mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut
dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin
primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein (Guyton.1996).
Penyerapan ( Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian
terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan
sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus
yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum
cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan
mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi
pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler
dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa
oleh sel dari cairan tubulus melewati epical membrane plasma dan
dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral
membrane plasma (Sherwood, 2001).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur
paraseluler bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens yang
merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu
dan lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus
proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K,
ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan
mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang
dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K
melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative .
pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang
berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan
dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport )
atau berlawanan pimpinan ( countertransport ) (Sherwood, 2001).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini
( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat,
dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi
intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral
dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat
oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)
Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin
sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya ureum dari 0,03%, dalam urin primer dapat mencapai
2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara.
Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal (Sherwood.2001).
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang
mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan
lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat
(Cuningham, 2002).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran
zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua
senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun
CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar
(penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan
zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari
tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat
tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam
bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah
merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat
inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna
pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun
lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah
(Sherwood.2001).
Gambar 1.
Patogenesis Demam
39 derajat curiga infeksi bakteri bukan virus.
Proses infeksi saluran kemih ?
Infeksi pada saluran kemih ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1 Infeksi saluran kemih bagian atas : Pyelonefritis
Pielonefritis adalah radang saluran kemih disertai paling sedikit 2 kelainan
dalam kaliks ginjal. Pielonefritis merupakan penjalaran dari infeksi di tempat
lain (sepsis/bakteriemia).
Penjalaran Limfogen
Terutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubungan langsung antara
KGB Kolon dan ginjal)
Penjalaran Ascending
Melalui lumen tractus urinarius (dengan adanyla refluks / radang mikroskopik
sepanjang ureter).
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana
Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi
karena bakteri menjalar ke saluran kemih dari aliran darah. Walaupun
pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal, jarang
sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.
Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktorfaktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan.
Pielonefritis kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible)
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya jaringan parut. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulangulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Diduga
bahwa pielonefritis menjadi diagnose yang sungguh-sungguh dari sutu
pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.
2 Infeksi saluran kemih bagian bawah : Cystitis, Uretritis.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram
negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari
saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung
kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter
(Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke
ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka
bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan
menjadikan
media
yang
lebih
alkalis
sehingga
menyuburkan
pertumbuhannya.
Rute infeksi
Terdapat 3 rute invasi bakteri ke dalam saluran kemih, antara lain:
Ascending route
Bakteri periurethral melalui uretra bermigrasi ke atas menuju vesika urinaria
yang jika terus berlanjut dapat mencapai ureter hingga ginjal. Dapat pula
terjadi akibat aktivitas seksual atau pada pemasangan kateter yang tidak
higienis.
Hematogenik
Sering kali disebabkan oleh Staphylococcus aureus; Sering ditemukan pada
pasien immunocompromised
Lymphogenic
Rute infeksi ini masih memiliki bukti scientific yang minimal
Menggigil :
Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam produksi panas,
pusat ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa
derajat dibawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal
yang menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang
otak, ke dalam kolumna lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke
neuron motorik anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar-benar
menyebabkan gerakan otot yang sebenarnya. Sebaliknya, sinyal
tersebut meningkatkan tonus otot rangka diseluruh tubuh. Ketika tonus
meningkat diatas tingkat kritis, proses menggigil dimulai. Selama
proses menggigil maksimum, pembentukan panas tubuh dapat
meningkat sebesar 4-5 kali dari normal.
Sumber : Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta : EGC.
Nyeri pinggang :
px
nyeri
ketok
kostovertebra
dan
nyeri
Melepaskan tromboplastin
proteinuria
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual terdapatnya
sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang
berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan
didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada kontroversi
mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik. American
Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis
yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah
merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin
dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang
berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk
hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah
pada lapangan pandang besar .
ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa
termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat
jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap sangat
luas
, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan
hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau
mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan
sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada
neoplasma dari urinary tract. genitourinari. Sebaliknya, pada hingga 40%
pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit di identifikasikan
penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang
tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu
mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan .
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat,
dan hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
10. Infeksi sistem urinaria ?
Proses eritrosit dismorfik ?
Eritrosit dismorfik berasal dari glomerulus melewati beberapa daerah
dengan osmolalitas yang berbeda sehingga bentuk eritrosit tidak lagi
bikonkaf dan tidak sama, yang menandakan adanya kerusakan
glomerulus dan bercampurnya eritrosit dengan protein yang tidak
tersaring pada filtrasi.
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik,
terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak
beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk
aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang
abnormal.
Px penunjang yg lain ?
Kateterisasi
kemih
Jumlah koloni
Kemungkinan infeksi
Bakteri
:
Gram
Negatif:
> 99 %
asal ada kuman
Bakteri:
Gram
Positif:
beberapa ribu
kandung
> 10 5
10 4 - 105
95%
Diperkirakan ISK
103
- 104
3
< 10
Urin pancar tengah
Laki-laki
Perempuan
> 10 4
3x biakan > 105
2x biakan > 105
1x biakan > 105
5 x 104 - 105
104 -5 x 104 :
Klinis simtomatik
Klinis asimtomatik
< 104
Diragukan, ulangi
Tidak
ada
(kontaminasi)
ISK
Diperkirakan ISK
95%
90%
80%
Diragukan, ulangi
Diperkirakan ISK, ulangi
Tidak ada ISK
Tidak ada ISK
Pemeriksaan Pencitraan
Pencitraan dilakukan pada semua anak yang terbukti menderita ISK
untuk pertama kali. Akan tetapi jenis pencitraan yang akan dilakukan
tergantung pada umur penderita, manifestasi klinik dan pemeriksaan fisik
serta tersedianya alat radiologi yang ada dan ekspertisenya. Jenis
pemeriksaaan berbeda pada penderita ISK dengan panas tinggi, apalagi
disertai sepsis daripada dengan anak yang hanya mengeluh disuria dan
polakisuria. Tujuan utama pemeriksaan pencitraan pada ISK adalah untuk
melihat kelainan anatomis yang merupakan factor predisposisi. 5
1 USG (Ultrasonografi). Dengan USG dapat dilihat:
a Struktur anatomis saluran kemih, meskipun fungsinya nol
b Besar/ukuran ginjal
c Dilatasi dari pelviokalises, ureter dan anomali vesika urinaria.
d Batu saluran kemih
2 Foto polos abdomen.
Jarang dilakukan kecuali ada dugaan kuat kearah batu saluran kemih dan
sebagai persiapan pielografi intravena (PIV)
3 Pielografi intravena (PIV). Dilakukan bila tidak ada alat pencitraan korteks
DMSA. Gambaran PIV sama dengan kombinasi USG dan DMSA. Dosis radiasi
DMSA lebih rendah dari PIV dan tanpa zat kontras sehingga kemungkinan
alergi.
ISK
bagian
atas
Infeksi saluran kemih bagian atas terutama parenkim ginjal,
lazimnya
disebut
pielonefirits
(1)
ISK
bagian
bawah
Infeksi vesika urinaria dan uretra, batas antara ISK atas dan bawah
adalah
valvula
uterovesika
(1)
ISK
sederhana
/
simplek
Infeksi tanpa lesi anatomik maupun fungsional saluran kemih (1)
ISK
dengan
komplikasi
/
kompleks
Adanya infeksi disertai lesi anatomik ataupun fungsional, yang
menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih,
misalnya sumbatan muara uretra, refluk vesiko ureter, urolitiasis,
parut ginjal, kandung kemih neurogenik dan sebagainya. Dalam
kelompok ini termasuk ISK pada neonatus dan sebagian besar kasus
dengan pielonefritis akut (1)
14. Komplikasi ISK ?
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scaryang berhubungan erat dengan
terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan
BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur,
anemia, Pregnancy-induced hypertension
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral
palsy, fetal death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
15. Bgaimana terjadi GGK ?
16. Faktor predisposisi ISK ?
Beberapa faktor predisposisi
1.Kelainan struktur
2.Adanya obstruksi uirn
3.Urolitiasis
4.Benda asing ( kateterisasi)
5.Vesiko-uretral refluk
6.Konstipasi yang lama.
17. DD : Uretritis dan sistitis,