Anda di halaman 1dari 2

Limbah Budidaya Perikanan

Limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam atau sebagai bahan sisa yang masih
memerlukan perlakuan khusus untuk penggunaan kembali. Cemaran yang
diakibatkan oleh budidaya karamba secara primer adalah fosfor dan nitrogen
(Schimittou, 1991). Salah satu sumber pencemaran (termasuk eutrofikasi) lingkungan
budidaya diakibatkan oleh pelepasan nitrogen dan fosfor dari pakan ikan.
Akuakultur intensif akan memproduksi limbah pakan yang cukup banyak
antara lain nutrient dan limbah organik. Limbah pakan juga menyebabkan eutrofikasi.
Upaya pengelolaan budidaya ramah lingkungan diperlukan antara lain dengan
pengaturan penggunaan pakan yang berkualitas. Pakan yang berkualitas buruk
mengakibatkan limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan akan tinggi
sehingga kualitas air memburuk dan akan mengakibatkan produktivitas menurun.
Unasur hara berupa N dan P di perairan dapat berasal dari hasil metabolism ikan dan
dekomposisi sisa pakan ikan. Besarnya beban limbah hara dari akuakultur antara lain
ditentukan oleh konversi pakan. Limbah pakan dapat berupa debu dan pakan tak
termakan bisa mencapai 20% (Beveridge, 1987).
Nitrogen dan fosfor merupakan unsure makro yang dibutuhkan oleh
fitoplankton, berperan penting dalam produktivitas primer dan pada ekosistem
akuatik (Boyd, 1982). Tingginya unsure hara di karamba jaring apung (KJA) akibat
dari akumulasi sisa pakan yang terbuang, feces dan ikan yang mati (Kibria et al.,
1995). Ramseyer dan Garling (1997), menyatakan asupan N dan P hanya sekitar 20%
atau 30% pakan yang diasimilasi oleh ikan, sisanya terbuang ke lingkungan dan
menjadi penyebab pencemaran lingkungan berupa pakan tak termakan, ekskreta, dan
kotoran (feses) ikan.
Limbah dari pakan yang tidak tercerna (hara P) diekskresikan dalam bentuk
kotoran ikan, sedangkan (hara N) nutrient pakan yang tidak termakan (sisa). Nutrien

yang tersedia dalam pakan, sebagian besar dapat menjadi polutan dalam lingkungan
budidaya, seperti nitrogen, fosfor, bahan organik, dan hidrogen sulfida (Nur dan
Arifin, 2004). Semakin tinggi padat tebar konsekuensinya pada peningkatan limbah
metabolik yang dihasilkan yang dapat terakumulasi dalam media budidaya. Limbah
budidaya berupa sisa pakan dan feces. Hambrey (1999) menyatakan bahwa beban
limbah hara N dan P dapat dihitung apabila diketahui konversi pakan, total N dan P
pada pakan, dan total N dan P pada ikan.
Kibria et al., 1996 menyebutkan bahwa terdapat hubungan linier antara beban
limbah P dengan koversi pakan, oleh karena itu, perbaikan konversi pakan sangat
penting untuk mereduksi beban limbah P dari sistem akuakultur ke dalam perairan.
Kehilangan P yang utama adalah dari feces dan pakan yang tidak termakan. Akan
tetapi pelepasan P tersebut ke dalam perairan tergantung pada karakteristik fisika
kimia perairan seperti, oksigen, turbolensi, dan aktivitas mikroba (Kibria et al., 1996).

Sumber: Yosmaniar. Hubungan Konversi Pakan dengan Beban Limbah Hara N dan P
yang Dibuang ke Air Pemeliharaan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. 681
hlm

Anda mungkin juga menyukai