ABSES HEPAR
Disusun Oleh:
Holy Fitria Ariani
07120100080
Pembimbing:
dr. Diany Nurliana Taher, SpPD
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 2
STATUS PASIEN......................................................................................................................................... 3
I.
II.
Anamnesis ......................................................................................................................................... 3
Resume ........................................................................................................................................... 11
Follow Up ....................................................................................................................................... 13
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn M.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 tahun
: 31 mei 1988
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: TNI
Alamat
Tanggal masuk
: 28 mei 2015
II.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di RSPAD Gatot Subroto kepada pasien pada
hari Rabu tanggal 2 Juni 2015.
Keluhan Utama:
Nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 2 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan:
Tidak ada
terdapat efusi pleura kanan. lalu, dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan untuk efusi
pleura yang membuat pasien sesak. Untuk abesnya saat itu akan dilakukan pungsi
abses, akan tetapi karena pasien harus menunggu ketersediaan alat, maka pasien harus
menungu dan akhirnya setelah keadaan stabil pasien dipulangkan. Untuk sekarang,
keluhan demam, mual, muntah, sesak napas dan BAB cair disangkal oleh pasien. BAB
pasien normal dengan konsistensi dan warna yang normal. BAK pasien juga normal.
Pasien juga merasakan perutnya penuh membuat pasien tidak napsu makan. Pasien
mengatakan dirinya tidak memiliki napsu makan sewaktu sakit sehingga selama 2 bulan
ini pasien mengalami penurunan berat badan 5 kg. Sebelum di rawat di RSPAD
pasien pernah di rawat di RS asshobirin selama 8 hari dengan keluhan yang sama
sebelum akhirnya di rujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
Perjalanan Penyakit
Nyeri
perut
kanan
atas
dan
demam
tinggi.
Lalu
dirawat
di
RS
Assobirin
2 bulan SMRS
Keluhan
nyeri
perut
kanan
atas
berkurang,
hepatomegali
+,
NT
hepar
+
1H
rawat
2
H
rawat
Dilakukan
pungsi
abses
hepar.
Riwayat Keluarga
Tidak ada yang mengalami hal yang sama dikeluarga, tidak ada riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan keganasan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok, 1 bungkus per-hari. Kebiasaan meminum
minuman beralkohol disangkal oleh pasien. Karena pekerjaan pasien yang seorang TNI,
pasien sering ditugaskan ke luar P. Jawa, seperti sulawesi dan maluku.
III.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
kompos mentis
Tanda vital
Denyut nadi
85 x/menit
Pernapasan
20x/menit
Tekanan darah
120/80 mmHg
Suhu tubuh
Antropometri:
Berat Badan
65 kg
Tinggi Badan
176 cm
BMI
20.9 (normoweight)
Aspek Kejiwaan
Pemeriksaan Kulit:
Sawo matang, pertumbuhan rambut merata, tidak terdapat hipopigmentasi, tidak ada
jaringan parut, hiperpigmentasi, ikterus, edema. Turgor kulit baik.
Pemeriksaan Kepala :
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Pemeriksaan Leher:
JVP 5-2 cm H2O. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening di submental,
submandibula, submaksila, leher, ketiak, dan lipat paha. Tidak teraba pembesaran
tiroid.
Pemeriksaan Thoraks:
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi
bentuk cembung, caput medusa (-), lesi (-), striae (-), massa
(-)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Akral teraba hangat, capillary refill time >2 detik. Leukonichia (-),Terrys nail (-),
eritema palmar (-), ikterik (-)
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah 28 Mei 2015 pukul 08.00 WIB
JENIS
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Haemoglobin
12.3*
g/dL
13-18
Hematokrit
38*
40 -52 %
Eritrosit
4.4
10^6/L
4.30-6.0
Leukosit
8880
/L
4800-10.800
Trombosit
545000*
/L
150000-400000
MCV
86
fl
80-96
MCH
28
pg
27-32
MCHC
33
g/dL
32-36
PEMERIKSAAN
Hematologi Rutin
Koagulasi
Waktu Protrombin (PT)
Kontrol
10.9
detik
Pasien
10.5
detik
9.3-11.8 detik
APTT
Kontrol
31.2
detik
Pasien
32.9
detik
31-47 detik
menit
1-3 menit
Faal Hemostasis
Koagulasi
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
menit
1-6 menit
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu
106
mg/dL
<140
JENIS
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Haemoglobin
11.9*
g/dL
13-18
Hematokrit
36*
40 -52 %
Eritrosit
4.3
10^6/L
4.30-6.0
Leukosit
7970
/L
4800-10.800
Trombosit
474000*
/L
150000-400000
MCV
85
fl
80-96
MCH
28
pg
27-32
MCHC
33
g/dL
32-36
PEMERIKSAAN
Hematologi Rutin
Koagulasi
Waktu Protrombin (PT)
Kontrol
11.2
detik
Pasien
11.1
detik
9.3-11.8 detik
APTT
Kontrol
33.9
detik
Pasien
33.9
detik
31-47 detik
Kimia Klinik
Ureum
26
mg/dl
20-50
Kreatinin
1.2
mg/dl
0.5-1.5
106
mg/dL
<140
Natrium (Na)
146
mmol/L
135-147
Kalium (K)
4.6
mmol/L
3.5-5.0
Klorida (Cl)
106*
mmol/L
95-105
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Haemoglobin
11.6*
g/dL
13-18
Hematokrit
35*
40 -52 %
Eritrosit
4.2*
10^6/L
4.30-6.0
Leukosit
9150
/L
4800-10.800
Trombosit
466000*
/L
150000-400000
MCV
85
fl
80-96
MCH
28
pg
27-32
MCHC
33
g/dL
32-36
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Bilirubin Total
0.76
mg/dL
<1.5
SGOT (AST)
25
U/L
<35
SGPT (ALT)
36
U/L
<40
Protein Total
6.6
g/dL
6-8.5
Albumin
4.0
g/dL
3.5-5.0
Globulin
2.6
g/dL
2.5-3.5
Ureum
25
mg/dL
20-50
Kreatinin
1.3
mg/dL
0.5-1.5
Natrium (Na)
147
mmol/L
135-147
Kalium (K)
3.7
mmol/L
3.5-5.0
Klorida (Cl)
104
mmol/L
95-105
Kesan:
Sugestif massa pada lobus kanan hepar berukuran 4,56 x 4,31 x 4,19 cm
Saran:
CT scan abdomen
Hasil CT- Scan Abdomen 5 Mei 2015
Kesan :
10
Lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang menyangat di tepi pasca
pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x 9,4 cm > Abses hepar.
Hepatomegali
Efusi Pleura kanan disertai kolaps lobus bawah paru kanan.
Organ intraabdomen lainya yang tervisualisasi dalam batas normal.
Laporan Perasat Hati (Pungsi Abses) 29 Mei 2015
Telah dilakukan aspirasi cairan abses dengan menggunakan jarum ciba no. 14, cairan
sulit dikeluarkan tampaknya karena sudah mulai mengental. Dimasukkan metronidazole
dan antibiotik garamicin. Dilakukan antiseptic sebelum tindakan, betadine 10%, lidokain
5 ampul, dan setelah itu dikeluarkan cairan.
V.
Resume
Pasien laki-laki 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan atas sejak 2
bulan SMRS. Nyeri yang dirasakan terus-menerus dan nyeri tidak dapat ditunjuk. Pasien
pernah dirawat sebelumnya di RSPAD 1 bulan SMRS selama 22 hari dengan keluhan nyeri
pada perut kanan atas dan juga demam 12 hari SMRS. Dengan keluhan tambahan mual,
muntah, dan sesak napas. Selama perawatan, pasien mengalami BAB cair selama 3 hari.
Saat dirawat, pasien di diagnosis abses hepar lobus kanan dan efusi pleura. Pada pasien
dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan untuk mengatasi sesaknya. Untuk absesnya akan
dilakukan pungsi abses, karena pasien harus menunggu kelengkapan alat, maka pasien
dipulangkan terlebih dahulu. Untuk sekarang, keluhan demam, mual, muntah, sesak, dan
BAB cair disangkal. BAB dan BAK pasien normal. Pasien merasa perutnya penuh sehingga
pasien tidak memiliki napsu makan. Selama sakit 2 bulan ini berat badan pasien telah turun
5 kg. Pasien memiliki kebiasaan merokok, 1 bungkus pehari dan karena pekerjaan pasien
yang seorang TNI, pasien sering ditugaskan keluar P. Jawa seperti Sulawesi dan Maluku.
Dari pemeriksaan fisik pada abdomen ditemukan hepar teraba membesar 2 jari (4cm)
dibawah arcus costae, dengan pinggiran lancip, konsistensi kenyal, dan permukaan halus.
Terdapat nyeri tekan pada hepar. Terdapat nyeri tekan regio hipkondriak dextra.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium terakhir tanggal 30 mei 2015 didapatkan Hb
menurun 11.6 g/dL, Ht menurun 35 %, eritrosit menurun 4.2 juta u/L, dan terdapat
trombositosis 466000 u/L. Pada pemeriksaan kimia klinik 1 Juni 2015 didapatkan semua
dalam batasan normal. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan sugestif massa lobus
kanan hepar. Pada pemeriksaaan CT-Scan Abdomen didapatkan kesan abses hepar. Telah
dilakukan tindakan pungsi abses pada tanggal 29 Mei 2015.
11
VI.
Daftar Masalah
1. Abses Hepar lobus kanan
2. Anemia normositik normokrom
3. Trombositosis
VII.
Pengkajian
1. Abses Hepar lobus kanan
Anamnesis: Nyeri perut kanan atas sejak 2 bulan SMRS. Pada saat permulaan nyeri
muncul disertai dengan demam yang naik turun. Terdapat mual, muntah, dan pasien
sempat mengalami BAB cair.
PF: Terdapat NT pada regio hipokondrium dextra, pada palpasi hati didapatkan
pembesaran hepar teraba 2 jari (4cm) BAC, tepi tajam, konsistensi kenyal,
permukaan halus, terdapat nyeri tekan.
CT-Scan Abdomen : Lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang
menyangat di tepi pasca pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x
9,4 cm > Abses hepar.
3. Trombositosis
VIII.
Penatalaksanaan
Rencana Diagnosis:
Pemeriksaan cairan pungsi abses hepar: sitologi dan kultur untuk keperluan diagnosis
untuk menemukan bakteri patogen dan untuk pemberian antibiotik
USG abdomen ulang untuk melihat kantong abses setelah dilakukan pungsi abses karena
tidak seluruh cairan abses bisa diambil karena cairan telah mengental.
Pemeriksaan Alpha-Fetoprotein (AFP) dan CEA untuk melihat adanya kecenderungan
kearah keganasan pada hepar.
12
Pemeriksaan feces rutin untuk melihat adanya parasit (amuba) ataupun telur atau larva
cacing pada feces.
Rencana Terapeutik:
IVFD NaCl 0.9% 500 ml/8 jam
Diet cair 1900 kal/hari
Metronidazole 3x500 mg iv
Ciprofloxacin 2x200 mg iv
Rencana Edukasi:
Mengedukasi pasien dan keluarga agar selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
menjaga higienitas untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
IX.
X.
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
Follow Up
S
3 Juni 2015
4 Juni 2015
13
Ciprofloxacin 2x200 mg iv
OMZ 2x 20mg
Sucralfat 3C1
14
Analisa Kasus
Abses Hepar
Masalah utama pada pasien ini adalah abses hepar. Abses hati adalah bentuk infeksi pada
hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam
parenkim hati.1
Secara umum, abses hati terbagi 2, yaitu abses hepar amebik (AHA) dan abses hepar
piogenik (AHP). AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling
sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Penyakit AHA masih menjadi
masalah kesehatan terutama di daerah dengan strain virulen Entamoeba histolytica (E.
Histolytica) yang tinggi. Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling
sering terjadi akibat infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25 % (rata-rata 8,1 %) penderita dengan
amebiasis intestinalis klinis. Entamoeba histolytica mempunyai 3 bentuk yaitu: bentuk minuta,
bentuk kista, dan bentuk aktif (vegetatif).1
AHP dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess of the
liver, bacterial hepatic abscess. AHP ini merupakan kasus yang relatif jarang, pertama
ditemukan oleh Hippocrates (400 SM) dan dipublikasikan pertama kali oleh Bright pada tahun
1936. Sedangkan etiologi AHP adalah enterobacteraceae, microaerophilic streptococci,
anaerobic streptococci, klebsiella pneumonia, bacteroides, fusobacterium, staphylococcus
aureus, staphylococcus milleri, candida albicans, aspergillus, actinomyces, eikenella corrodens,
yersinia enterocolitica, salmonella typhi, brucella melitensis dan fungal. 1
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari :1,2
1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu.
2. Viscera abdomen melalui vena porta yaitu secara langsung atau pieloflebitis atau
embolisasi. Biasanya berasal dari apendisitis, diverticulitis atau penyakit Crohn. Kolitis
ulseratif jarang dengan abses hati.
3. Arteri hati pada bakterimia/septikemia akibat infeksi ditempat lain.
4. Penyebaran langsung dari infeksi organ sekitar hati seperti gaster, duodenum, ginjal,
rongga subdiafragma atau pankreas.
15
untuk diagnostik dan terapi.2 Pasien ini melakukan USG abdomen dan didapatkan kesan sugestif
abses hepar lobus kanan. Untuk lebih meyakinkan dilakukan CT-Scan abdomen pada pasien ini,
didapatkan kesan lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang menyangat di tepi
pasca pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x 9,4 cm dengan kesimpulan abses
hepar. Lalu didapatkan juga efusi pleura pada paru kanan.
Untuk efusi pleura pada pasien ini, hal inilah yang menyebabkan pasien sesak napas, lalu
dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan. Untuk absesnya, pasien direncanakan untuk
dilakukan pungsi abses pada hepar. Pungsi abses hepar dilakukan dalam pantauan hasil CT atau
16
USG sebagai marker.5 Pungsi abses hepar ini sangat penting dilakukan untuk kepentingan
diagnostik dan terapi. Pemeriksaan kultur pada cairan abses diperlukan untuk mengetahui
patogen penginfeksi atau etiologi dan untuk pemilihan terapi antibiotik yang sesuai.3 Pada pasien
ini, dilakukan pungsi abses, tetapi tidak seluruh cairan abses dapat terambil karena cairan abses
telah mengental. Pada kasus ini karena sudah mengental, maka dianjurkan bisa dilakukan
percutaneous catheter drainage ( PCD) sebagai pilihan.5
Setelah dilakukan pungsi abses, pasien merasakan bahwa nyeri pada perutnya berangsur
berkurang, tetapi nyeri tekan pada hepar dan hepatomegali tetap masih ada. Hal ini dikarenakan
tidak seluruh abses dapat terambil. Pada pasien ini dipikirkan juga kearah keganasan pada hepar
maka dilakukan test Alpha-fetoprotein (AFP) yang merupakan tumor marker pada hepar. Kadar
AFP pada pasien ini dalam batasan normal. Dipikirkan juga keganasan pada organ saluran cerna
seperti usus, makan dilakukan pengecekan CEA yang merupakan tumor marker pada keganasan
di usus dan pankreas. Kadar CEA pada pasien ini juga dalam batasan normal. Pemeriksaan feses
rutin pada pasien ini dalam batasan normal.
Terapi pada pasien ini diberikan metronidazole 3x500 mg dan ciprofloxacin 2x200mg.
Karena belum diketahui etiologi dari abses maka dapat diberikan broad spectrum antibiotik dan
anti ambebik secara bersamaan.5 Pemberian metronidazole dilakukan sebagai anti amebik karena
pasien ini lebih mengarah pada abses hati amebik. Pemberian metronidazole dilakukan selama 710 hari.4 Sembilan puluh lima persen abses hepar amebik tanpa komplikasi membaik dengan
pemberian metronidazole saja.4 Gejala klinis membaik dalam waktu 24 jam.4 Seharusnya apabila
mengarah kearah abses hati amebik, bisa diberikan luminal agent seperti paromomycin atau
iodoquinol untuk mengeradikasi amebiasis intestinal dan mencegah terjadinya relapsnya
infeksi.5
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena pada pasien ini, abses hepar
yang dialami pasien merupakan tanpa komplikasi jadi tidak mengancam jiwa. Dari pemeriksaan
fungsi hati, SGOT dan SGPT dalam batasan normal mendakan bahwa abses belum sampai
mengganggu kerja hepar. Dari hasil pemeriksaan tumor marker AFP dan CEA dalam kadar
normal menandakan tidak ada tanda keganasan. Untuk quo ad sanationam adalah dubia ad
bonam, karena pasien harus menjaga kebersihan dan higienitas diri dan lingkungan, jika tidak
mungkin saja penyakit ini akan relaps. Untuk quo ad fungtionamnya adalah dubia ad bonam,
karena absesnya tidak semua bisa diaspirasi pada saat pungsi abses, jadi harus terus dipantau dan
diterapi dengan USG abdomen ulang dan terapi antibiotik adekuat agar tidak merusak fungsi
dari hepar.
17
18
19