Blok 10
Blok 10
Pendahuluan
Kebutuhan akan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Oleh sebab itu cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dalam tubuh kita harus seimbang, atau dengan kata lain cairan yang masuk ke
dalam tubuh harus sama dengan yang dikeluarkan tubuh dan organ dalam tubuh yang
mengatur keseimbangan cairan adalah ginjal. Selain ginjal ada juga urin yang menjadi hasil
dari proses panjang di ginjal. Pembentukan urin sendiri cukup rumit dan juga dibantu oleh
hormon. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah penulis ingin mengetahui mekanisme
pembentukan urin dan juga pengaruh hormon terhadap pembentukan urin tersebut. Serta
bagaimana hormon itu bekerja.
Struktur makro ginjal
Letak ginjal
Ginjal (ren) terletak retroperitoneal yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia
transversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak
setinggi costa XI atau vertebra L2-L3 sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau
vertebra L3-L4.
Pada ekstremitas superior jarak antara ren dextra dan sinistra adalah 7 cm sedangkan
jarak extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. Jarak ekstremitas inferior ren
dextra ke crista iliaca 3cm dan jarak extremitas inferior ren sinistra ke crista iliaca 5cm.1,2
Bagian-bagian ginjal
Ginjal/ren memiliki dua bagian yaitu cortex renalis dan medulla renalis. Cortex
renalis terdiri dari glomerulus dan pembuluh darah (v. interlobularis/v.stelata). Di dalam
glomerulus, darah disaring dan disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla renalis dapat
dijumpai papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga yang disebut pyramid
renalis, terdapat bagian yang datar yang disebut basis renalis dan ujung lancip disebut apex
renalis. Ruangan antar pyramid disebut columna renalis. Papilla renalis menonjol ke dalam
calyx minor, beberapa calyx minor membentuk calyx mayor dan beberapa calyx mayor
bergabung menjadi pelvis dan bermuara di vesika urinaria.2,3
sinus renalis. Ginjal juga memiliki 2 facies yaitu facies anterior dan posterior. Facies anterior
ginjal lebih cembung dan facies posteriornya agak datar. Facies anterior dan posterior
merupakan bagian ren yang berhubungan dengan organ sekitarnya sehingga masing-masing
facies memiliki karakteristik masing-masing.2
Batas-batas ginjal dengan alat sekitarnya
Facies anterior ren dextra bagian proximal berhubungan dengan hepar, agak sedikit ke
lateral terdapat facies hepatica. Pada margo medialis berhubungan dengan pars descendens
duodeni. Mendekati eksteremitas inferior berhubungan dengan flexura coli dextra/colon
ascendens dan berhubungan dengan lengkung-lengkung ileum. Di facies posterior ren dextra
berhubungan dengan costa XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah.
Pada facies anterior ren sinistra, bagian craniolateral meghadap facies posterior gaster.
Margo lateralis berhubungan dengan impression renalis lienalis dan cauda pancreatic. Margo
medialis caudal dari hilus renalis, berhubungan dengan lengkung-lengkung jejunum atau
disebut facies jejunalis. Mendekati extremitas inferior berhubungan dengan flexura coli
sinistra/colon descendens. Pada facies posterior ren sinistra berhadapan dengan diafragma
dan costa XI.2,4
Pendarahan ginjal
Ginjal diperdarahi oleh a. renalis (cab. Aorta abdominalis setinggi vertebra L 1-2). A.
renalis dextra lebih panjang dari a. renalis sinistra karena harus menyilang v. cava inferior di
belakangnya. A. renalis ginjal masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan berlanjut
menjadi a. segmentalis anterior dan posterior. Kedua cabang ini akan bertemu di lateral
namun agak sedikit ke medial pada garis tengah ginjal atau garis broedel. Pada garis ini
biasanya dilakukan sayatan pada ginjal karena disebut daerah avaskular sehingga
pendarahnnya minimal.3
A. renalis akan berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi a.
interlobaris. A. interlobaris pada perbatasan cortex dan medulla akan bercabang menjadi a.
arcuata yang akan mengelilingi kortex dan medula sehingga sering disebut a. arciformis. A.
arcuata mempercabangkan a. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex).
Pembuluh balik pada ginjal mengikuti nadinya yaitu dari v. interlobularis v. arcuata v.
interlobaris v. segmentalis v. renalis v. cava inferior.2,3
penampung
(duktus
koligens),
kemudian
ke
tubulus
penampung
besar
(duktuspapilaris Bellini), yang mengcurahkan urine ke dalam pelvis dan ureter melalui kaliks
minor dan mayor. Terdapat 2 jenis nefron yaitu nefron korteks dan nefron jukstamedula.
Nefron terdiri atas:5
a.Korpus renal yang bertugas menyaring substansi dari plasma, dan
b.Tubulus renal yang bertugas mengadakan resorpsi selektif terhadap substansi dari
filtrate glomerulus, sampai mendapatkan komposisi urine.
Korpus renal (korpus malpighi)
Korpus renal merupakan badan bulat berdiameter 0,2 mm yang terdapat pada
bagiankorteks dan kolom renal. Terdapat 1 juta atau lebih korpus renal pada setiap ginjal. 1
korpus renal terdiri atas 2 bagian, glomerulus di pusat dan suatu kapsula glomerulus,
yangberupa pelebaran tubulus renal mirip kantung, yang disebut kapsula Bowman.
a. Glomerulus
dibiarkan akan menyumbat saringan urin. Jadi fungsinya adalh sebagai pembersih
saringan.5
Tubulus renalis
Tubulus renal terdiri atas kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle
pars descenden, yang terletak dalam bagian piramid medula yang membalik dan
membentuk ansa henle. Ansa henle pars asenden, menuju dan masuk kembali ke korteks dan
melanjutkan disri sebagai tubulus kontortus distal, yang bagian akhirnya melurus dan
membentuk tubulus penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus koligens.
Diantara tubulus kontortus distal dan tubulus penghubung terdapat suatu segmen bersudut
pendek, tubulu berbiku (zig-zag). Duktus koligens mulai dari bagian korteks dan pada jarakjarak pendek saling berhubungan dan akhirnya bermuara ke dalam saluran lebar yang disebut
duktus Bellini, yang akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol ke dalam kaliks
minor.5
1. Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus proximal memiliki epitel selapis gepeng, intinya sedikit dan
letaknya berjauhan, bersifat basofilik dan lumen tidak jelas karena terdapat
mikrovili (brush border). Tubulus ini terletak di kortex.
2. Ansa Henle Pars Desenden
Bagian ini mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus
kontortus proksimal, kecuali Brush Border nya yang disini kurang berkembang.
Ansa henle ini terletak di medula dan berkas medula.
3. Ansa Henle Segmen Tipis
Bagian ansa henle ini mempunyai gais tengah 15m, dilapisi selapis sel epitel
pipih/gepeng dengan ini menonjol ke dalam lumen. Mikrofili yang membentuk
Brush Border disini lebih sedikit dan lebih pendek. Mitokondria dalam sel juga
kurang. Ansa henle ini mirip kapiler darah namun di daerah ini tidak terdapat
eritrosit.
4. Ansa Henle Pars Asenden
Panjang bagian ini 9mm dengan garis tengah 30m. Strukturnya mirip dengan
tubulus kontortus distal namun lumennya lurus dan letaknya di medulla dan
berkas medulla. Bagian ini naik menuju korteks dan menghampiri kutub atau
polus vaskular glomerulus asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus
kontortus distal. Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang terletak diatas
membran sel.5
5. Tubulus Kontortus Distal
Berawal dekat kutub vaskular glomerulus dan berakhir saat menyatu dengan
duktus koligens bagian melengkung. Panjangnya 4 -5 mm, dengan garis tengah
22-50 m. Dilapisi sel kuboid, intinya banyak dan berdekatan. Bersifat basofilik
dan lumen terlihat jelas karena brush border tidak ada dan terletak di korteks.
Pada bagian distal yang berdekatan dengan ateriol aferen, sel-sel yang
berbatasan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol itu
mengalami perubahan menjadi berbentuk silindris.Bagian tubulus distal yang
mengalami perubahan ini disebut macula densa. Sel-sel ini membentuk aparat
yuksta-glomerular bernama sel-sel epiteloid pada tunika media arteriol aferen
yang bersebelahan. Sel terakhir ini menghasilkan renin.5
6. Duktus Koligens
Bagian ini dilapisi epitel selapis kuboid. Strukturnya mirip tubulus kontortus
distal namun batas selnya jelas dan susunan rapi. 5
Mekanisme Pembentukan Urin
Urin dibentuk dalam ginjal melalui tiga proses yaitu filtrasi oleh glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus. Proses pembentukan urin dimulai di glomerulus.
Glomerulus merupakan bagian nefron yang pertama menerima darah dan berfungsi untuk
menyaring darah. Hasil filtrasi disebut filtrate glomerulus. Filtrasi glomerulus berlangsung
karena beberapa factor yaitu tekanan darah dalam kapiler glomelurus, membrane basalis
glomerulus yang bersifat semipermeabel dan bermuatan listrik negatif.6
filtrasi
terjadi
di
badan
Malpighi
yang
di
dalamnya
terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman. Proses
filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta
sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati
pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein.
Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam
ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman
disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air,
protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan
asam amino masih diperlukan tubuh.
2. Tahap reabsorpsi
Mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus
proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat
yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-.
Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini
dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air,
garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan
zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.
3. Tahap sekresi
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran
pengumpul
Mekanisme Mikturisi
Mikturisi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh
2 mekanisme yakni, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan
apabila reseptor-reseptor regang di dalam kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada
orang dewasa dapat menampung sampai 250 atau 400 ml urin sebelum tegangan di
dindingnya mulai meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar peregangan
melebihi ambang ini, semakin besar pula tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari
reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron,
merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron
motorik yang mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih
menyebabkan organ ini berkontraksi. Untuk membuka sfingter interna tidak diperlukan
mekanisme khusus, perubahan bentuk kandung kemih sewaktu organ tersebut berkontraksi
secara mekanis menarik sfingter interna menjadi terbuka. Secara simultan, sfingter eksterna
melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin
terdorong ke luar melalui uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.
Refleks berkemih ini, yang seluruhnya merupakan refleks spinal, juga mengatur pengosongan
kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi dalam jumlah yang cukup
untuk memicu refleks tersebut, bayi secara otomatis mengompol.6
Counter-current
Peningkatan osmolalitas menebabkan air berdifusi keluar dari bagian descendens, dan
sejumlah Na+ dan Cl- berdifusi ke dalam, sehingga cairan tubulus menjadi pekat. Begitu
cairan yang pekat ini mengalir turun, cairan berjalan ke arah yang berlawanan dengan cairan
yang kembali dari regio dengan osmolalitas yang masih lebih tinggi di medulla bagian dalam.
Pengaturan counter-current ini menciptakan gradien osmotik, yang menyebabkan Na+ dan Clberdifusi keluar dari bagian ascendens (menurunkan konsentrasi cairan ascendens), dan air
berdifusi keluar dari bagian descendens (meningkatkan konsentrasi cairan descendens). Efek
ini diperkuat oleh fakta bahwa bagian ascendens tidak permeabel terhadap air, tetapi sangat
permeabel terhadap Na+ dan Cl-, dan juga dengan daur ulang ureum di antara duktus
kolektivus dan bagian ascendens, sehingga merupakan kontribusi penting untuk konsentrasi
urin. Pada ujung ansa Henle, cairan interstitial dapat mencapai osmolalitas sebesar ~1400
mosmol/kgH2O, karena bagian NaCl dan ureum sama.7,8
Pasokan darah ke medulla dicegah agar tidak menghilangkan gradien osmotik antara
korteks dan medulla oleh pengaturan counter-current exchanger pada kapiler vasa rekta. Vasa
rekta juga mengeluarkan air yang direabsorpsi dari ansa Henle dan duktus kolektivus
medulla. O2 dan CO2 juga dipertahankan, sehingga, pada medulla bagian dalam, PO2 rendah
dan PCO2 tinggi.7,8
Pengaruh Hormon Terhadap Pembentukan Urin
Hormon antidiuretik (ADH) adalah sebuah molekul yang relatif kecil yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis di dasar otak setelah dari hipotalamus. ADH memiliki
tindakan antidiuretik yang mencegah produksi urin encer. Hormon ini aktif dalam arteriol
juxta medullaris. Hormon ini yang berperan sangat penting dalam pembentukan urin. Efek
yang paling penting di ginjal dari hormon ini adalah untuk menghemat air tubuh dengan
mengurangi hilangnya air dalam urin. Konsentrasi tinggi ADH menyebabkan penyempitan
arteriol (vasokonstriksi), yang menyebabkan tekanan arteri meningkat (hiperosmolaritas).
Karena inilah maka ada pula diciptakan efek vasopresin. Osmolaritas dirasakan di
hipotalamus oleh osmoreseptor yang nantinya akan menstimulasikan sekresi dari neuron yang
memproduksi ADH. Bila tekanan darah rendah sekali maka akan terjadi shock yang
menyebabkan tekanan filtrasi 0 dan akhirnya filtrasi berhenti sama sekali yang menyebabkan
terjadinya anuria (tidak bisa BAK karena vesica urinaria kosong). Bila tekanan darah naik
lagi, maka terjadilah filtrasi lagi dan pembentukan urin.9
Ketika osmolaritas plasma dibawah ambang batas tertentu, osmopreseptor tidak
diaktifkan dan dan sekresi ADH ditekan. Ketika osmolaritas meningkat di atas ambang batas,
osmoreseptor akan menstimulari neuron mengeluarkan ADH. Bayangkan berjalan melintasi
padang gurun: matahari terik dan kita mulai kehilangan cukup banyak air melalui keringat.
Kehilangan hasil air dalam konsentrasi zat terlarut, osmolaritas plasma darah meningkat. Kita
tidak mungkin memproduksi urin dalam situasi seperti ini. Pada saat inilah ADH dilepaskan,
memungkinkan hampir semua air yang akan hilang dalam urin diserap kembali dan
dilestarikan. Jika kita meminum banyak air, maka plasma akan encer dan osmoreceptor di
hipotalamus terangsang, kemudian ke hipofisis menghambat sekresi ADH sehingga
reabsorpsi air fakultatif menurun maka urin menjadi encer dan volumenya meningkat.
Sebaliknya, jika minum kurang maka banyak kehilangan cairan, darah menjadi pekat
(osmolaritas meningkat) merangsang osmoreseptor sehingga sekresi ADH meningkat
menyebabkan reabsorpsi air fakultatif juga meningkat volume urin sedikit dan menjadi
pekat.9
Selain ADH ada beberapa hormon yang juga berperan dalam proses pembentukan
urin diantaranya aldosteron yang berfungsi sebagai regulator penting bagi reasorbsi Na dan
sekresi kalium oleh tubulus ginjal. Serta meningkatkan permeabilitas Na pada sisi luminal
membrane. Hormon paratiroid, yang berfungsi meningkatkan reasorbsi kalsium dan
menghambat resorbsi fosfat serta merangsang reasorbsi magnesium. Angiotensinogen yang
dengan bantuan renin menghasilkan angiotensin I. Angiotensin I dengan bantuan Angiotensin
I Converting Enzyme (ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan penahan Na
paling kuat dalam tubuh, mereasorbsi Na di tubulus proksimal, ansa henle, tubulus
koligentes. Meningkatkan kosentrasi protein dan osmotik koloid dalam kapiler peritubulus.9
Kesimpulan
Jadi dalam tubuh manusia normal terjadi proses pembuangan urin yang normal pula.
Dalam proses pembentukan urin terdapat 3 proses yang cukup rumit dan juga dipengaruhi
oleh beberapa hormon. Jika tidak terdapat gangguan pada organ-organ yang terkait dan
bahkan prosesnya maka urin dalam tubuh manusia normal juga akan keluar berdasarkan
proses yang telah dibahas diatas.
Daftar pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:EGC;2004.h.320-22.
2. Inggriani Y. Traktus urogenitalis. Edisi ke-2. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
3.
4.
5.
6.
Jakarta:EGC;2011.h.499-513.
7. Guyton AC and Hall EJ. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,
2008.h.193-207.
8. Ward JPT, Clarke RW, Linden RWA. At a glance fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.66-9.
9. Adam S. Mikrobiologi parasitologi. Jakarta: EGC;2004.h.94-9.