SKENARIO
SESAK NAPAS
Tuan Wahyu, seorang pekerja mebel, berusia 25 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
sesak napas sejak lebih dari 1 bulan terakhir, selama ini sesak napas dirasakan hilang timbul.
Selain sesak napas juga disertai dengan batuk-batuk berdahak. Sesak napas sering kambuh bila
terkena debu. Napas Tuan Wahyu berbunyi dan memiliki riwayat alergi dengan debu.
Adariwayatmerokoksejak remaja. Indeks Brinkman Tuan Wahyu termasuk kategori sedang.
Pemeriksaan fisis didapatkan adanya ekspirasi memanjang pada kedua lapangan paru. Selama ini
Tuan Wahyu merasa tidak ada gangguan pada jantung.
Dari hasil pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi napas 30 kali /menit dan ada suara napas
tambahan berupa mengi.
Dokter puskesmas kemudian memberikan obat bronkodilator karena dokter menduga Tuan
Wahyu menderita suatu penyumbatan pada saluran napas Tuan Wahyu. Untuk membantu
menegakkan diagnosis dokter melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan foto ronsen
thoraks dan pemeriksaan spirometri. Apabila terjadi serangan sesak napas yang hebat maka Tuan
Wahyu harus dirujuk ke Rumah Sakit. Tuan Wahyu harus menghentikan kebiasaan merokoknya,
menghindari faktor pencetus seperti debu dan factor lainnya.
Bagaimana anda menjelaskan tentang diagnosis banding dari kasus penyakit diatas. Apa saja
kemungkinan penyakit-penyakit yang ditandai dengan sesak napas (minimal 3 diagnosis
banding).
TERMINOLOGI ASING
Obat bronkodilator : sebuah substansi
yang dapat memperlebar luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru-paru,
dan membuat kapasitas serapan oksigen
paru-paru meningkat.
Indeks Brinkman : Indeks Brinkman itu
adalah hasil perkalian antara durasi
merokok dalam tahun dikalikan dengan
jumlah batang per hari
PENETAPAN MASALAH
1. Apa hubungan merokok dengan gangguan saluran pernapasan ?
2. Mengapa sesak napas yang dirasakan Tn. Wahyu hilang timbul ?
3. Apa hubungan alergi debu Tn. Wahyu dengan sesak napas yang
dialaminya ?
4. Apa hubungan pekerjaan dengan penyakit Tn. Wahyu ?
5. Apa saja derajat pada indeks Brinkman ?
6. Apa tujuan diberikan obat bronkodilator ?
7. Bagaimana cara penggunaan alat spirometri ?
8. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan ekspirasi
memanjang dan suara mengi ?
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Asma
8. Mahasiswa
9. Mahasiswa
10.Mahasiswa
mampu
mampu
mampu
mampu
mampu
mampu
mampu
memahami
memahami
memahami
memahami
memahami
memahami
memahami
dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
definisi Asma
etiologi Asma
patofisiologi Asma
manifestasi klinis Asma
Diagnosis Asma
diagnosis banding Asma
Pemeriksaan Penunjang
DEFINISI
ETIOLOGI
Faktor Genetik
Hipereaktivitas
Bronkus
Atopi /alergi
Faktor Lingkungan
Alergen dalam rumah (tungau
debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti
anjing, kucing, dan lain-lain).
Faktor Lain
Alergi makanan
Alergi obat-obatan (Contoh:
penisilin, sefalosporin, golongan
beta laktam lainnya, eritrosin,
tetrasiklin, analgesik, antipiretik,
dll.)
Bahan yang mengiritasi (Contoh:
parfum,spray, dll.)
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
Pemeriksaan Penunjang
2. Spirometri
Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya
gangguan di paru-paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus
digunakan untuk mengukur fungsi paru
Pemeriksaan spirometri bertujuan:
Menilai status faal/fungsi paru -paru : normal, restriksi, obstruksi,
campuran
Menentukan diagnosis penyakit : asma, penyakit paru obstrukstif
kronik (PPOK), dll
Menilai manfaat pengobatan : memadai atau belum
Memantau perjalanan penyakit apakah mengalami perbaikan
atau perburukan
Menentukan prognosis : memprediksi kondisi penyakit di masa
mendatang
Pemeriksaan Penunjang
3. Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau
pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak expiratory
flow meter (PEF meter) yang relatif sangat murah, mudah dibawa,
terbuat dari plastik dan mungkin tersedia di berbagai tingkat layanan
kesehatan termasuk puskesmas ataupun inhalasi gawat darurat.
Manfaat APE dalam diagnosis asma :
Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14
hari, atau respons terapi kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan
variabiliti APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat
digunakan menilai derajat berat penyakit (lihat klasifikasi)
DIAGNOSIS BANDING
Gejala Klinis
Asma
PPOK
-Onset
Batuk-batuk produktif
Sesak terutama bila
beraktivitas
Sesak makin lama makin
bertambah berat/progresif
Kasusnya sering
meningkat/timbul pada usia
40 >
Sangat erat hubungan
dengan perokok berat/gas
beracun
Jika timbul sejak kecil
kemungkinan terjadi akibat
defisiensi -1 antitripsin
Penatalaksanaan
ASMA
PENATALAKSANAAN ASMA
TERAPI AWAL
1.Inhalasi beta2 Agonis , selama 1 jam bertujuan untuk
bronkodilator (salbutamol, feneterol)
2.Saturasi O2 , diberikan sampai angka diatas 90%
3.Terapi Steroid Sistemik, dilakukan bila :
a. Bila tidak ada respon
b. Tingkat keparahan sudah berat
bertujuan untuk : mempercepat perbaikan, mencegah
kekambuhan, diberikan pada serangan sedang sampai
berat, mencegah kematian
Kortikosteroid
Sistemik
Kortikosteroid Oral
Metilpredinsolon
Predinsolon
Kortikosteroid Intravena
Hidrokortison
Metilpredinsolon
Kortikosteroid Inhalasi (ICS)
Bundesonid
Flutikason
Terapi Alternatif
1.Injeksi Adrenalin 0,2mg - 0,3mg
2.Injeksi Terbutalin (bronkodilator)
0,5mg
Penatalaksanaan
PPOK
1. Edukasi
Diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung
ke pokok permasalahan yang ditemukan.
2. Berhenti Merokok
Merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi
resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit.
3. Obat-obatan
a. Bronkodilator
- Gol. Antikolinergik
Kerja Singkat : Ipratropium
Kerja Lama : Tiotropium
- Gol Agonis -2
Agonis -2 Kerja Singkat (SABA)
Fenoterol
Salbutamol
Terbutalin
Prokaterol
Agonis -2 Kerja Lama (LABA)
Formoterol
Indacaterol
Salmeterol
- Kombinasi Antikolinergik dan Agonis -2
- Gol. Xantin
Aminofilin
Teofilin
b. Antiinflamasi
- Bila terjadi eksaserbasi akut
- Menekan inflamasi yang terjadi
- Gol. Metilprednisolon atau Prednison
c. Antibiotika
- Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi.
d. Antioksidan
- Mengurangi eksaserbasi
- Memperbaiki kualitas hidup
- Tidak dianjurkan sbg pemberian rutin
- Digunakan N-asetilsistein
e. Mukolitik
- Diberikan pada eksaserbasi akut
- Bronkitis kronik dengan sputum kental
- Tidak dianjurkan pemberian rutin
f. Antitusif
- Diberikan dengan hati-hati
g. Phosphodiesterase-4 inhibitor
- Dapat mengurangi eksaserbasi
- Peroral bersama Glukokortikosteroid
Obat
Preparat
2 agonis
Salbutamol
Tablet
Inhalasi
Tablet
Inhalasi
Kerja cepat
Terbutalin
2 agon
/lambat
Anticholiner
gik
Salmeterol
Inhalasi
Ipatopropiu
m
Inhalasi
Dosis /
kali
4 4 mg
200 mcg
2,5 5
mg
250 500
mcg
50 100
mcg
40 80
mcg
4. Rehabilitasi PPOK
Tiga komponen Program Rehabilitasi :
a. Latihan Fisis (utk memperbaiki efisien & sistem
transportasi oksigen).
b. Psikososial (status psikologi pasien)
c. Latihan Pernapasan (utk mengurangi & mengontrol
sesak)
5. Terapi Oksigen
Indikasi :
a. PaO2<60 mmHg atau Sat O2<90%
b. PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2>89% disertai
Korpulmonale, perubahan P pulmonal, Ht > 55% dan
tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, dan
penyakit paru lain.
6. Ventilasi Mekanis
Digunakan pada :
- Eksaserbasi dgn gagal napas akut
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
- PPOK derajat berat dgn gagal napas kronik
Dilakukan dengan cara :
a. Ventilasi Mekanis Tanpa Intubasi
Noninvasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV)
Indikasi :
Sesak napas sedang-berat
Asidosis sedang-berat ( pH<7,30-7.35
Frekuensi napas>25 kali per menit
Negative Pressure Ventilation (NPV)
Tidak dianjurkan, dpt menyebabkan obstruksi sal napas atas.b.
Ventilasi Mekanis dengan Intubasi
Indikasi :
- Sesak napas berat + otot respirasi tambahan
- Frekuensi napas>35 kali per menit
- Hipoksemia yang mengancam jiwa (PaO2<40 mmHg)
- Asidosis berat pH<7,25 & hiperkapnia (PCO2>60
mmHg)
- Henti napas
- Somnolen, gangguan kesadaran
- Komplikasi kardiovaskular (hipotensi, syok, gagal
jantung)
- Komplikasi lain (gg. Metabolisme, sepsis, pneumonia,
emboli paru, barotrauma, efusi pleura masif)
- Telah gagal dalam penggunaan NIPPV.
7. Nutrisi
Malnutrisi terjadi karena
bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik
dan hiperkapnia menyebabkan
terjadi hipermetabolisme.
Berdasarkan Derajat
Keparahan
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI ASMA
1. Atelektasis
2. Pneumothoraks
3. Gagal nafas
4. Asidosis respiratorik
5. Emfisema
KOMPLIKASI PPOK
1. Gagal nafas
2. Infeksi berulang
3. Kor- pulmonal
PROGNOSIS
PROGNOSIS ASMA
Prognosis PPOK