counterfeits) konsumen.
2. Kesadaran Nilai (value consciousness)
Kesadaran nilai didefinisikan sebagai perhatian untuk membayar harga lebih
rendah, tunduk pada beberapa kendala kualitas dan mempunyai pengarih postitif
terhadap produk bajakan (Ang et al, 2001); Wang et al, 2006; Bloch et al, 1993).
Ang et al. (2001) berpendapat bahwa konsumen produk tiruan mempunyai
kesadaran nilai yang lebih, dann memiliki pendapatan rata-rata yantg lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak membeli prduk palsu. Demikian pula,
Bloch et at (1993) menemukan bahwa pembeli produk tiruan memiliki daya beli
yang rendah dan karena itu didorong pleh persepsi harga/nilai. Bagi konsumen
yang mempunyai kesadaran nilai nilai bagus pada produk-produk palsu
mendorong mereka untuk memblei (Eisend and Schuchert-Guler, 2006)
counterfeits).
3. Status Sosial (social status)
Status social menurut Eastman et al. (1999, p.42) adalah proses motivasi
dimana individu berusaha untuk meningkatkan status sosial mereka melalui
konsumsi yang mencolok produk-produk konsumen yang memberikan atau
melambangkan status baik secara individu maupun orang lain di sekitarnya.
Baik merek-merek asli maupun tiruan dianggap dapat meningkatkan harga
diri konsumen dan meningkatkan status tertentu didalam kelompok sebaya
counterfeits)
4. Harga murah (Low Price)
Beberapa penelitian menemukan bahwa harga murah merupakan factor yang
penting terhadap permintaan dari produk-produk tiruan (Dodge et al., 1996;
AlbersMiller, 1999, Prendergast et al, 2002; Harvey and Walls, 2003).
Konsumen ingin membeli rpoduk-produk yang asli tetapi hanya sebagian dari
mereka yang mampu. Harga produk dari merek asli yang mahal memberikan
kesempatan untuk produk-produk tiruan yang murah untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang tidak mampu membeli merek asli (Chuchinprakarnm,
konsumen.
Kemudahan akses (easy access) secara positif berpengaruh pada minat beli
(purchase intention).
6. Pengalaman sebelumnya (previous experience)
Berdasarkan asumsi bahwa rpilaku konsumen merupakan hasil belajar
(Bentlar and Speckart, 1979), ada argument antara para peneliti bahwa
perlilaku masa lalu konsumen dapat memberikan prediksi peningkatan niat