2.1.
Tinjauan Pustaka
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis
flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26%
telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan.
Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat
tradisional (Syukur dan Hernani, 2001).
Sejak jaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak
menggunakan obat-obatan tradisional yang ternyata mujarab. Bahkan, saat ini
pertumbuhan industri obat tradisional (jamu) semakin meningkat pesat.
Berkembangnya teknologi (modern) menyebabkan seduhan jamu yang pahit telah
diganti dengan pil yang tanpa rasa pahit dan lebih praktis. Jamu dan obat
tradisional merupakan salah satu aset nasional sebagai sarana kesehatan rakyat
turun-temurun (Rukmana, 2004).
Dalam pengembangan tanaman obat diharapkan pengobatan dengan
herbal/obat alami yang merupakan warisan dari nenek moyang kita mengalami
kemajuan dan tidak hilang. Jangan sampai negara lain merebut dan mengambil
alih dengan memproduksi obat-obat tradisional Indonesia, karena hal tersebut bisa
saja terjadi apabila pengobatan herbal kita tidak mengalami perkembangan,
apalagi dengan eksplorasi negara-negara maju terhadap tumbuhan obat asli
Indonesia (Padmawinata, 1995).
rumah,
kebun
ataupun
ladang
yang
digunakan
untuk
yang
tersedia,
lingkungan
yang
mendukung,
dan
tujuan
penanaman.(Maheswari, 2002).
Kondisi pekarangan bermacam-macam. Ada yang luas, ada yang sempit.
Bahkan ada lahan pekarangan yang dikeraskan dengan semen, namun masih bisa
dimanfaatkan untuk memelihara tanaman. Misalnya dengan menggunakan pot,
kaleng bekas, potongan drum untuk menanam kunyit, temulawak, lidah buaya,
mahkota dewa.
dan anak rimpang, rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut empu atau kunir
lelaki. Anak rimpang letaknya lateral dan bentuknya seperti jari, panjang rimpang
2 10 cm, diameter 1 2 cm. Selain jenis dan varietas yang jelas, bahan tanaman
berasal dari rimpang yang sehat dari tanaman yang sehat berumur 11 12 bulan,
untuk benih daunnya harus sudah mongering.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan, untuk
menghindari adanya kompetisi perolehan zat hara dengan gulma dan menjaga
kelembaban, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan juga untuk
memperbaharui saluran drainase pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak
tanam, biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan.
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk
mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada tanaman umur 10 12 bulan
setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen
pada umur 20 24 bulan setelah tanam.
Temulawak
Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah
menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning
kecoklatan. Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat rimpang
secara keseluruhan. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan
ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam
dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan.
Hingga saat ini sebagian besar tanaman lidah buaya diolah menjadi
makanan dan minuman atau diekspor dalam bentuk pelepah segar ke Negara
tetangga, seperti Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Hasil olahan yang
terbatas dan ekspor dalam bentuk bahan baku hanya memberikan sedikit nilai
tambah. Nilai tambah akan diperoleh jika tanaman lidah buaya diolah menjadi
produk yang dibutuhkan industri sebagai bahan baku industri lanjutan
Lidah buaya merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia
yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju seperti Amerika, Australia dan
negara di benua Eropa sebagai bahan baku industri farmasi dan pangan. Begitu
pentingnya lidah buaya sebagai bahan baku industri pada saat ini dan masa
mendatang adalah didasarkan pada manfaat yang besar bagi kehidupan manusia.
Bahkan komoditi ini telah digunakan oleh manusia sejak dahulu kala.
Penggunaan tanaman lidah buaya dalam industri secara garis besar dapat
dibagi menjadi empat jenis industri, yaitu:
1). Industri pangan, sebagai makanan tambahan (food supplement), produk yang
langsung dikonsumsi dan flavour.
2). Industri farmasi dan kesehatan, sebagai anti inflamasi, anti oksidan, laksatif,
anti
mikrobial
dan
molusisidal,
anti
kanker,
imunomodulator
dan
hepatoprotector. Paten yang telah dilakukan beberapa negara maju antara lain:
CAR 1000, CARN 750, Polymannoacetate, Aliminase, Alovex dan Carrisyn.
3). Industri kosmetika, sebagai bahan baku lotion, krem, lipstik, shampo
dan
kondisioner.
4). Industri pertanian, sebagai pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk
media kultur jaringan dan penambah nutrisi pakan ternak (AAK., 1991).
penguat teras, menghindari erosi, dan longsor. Ciri buah siap dipetik antara lain
kulit buah sudah berwarna merah marun dan berbau manis seperti aroma gula
pasir.
Mahkota Dewa dipercaya dapat mencegah dan membantu proses
penyembuhan berbagai macam penyakit antara lain: Tekanan darah tinggi,
Meningkatkan vitalitas bagi penderita diabetes, Kanker (zat damnacanthal :
menghambat pertumbuhan sel kanker), Asam urat, Lever, Alergi, Ginjal, Jantung,
Berbagai macam penyakit kulit, Mengatasi ketergantungan obat, Rematik,
Meningkatkan stamina dan ketahanan terhadap influenza, serta Insomnia.
yang baik antara pemerintah, pihak industri obat tradisional dan farmasi, peneliti
dan institusi pendidikan rumah (Fadhli, 2005).
Upaya atau langkah-langkah dalam pengembangan tumbuhan obat antara
lain meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(Jhonherf, 2007)
Beberapa manfaat dari tanaman obat antara lain sebagai berikut :
1.
2.
Menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh agar tetap sehat dan segar.
3.
4.
5.
6.
7.
adanya
kebijakan
Menteri
Kesehatan
RI
tahun
1999
untuk
herbal, walaupun selama ini sering mengalami kendala dalam hal biaya penelitian
dan pengembangan. Mahalnya biaya penelitian dan pengembangan menjadi faktor
utama yang menghambat upaya penemuan baru potensi khasiat tanaman obat.
Padahal, tanaman yang dapat dijadikan bahan baku obat-obatan mencapai ribuan
jenis (Bali Post, 2005).
Tetapi, akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan
tajam. Penelitian mengenai potensi dan khasiat tanaman obat pun mengalami
peningkatan. Hal ini merupakan sesuatu yang mengembirakan, mengingat potensi
alam Indonesia sangat berlimpah. Keanekaragaman hayati inilah yang membuat
Indonesia memiliki kekuatan yang amat besar dalam mengembangkan potensi
yang dimilikinya tersebut.
Mamfaat keanekaragaman hayati tersebut bagi manusia sangat beragam
seperti sebagai obat, kosmetik, pegharum, penyegar, pewarna, dan lain-lain.
Potensi yag besar ini, jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya sudah pasti tidak
akan mempunyai manfaat yang besar, sehingga harus dipikirkan agar penggunaan
tanaman obat disertai pula dengan usaha pelestariannya untuk menunjang
penggunaan yang berkelanjutan (Maheshwari, 2002).
Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan di Indonesia,
pemerintah telah melakukan berbagai program pengembangan
pelayanan
2.2.
Landasan Teori
Pengembangan
suatu
usaha
sangat
bergantung
pada tersedianya
Dimana
yang
berpengaruh
terhadap
kelangsungan
perusahaan
dapat
Dalam evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah
model sebagai berikut :
a.
b.
Beri rating
masing-masing
faktor
dalam
kolom 2
sesuai
besar
kecilnyapengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4
(sangat besar), nilai 3 (besar), nilai 2 (kecil), dan nilai 1 (sangat kecil)
terhadap peluang dan nilai rating terhadap ancaman kebalikannya.
-
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan
bagi
perusahaan
yang
bersangkutan.
Nilai
total
ini
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
menunujukkan bagaimana perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama.
2.3.
Kerangka Pemikiran
Usaha TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan salah satu usaha
yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Faktor yang
mendukung pengembangan tanaman obat tersebut diantaranya besarnya potensi
kekayaan sumber daya alam Indonesia sebagai sumber bahan baku yang dapat
diolah menjadi obat tradisional.
Oleh karena itu, diperlukan penentuan alternatif strategi dalam
pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam
analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi faktor internal, yaitu
kekuatan
Faktor - faktor
SWOT
Internal
Strength
(Kekuatan)
Weakness
(Kelemahan)
Eksternal
Opportunity
(Peluang)
Threat
(Ancaman)
Strategi Pengembangan
Usaha Tanaman Obat
Keluarga (TOGA)
2.4.
Hipotesis Penelitian