan bersifat umum dan spesifik. Demam biasanya
tidak terlalu tinggi, naik turun dan berlangsung lama. Penurunan atau
berat badan yang sukar naik perlu dicurigai bila telah dilakukan
intervensi gizi tetap belum ada perbaikan. Kadang disertai gejala batuk
lama, dan keringat malam hari. Gejala khusus yang mungkin timbul
pada anak adalah pembesaran kelenjar limfe, multipel, tidak nyeri tekan,
warna seperti kulit sekitar, juga terdapatnya gibus dan konjungtivitis
pliktenularis. Pemeriksaan foto rontgen paru pada anak tidak khas,
namun sugestif TBC bila ada gambaran pembesaran hilus paratrakeal,
ateletaksis, efusi pleura, dan gambaran milier17. Uji tuberkulin
(Mantoux) dinyatakan signifikan bila timbul indurasi dengan diameter
5 mm setelah 48 sampai 72 jam penyuntikan14-17.
-

>10 mm positif bagi yang belum mendapat imunisasi


BCG

- > 15 mm positif bagi yang sudah diimunisasi BCG


Uji tuberkulin dapat memberi hasil negatif palsu pada keadaan anergi
seperti malnutrisi, tuberkulosis berat dan demam tifoid. Ini merupakan
indikasi dilakukan tes BCG. Tes BCG dinyatakan positif bila terjadi

25

indurasi diameter 5 mm selama pengamatan selama 7 hari setelah


penyuntikan17.
Dari anamnesis pada penderita ini didapatkan panas naik turun,
naik terutama malam hari dan turun pada pagi hari, panas turun tidak
sampai normal (nglemeng). Ada batuk, ngekel, tidak ada dahak, tidak
ada keringat malam hari, nafsu makan menurun, berat badan turun
(dalam 2 minggu berat badan anak turun 2 kg).Ada riwayat kontak
dengan penderita batuk lama. Nenek penderita tinggal serumah dengan
penderita selama satu tahun dan nenek penderita batuk lama, namun
belum pernah berobat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe
daerah leher kanan dan kiri, masing-masing berdiameter 1cm, warna
sama dengan kulit sekitarnya, mudah digerakkan, kenyal, dan tidak
nyeri tekan. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara tambahan berupa
hantaran pada kedua lapangan paru.
Dari pemeriksaan foto rontgen paru didapatkan gambaran corakan
vaskuler meningkat. Tampak bercak kesuraman pada parahiler dan
parakardial. Serta didapatkan gambaran kedua hilus melebar, Sehingga
didapatkan

kesan

bronkopneumonia,

dengan

diagnosa

banding

kecurigaan proses spesifik. Pada pemeriksaan PPD5TU selama 72 jam


didapatkan hasil negatif. Disini terdapat kecurigaan adanya negatif
palsu, bisa kemungkinan adanya tuberkulosis berat atau adanya
kemungkinan penderita juga menderita demam tifoid, yang saat ini
diagnosa demam tifoid masih belum dapat disingkirkan. Sehingga
dilakukan pemeriksaan BCG tes, dimana pada pasien ini terdapat reaksi
(+) dalam waktu 24 jam, yang ditandai dengan adanya reaksi eritema
dengan diameter 10 mm. Sedangkan dengan sistem skoring didapatkan
skor 6. Yaitu didapatkan febris tanpa kausa yang jelas (1), batuk > 3
minggu (1), riwayat kontak penderita TB (1), berat badan menurun (1),

26

pembesaran kelenjar limfem kolli (1), dan adanya foto thorak dengan
gambaran sugestif TB paru (1).
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan
LED, yang menandakan adanya infeksi kronis, yang semakin
memperkuat diagnosa tuberkulosis.
Diagnosis pasti TB adalah ditemukanya M. tuberculosis pada
kultur spesimen dari bahan yang diambil dari pasien, misalnya sputum,
bilasan lambung, dan biopsi. Pada anak spesimen tersebut sulit dan
jarang didapat, disamping itu sensitivitas pemeriksaan biakan rendah,
belum

lagi

terbatasnya

fasilitas

laboratorium

yang

mampu

melakukannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis TB anak


didasarkan atas gambaran klinis, uji tuberkulin, dan gambaran
radiologis. 15
Dengan demikian diagnosa tuberkulosis pada penderita ini sudah
dapat ditegakkan.
e. Gizi kurang
Status gizi dapat ditentukan secara klinis dan secara antropometri.
Secara klinis, dilihat apakah terdapat tanda-tanda seperti flag sign, crazy
pavement dermatosis, bitot spot, old man face, stomatitis, muscle wasting,
baggy pants, atau edema. Secara antropometri digunakan Z-score dengan
interpretasi hasil sebagai berikut :
Tabel . Klasifikasi status gizi menurut Standard Z-score

WAZ
HAZ
WHZ
Berat badan lebih
Jangkung
Gemuk
Normal
Normal
Normal
Berat badan
Pendek
Kurus
rendah
Berat sangat
Sangat pendek
Sangat kurus
rendah
WAZ yang rendah dan HAZ yang normal menunjukkan indikator status gizi
>+2 SD
-2 SD s/d +2 SD
<-2 SD s/d 3
SD
< -3 SD

fase akut, sedangkan WAZ yang rendah dan HAZ yang rendah menunjukkan
indikator status gizi fase kronis4-5,19.

27

Dari penderita diperoleh data : seorang anak laki-laki usia 6 tahun 11 bulan
dengan BB= 15,6 kg, PB= 111 cm. Status gizi menurut Z score:
WAZ: 15,6 22,7
2,60

= - 2,73 SD (berat badan rendah)

HAZ

: 111 121,2 = - 2,04 SD (pendek)


5,00

WHZ

: 15,6 19,0 = - 2,12 SD (kurus)


1,6

Kesan: gizi kurang


Penderita ini untuk selanjutnya dikelola sebagai gizi kurang karena tidak ada
tanda-tanda secara klinis yang menunjukkan gizi buruk.
Penyebab gizi kurang pada penderita ini bisa diakibatkan karena
pemberian ASI eksklusif yang singkat (3 bulan). Banyak kelengkapan nutrisi
dari ASI yang tidak didapatkan oleh anak. Terlalu dininya penyapihan yang
diberikan ibu pada anak dengan alasan kurangnya pengetahuan ibu tentang
penyapihan Anak juga sering sakit-sakitan sehingga nafsu makan anak
berkurang dan intake menjadi kurang. Hubungan antara infeksi dan status gizi
kurang adalah erat dan kompleks. Di satu sisi, status gizi kurang menurunkan
kekebalan terhadap infeksi. Di sisi lain, infeksi semakin memperburuk status
gizi.
B. PENGELOLAAN
Prinsip pengelolaan meliputi aspek keperawatan, medikamentosa,
dan dietetik yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi penderita
saat ini. Pengelolaan penderita dilaksanakan melalui diagnosa cepat,
pengobatan secara cepat dan tepat serta pencegahan komplikasi yang
mungkin dapat terjadi.
1. Aspek keperawatan
Penderita dengan demam lebih dari tujuh hari perlu dirawat inap
untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan lebih lanjut, guna

28

menemukan etiologi dari demam dan mencegah timbulnya komplikasi


akibat penyakit penyebab maupun akibat demamnya sendiri.
Pasien ini pada diagnosa awal perawatan adalah observasi febris
dengan diagnosa diferensial demam tifoid, dilakukan tirah baring , posisi
tubuh diubah-ubah untuk menghindari dekubitus, menjaga kebersihan
tubuh dan tempat tidur penderita, pengawasan keadaan umum dan tanda
vital serta pemberian cairan intravena.
2. Aspek medikamentosa
Pada hari I sampai hari ke IV penderita diberikan terapi infus D 5%
10 tetes per menit, injeksi ampisillin 3x500 mg intravena pada hari I
karena diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Dengan pemberian
ampisillin keluhan penderita tidak berkurang sehingga diganti dengan
injeksi sefotaksim 3x500 mg. Sebagai terapi simptomatik diberikan
antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kg BB/kali bila penderita panas.
Sebagai terapi suportif diberikan pula vitamin C 3x50 mg dan vitamin B
komplek 3x1 tablet untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Penderita juga
mendapatkan terapi ambroksol 3x8 mg untuk mengurangi keluhan batuk.
3. Aspek dietetik
Diet yang diberikan pada penderita ini pada hari I sampai ke V
perawatan diprogram diet lunak lauk saring, sesuai dengan prinsip dietetik
yang diberikan pada penderita demam tifoid adalah cukup cairan, kalori,
dan tinggi protein, rendah/bebas serat, tidak merangsang saluran
pencernaan dan tidak menimbulkan gas.4
Pada penderita ini diberikan diet :

3xlunak lauk saring


3x200 cc susu

Anak dengan Berat badan 15,6 kg


Kebutuhan 24 jam adalah :
Cairan 1280 cc
Kalori 1280 kkal
Protein 62,4 gr

29

Cairan

Kalori

Protein

(1280 cc)
960

(1280 kkal)
100,8

(62,4 gram)
-

300

1017

43,26

600

366

18,6

Jumlah

1860

1483,8

61,86

Kecukupan (%)

145,3

115,9

132,17

Kebutuhan 24 jam
Infus D 5 %
3 x lunak lauk
saring
3x200cc susu

C. PROGNOSIS
Prognosis untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah ad bonam,
karena tidak terdapat komplikasi pada penderita dan keadaan penderita
membaik selama perawatan. Prognosis terhadap kesembuhan (quo ad sanam)
adalah ad bonam dan prognosis terhadap fungsi (quo ad fungsionam) adalah
quo ad bonam diharapkan pengobatan yang sesuai dengan kuman penyebab
dapat memperbaiki fungsi paru.

30

BAGAN PERMASALAHAN

Genetik

Penanganan/penat
alaksanaan yang
tidak optimal

Lingkuangan
Kontak TB
Pencahayaan/ventilasi
kurang

Observasi
Febris

Perilaku
Pendidikan
ibu

Preventif
Promotif
Kuratif
Rehabilitatif

Tuberculosis
Paru

Asah
Asih
Asuh

Tumbuh kembang optimal

31

BAB 4
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus seorang anak dengan observasi febris, dan gizi baik
yang telah dirawat di RSDK sejak 20 Juni 2005 sampai
Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun 11 bulan dibawa orangtuanya ke
RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan demam 14 hari, demam naik turun, naik
terutama pada malam hari, dan turun pada pagi hari, demam turun tidak sampai
normal (nglemeng). Ada batuk, ngekel. Ada nyeri perut yang hilang timbul,
timbul terutama dirasakan saat anak demam. Ada gangguan salurang cerna,
penderita mengeluh sulit buang air besar ( selama 2 minggu penderita baru buang
air besar 2 kali). Nafsu makan menurun. Berat badan penderita turun (selama 2
minggu berat badan turun 2 kg). Ada riwayat penderita sering batuk, hilang
timbul. Ada riwayat kontak dengan penderita batuk lama (nenek penderita batuk
lama dan belum perna berobat, dan nenek penderita tinggal serumah dengan
penderita selama 1 tahun). Ada riwayat suka jajan dijalan dan sepupu penderita
(teman bermain penderita) pernah dirawat di RSDK selama 10 hari 3 bulan yang
lalu karena tifus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar, kurang aktif dan tampak
lemas. Secara umum tanda vital masih normal, tidak ada pembesaran organ. Pada
pemeriksaan leher didapatkan pembesaran kelenjar limfe kanan kiri dengan
masing-masing diameter 1cm, tunggal, warna sama dengan kulit sekitarnya,
kenyal, mudah digerakkan, tidak nyeri tekan. Pada pemeriksaan paru didapatkan
suara tambahan, ronkhi di kedua lapangan paru dan hantaran di lapangan kiri
paru. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan daerah epigastrium.
Status gizi secara antropometri menurut WHO-NCHS menunjukkan gizi baik.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pemeriksaan darah kesan
trombositosis dan peningkatan LED. Pada pemeriksaan urin didapatkan kesan
bakteriuria. Pada pemeriksaan foto thorak didapatkan kesan bronkopneumonia
dengan diagnosa banding kecurigaan proses spesifik. Dan pada pemeriksaan

32

PPD5TU 72 jam negatif, sedangkan pemeriksaan BCG 24 jam didapatkan eritema


diameter 10 mm., dan BCG 48 jam didapatkan diameter 15 mm. Pada
pemeriksaan kultur darah didapatkan hasil steril.
Pada penderita ini setelah penderita didiagnosis sebagai penderita TB paru,
maka penderita mendapat obat anti tuberkulosis terdiri dari masa intensif 2 bulan,
dengan kunjungan ke poliklinik tiap 2 minggu untuk mengetahui respon dari
pengobatan yang telah dilakukan. Obat yang digunakan menggunakan first line
drug yaitu kombinasi Isoniazid, Rifampisin, dan Pyrazinamid diberikan tiap hari,
diminum pada pagi atau saat perut sedang kosong untuk mempercepat absorbsi
obat. Dosis yang diberikan yaitu Rifampisin 160 mg, Isoniazid 160 mg,
Pirazinamid 300 mg dalam bentuk sediaan puyer untuk 1xsehari. Untuk
roboransia ditambahkan vitamin B 6 3x1 tablet, untuk mencegah komplikasi
neuritis perifer oleh karena pemakaian Isoniazid yang lama.
Dari gejala klinis dinilai sudah ada perbaikan, dimana anak sudah tidak
demam, batuk jarang, dan nafsu makan anak baik. Anak juga tampak aktif dan
tidak tampak lemah.
Prognosis pada kasus ini adalah untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah
baik dan untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik dengan syarat adanya
keteraturan dalam minum obat dan tetap kontrol walaupun dalam beberapa bulan
sudah menunjukkan adanya perbaikan pada kondisi anak.
Saran : 1. Mengingat bahwa sumber penularan tuberkulosis yang utama
adalah dari tuberkulosis dewasa, maka kontak pada penderita dalam hal ini nenek
penderita sebaiknya dihindari atau sumber penularan diobati, agar penyakit yang
diderita tidak terulang lagi. 2. Anjuran kepada orang tua agar tetap memberikan
obat secara teratur sesuai ketentuan dan membawa anak kontrol teratur setiap
bulan

untuk

memantau

kesembuhan

dan

menuntaskan

pengobatan.

3.

Meningkatkan kecukupan gizi penderita, dengan tujuan untuk meningkatkan daya


tahan penderita terhadap infeksi. Peningkatan kualitas dan kuantitas makanan
disesuaikan dengan kemampuan sosial ekonomi penderita.

33

34

35

Anda mungkin juga menyukai