Referat Ensefalitis Aryaa
Referat Ensefalitis Aryaa
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Infeksi susunan saraf pusat merupakan
masalah yang serius. Diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang tidak sesuai akan
berakhir dengan kematian atau disabilitas yang serius. Diagnosis yang ditegakkan sedini
mungkin serta terapi yang cepat dan tepat dapat membantu mengurangi angka kematian.1
Angka kematian untuk penyakit infeksi susunan saraf pusat masih tinggi, misalnya pada
ensefalitis berkisar antara 35-50%. Penderita yang hidup 20-40% mempunyai komplikasi
atau gejala sisa yang melibatkan sistem saraf pusat yang dapat mengenai kecerdasan,
motorik, psikiatrik, epilepsi, penglihatan atau pendengaran bahkan sampai sistem
kardiovaskuler.1.2
Ensefalitis merupakan suatu peradangan pada otak, yang biasanya disebabkan oleh virus
dan dikenal dengan nama ensefalitis virus.3.4 Ensefalitis virus biasanya disebabkan oleh virus
herpes dan beberapa dari famili dari arbovirus. Mikroorganisme lain yang bisa menyebabkan
terjadinya ensefalitis diantanya ialah protozoa seperti Toxoplasma gondii, dan bakteri seperti
Listeria monocytogenes dan Mycobacterium tuberculosis.5
Menurut statistik dari 214 ensefalitis, 514% (115 orang) dari penderitanya ialah anak
anak. Virus yang paling sering ditemukan ialah virus herpes simpleks (31%) , yang disusul
oleh virus ECHO (17%). Statistik lain mengungkapkan bahwa ensefalitis primer yang
disebabkan oleh virus yang dikenal mencakup 19%. Ensefalitis primer dengan penyebab
yang tidak diketahui dan ensefalitis para-infeksiosa masing masing mencakup 40% dan
41% dan semua kasus ensefalitis yang telah diselidiki.6-8
Oleh karena itu, penulis dalam referat akan mencoba membahas tentang ensefalitis virus
beserta penanganannya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan referat ini ialah untuk menambah pengetahuan dan
memahami tentang penyakit ensefalitis virus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan referat ini ialah:
a. Untuk mengetahui jenis virus yang bisa menyebabkan terjadinya ensefalitis
virus
b. Untuk mengetahui cara mendiagnosis ensefalitis virus
c. Untuk mengetahui tatalaksana ensefalitis virus
d. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya ensefalitis virus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI
Encephalon atau otak terletak di dalam cavum crania dan bersambung dengan
medulla spinalis melalui foramen magnum. Otak dibungkus oleh tiga meningens,: dura
mater, arachnoidea mater, dan pia mater. Ketiganya bersambung dengan meningens
medulla spinalis. Cairan serebrospinal mengelilingi otak di dalam ruang subarakhnoid.9
Secara konvensional, otak dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian bagian tersebut
secara
berurutan
dari
medulla
spinalis
ke
atas
adalah
rhombencephalon,
A. RHOMBENCEPHALON
1. Medulla Oblongata
Medulla oblongata berbentuk conus, di superior berhubungan dengan pons dan di
bagian inferior berhubungan dengan medulla spinalis. Pada medulla oblongata, terdapat
banyak kumpulan neuron yang disebut nuclei dan berfungsi menyalurkan serabut
serabut saraf ascendens dan descendens.9
2. Pons
Pons terletak di permukaan anterior cerebellum, inferior dari mesencephalon, dan
superior dari medulla oblongata. Pons atau jembatan dinamakan dari banyaknya serabut
yang berjalan transversal pada permukaan anteriornya yang menghubungkan kedua
hemispherium cerebella. Pons juga mengandung banyak nuclei serta serabut serabut
ascendens dan desendens.9
3. Cerebellum
Cerebellum terletak di fossa cranii posterior, posterior terhadap pons, dan medulla
oblongata. Bagian ini terdiri dari dua hemispherium yang dihubungkan oleh sebuah
bagian median, yaitu vermis. Cerebellum berhubungan dengan mesencephalon melalui
pedunculus cerebellaris superior, dengan pons melalui pedinculus cerebella media,
dan dengan medulla oblongata melalui pedunculus cerebellaris inferior.9
Lapisan permukaan masing masing hemispherium cerebelli disebut korteks dan
terdiri dari substansia grisea.Cortex cerebelli tersusun dalam lipatan lipatan atau folia
yang dipisahkan oleh fissure fissure tranversal yang tersusun rapat. Pada bagian ini
terdapat massa substansia grisea di dalam cerebellum yang tertanam di dalam substansia
alba. Yang paling besar disebut nucleus caudatus.9
Medulla oblongata, pons, dan cerebellum mengelilingi sebuah rongga yang berisi
cairan serebrospinal, disebut ventriculus quartus. Di bagian superior, rongga ini
berhubungan dengan ventriculus tertius melalui aqueductus cerebri, dan dibagian
inferior menyambung dengan canalis centralis medulla spinalis.9
B. MESENCEPHALON
Mesencephalon merupakan bagian sempit otak yang menghubungkan prosencephalon
dengan rhombencephalon. Rongga sempit di mesencephalon adalah aqueductus cerebri
Sulcus parieto-occipitalis dimulai dari tepi medial superior hemisphere sekitar 2 inci
(5cm) di anterior polus occipitalis. Sulcus ini berjalan turun dan ke arah anterior pada
permukaan medial untuk bertemu dengan sulcus calcarina.10
Sulcus calcarina terdapat pada medial hemisphere. Sulcus ini dimulai dari bawah
ujung posterior corpus callosum dan melengkung ke atas dan belakang untuk mencapai
polus occipitalis yang merupakan tempat berakhirnya sulcus tersebut. Sulcus calcarina
bergabung dengan membentuk sudut lancip dengan sulcus parieto-occipitalis kira kira
di pertengahan jalan.10
berjalan ke arah anterior sulcus precentralis. Gyrus frontalis superior terletak di sebelah
posterior sulcus frontalis superior gyrus frontalis medius terletak di antara sulcus
frontalis superior dan inferior serta gyrus frontalis inferior terletak di inferior sulcus
frontalis inferior. Gyrus frontalis inferior dilalui oleh ramus anterior dan ascendens sulcus
lateralis.
Lobus parietalis terletak di daerah posterior sulcus centralis dan di superior
sulcus lateralis. Lobus ini meluas ke posterior sampai sejauh sulcus parieto-occipitalis.
Permukaan lateral lobus parietalis terbagi menjadi tiga gyrus oleh dua sulcus. Sulcus
postcentralis berjalan sejajar dengan sulcus centralis dan gyrus postcentralis terletak di
antaranya. Sulcus intraparietal berjalan ke posterior dari pertengahan sulcus
postcentralis. Di bagian superior sulcus intraparietalis terdapat lobules (gyrus) parietalis
superior dan di bagian inferiornya terdapat lobules (gyrus) parietalis inferior.
Lobus temporalis menempati daerah di inferior sulcus lateralis. Permukaan
lateral lobus temporalis terbagi menjadi tiga gyrus oleh dua sulcus. Sulcus temporalis
superior dan media berjalan sejajardengan ramus posterior sulcus lateralis, serta
membagi lobus temporalis menjadi gyrus temporalis superior, medius, dan inferior.
Gyrus temporalis inferior berlanjut ke permukaan inferior hemispherium.
Lobus occipitalis menempati daerah kecil di belakang sulcus parieto-occipitalis.
2. Permukaan Medial dan Inferior Hemispherium
Lobus lobus hemispherium cerebri di permukaan medial dan inferior tidak terbatas
dengan jelas. Namun, ada banyak daerah yang penting dikenali. Corpus callosum
merupakan commissural otak terbesar membentuk gambaran yang mencolok pada
permukaan ini. Gyrus cinguli dimulai di bawah ujung anterior corpus callosum dan
berlanjut ke atas corpus callosum hingga mencapai ujung posteriornya. Gyrus ini
dipisahkan dari corpus callosum oleh sulcus callosus. Gyrus cingulidipisahkan dari gyrus
frontalis superior oleh sulcus cinguli.
Lobulus paracentralis adalah daerah cortex cerebri yang terletak di sekitar lekukan
yang dibuat oleh sulcus centralis pada tepi superior. Bagian antara lobules ini merupakan
lanjutan gyrus precentralis pada permukaan lateral superior, dan bagian posterior lobules
ini merupakan lanjutan gyrus postcentralis.
Precuneus adalah daerah korteks yang di sebelah anterior dibatasi oleh ujung
posterior sulcus cinguli yang berbalik ke atas dan di bagian posterior dibatasi oleh sulcus
parieto-occipitalis.
Cuneus merupakan daerah cortex cerebri yang berbentuk segitiga dan di bagian
superior dibatasi oleh sulcus parieto-occipitalis, di sebelah inferior oleh sulcus calcarina
dan dibagian posterior oleh pinggir medialis superior.
Sulcus collateralis terletak pada permukaan inferior hemispherium. Sulcus ini
berjalan ke anterior di bawah sulcus calcarina. Terdapat gyrus lingualis di antara sulcus
collateralis dan sulcus calcarina. Di anterior gyrus lingualis terdapat gyrus
parahippocampi; gyrus yang terakhir ini berakhir di depan uncus yang berbentuk
seperti kait. Gyrus occipitotemporalis medialis terbentang dari polus occipitalis sampai
ke polus temporalis. Di medial dibatasi oleh sulcus collateralis dan sulcus rhinalis,
sedangkan di lateral dibatasi oleh sulcus occipitotemporalis.
STRUKTUR INTERNA HEMISPHERIUM CEREBRI
Hemispherium cerebri diliputi oleh selapis substansia grisea yang disebut cortex
cerebri. Di bagian dalam hemispherium cerebri terdapat ventriculus lateralis, massa
substansia grisea yang disebut nucleus basalis dan serabut serabut saraf. Serabut
serabut saraf tertanam di neuroglia dan membentuk substansia alba.
VENTRICULUS LATERALIS
Terdapat dua ventriculus lateralis dan masing masing terdapat pada satu
hemispherium cerebri. Masing masing ventriculus merupakan rongga berbentuk seperti
huruf C dan dilapisi oleh ependyma serta berisi cairan serebrospinal. Ventriculus lateralis
dapat dibagi menjadi corpus yang menempati lobus parietalis. Dari corpus ini muncul
cornu anterior, posterior, dan inferior yang masing masing akan membentang ke
dalam lobus frontalis, lobus occipitalis dan lobus temporalis.Ventriculus lateralis
berhubungan dengan rongga ventriculusketiga melalui foramen interventriculare.
dengan
aqueductus
cerebri
dank
anterior
sejauh
foramina
dengan tractus opticus di sisi lain; infundibulum dengan tuber cinereum; serta corpus
mamillare.
Permukaan superior diencephalon tertutup oleh fornix yang merupakan berkas
serabut serabut yang tebal dan berasa dari hippocampus lobus temporalis. Selain itu,
pada bagian posterior melengkung melewati thalamus, lalu bergabung dengan corpus
mamillare. Dinding superior diencephalon yang sebenarnya dibentuk oleh atap
ventriculus tertius. Dinding tersebut terdiri dari saru lapis ependyma yang bersambung
dengan lapisanependyma lain yang membatasi ventriculus tertius. Pada bagian superior
ditutupi oleh lipatan vascular piamater yang disebut tela choroidea ventriculus tertius.
Dari atas ventriculus tertius terdapat sepasang tonjolan vascular yang menonjol ke bawah
dari garis tengah ke rongga ventriculus tertius, yaitu plexus choroideus ventriculus
tertius.
Permukaan lateral diencephalon dibatasi oleh capsula interna substansia alba dan
mengandung serabut serabut saraf yang menghubungkan cortex cerebri dengan bagian
bagian lain pada batang otak dan medulla spinalis.
Oleh karena terbagi menjadi dua bagian yang simetris oleh ventriculus tertius yang
berbentuk seperti celah, diencephalon
superior pada permukaan medial diencephalon, yaitu dinding lateral ventriculus tertius,
dibentuk permukaan medial thalamus , sedangkan bagian inferiornya oleh hipotalamus.
Kedua daerah ini dipisahkan satu dengan yang lain oleh sulcus yang dangkal, yaitu
sulcus hypothalamicus. Seberkas serabut saraf yang merupakan serabut serabut
aferen ke nucleus habenularis membentuk rigi di sepanjang tepi superior permukaan
medial diencephalon dan disebut stria medullaris thalamicus.
Diencephalon dapat dibagi menjadi empat bagian besar: thalamus, subthalamus,
epithalamus, dan hypothalamus.
Gambar 3. Diencephalon
Thalamus
Thalamus adalah massa substansi grisea yang besar dan berbentuk oval yang
membentuk bagian utama diencephalon. Thalamus merupakan daerah yang penting dan
berperan sebagai pusat seluruh system sensorik utama, kecuali jaras olfactorius.
Thalamus terletak di setiap sisi ventrikulus tertius. Ujung anterior thalamus sempit, bulat,
dan membentuk batas posterior foramen interventrikularis. Ujung posterior melebar
membentuk pulvinar
Permukaan lateral thalamus terpisah dari nucleus lentiformis oleh pita substansia alba
yang penting yang disebut capsula interna.
Thalamus merupakan pusat sel yang penting dan menerima traktus traktus sensorik
utama (kecuali jaras olfactorius). Struktur ini dianggap sebagai pusat yang
mengintegrasikan dan menyalurkan berbagai informasi ke cortex cerebri dan berbagi
region subkortikal lainnya. Thalamus juga berperan penting untuk mengintegrasikan
fungsi visceral dan somatik.
Subthalamus
Subthalamus terletak di inferior thalamus dan diantara thalamus dan tegmentum
mesencephalon;
di
bagian
kraniomedial,
subthalamus
berhubungan
dengan
hypothalamus.
Kumpulan sel yang ditemukan di dalam subthalamus merupakan ujung cranial
nucleus ruber dan substansia nigra. Nukleus subthalamicus berbentuk seperti lensa
bikonveks.
Epithalamus
Epithalamus terdiri dari nucleus habenularis dan hubungan hubungannya, serta
glandula pinealis.
1. Nukleus Habenularis
Nukleus habenulari adalah sekelompok kecil neuron yang terletak tepat di medial
permukaan posterior thalamus. Serabut serabut aferen diterima dari nucleus amygdale
di dalam lobus temporalis dan melewati stria medullaris thalami. Serabut serabut
lainnya berjalan dari formation hippocampus melalui fornix. Bebebrapa serabut stria
medullaris thalami menyilang garis tengah dan menuju nucleus habenularis sisi yang
berlawanan.
Serabut
habenularum.
serabut
yang
terakhir
ini
membentuk
commisusura
Gambar 4. Hypothalamus
Ventriculus Tertius
Ventriculus tertius, yang berasal dari vesikel prosencephalon,
merupakan celah
sempit di antara dua thalamus. Pada bagian anterior, ventriculus tertius berhubungan
dengan ventriculus lateralis melalui foramina interventriculare (foramina Monro),
sedangkan pada bagian posterior dengan ventriculus quartus melalui aquaductus
cerebri. Ventriculus tertius mempunyai dinding anterior, posterior, lateral, superior, dan
inferior serta dilapisi oleh ependyma.
2. FISIOLOGI
Cerebrum merupakan bagian yang paling berkembang pada manusia, yang meliputi
80% berat total otak. Lapisan luar cerebrum yang memiliki banyak lekukan adalah
korteks cerebrum. Korteks menutupi bagian tengah yang mengandung nucleus basal.
Korteks cerebrum berperan penting dalam sebagian besar fungsi tercanggih saraf,
misalnya inisiasi volunteer gerakan, persepsi sensorik akhir, berpikir sadar, bahasa, sifat
kepribadian, dan faktor faktor lain yang kita hubungkan dengan pikiran atau intelektual.
Cerebrum mempunyai empat lobus, yakni lobus oksipitalis, lobus temporalis, lobus
parietalis dan lobus frontalis.
FUNGSI UTAMA
1. Persepsi sensorik
2. Kontrol gerakan volunteer
3. Bahasa
4. Proses mental canggih, misalnya berfikir, mengingat, membuat
Nukleus Basal
Thalamus
Cerebellum
terlatih
1. Asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer
(Mesencephalon,
pons,
medulla
oblongata)
postur
4. Penerimaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda
spinalis; keadaan terjada dan pengaktifan korteks cerebrum
5. Pusat tidur
3. Virus
a. Sifat sifat umum virus
Virus adalah penyebab infeksi terkecil (berdiameter 20 300 nm). Genom virus
hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA).1 Asam nukleat virus
terbungkus dalam suatu kulit protein, yang dapat dikelilingi oleh selaput yang
mengandung lemak. Seluruh unit infektif disebut virion. Virus tidak aktif dalam
lingkungan di luar sel. Virus hanya bereplikasi di dalam sel hidup, sebagai parasit pada
tingkat genetik. Asam nukleat virus mengandung informasi yang diperlukan untuk
memerintahkan sel inang yang terinfeksi guna mensintesis sejumlah makromolekul
khusus yang dibutuhkan untuk pembentukan turunan virus. Selama siklus replikatif,
dihasilkan banyak salinan asam nukleat dan lapisan lapisan protein virus. Lapisan
lapisan protein tersebut akan membentuk kapsid, yang akan membungkus dan
menstabilkan asam nukleat terhadap lingkungan ekstrasel serta memudahkan pelekatan
dan penetrasi virus ketika berkontak dengan sel baru yang rentan.1
Bila diisolasi dari virion, asam nukleat virus dapat dihidrolisis oleh ribo atau
deoksiribonuklease, tetapi asam nukleat dalam virus yang utuh tidak terpengaruh oleh
tindakan tersebut. Sebaliknya, antiserum virus akan menetralkan virion karena zat ini
bereaksi dengan antigen pada lapisan protein virus. Walaupun demikian, antiserum yang
sama tidak mempunyai efek pada asam nukleat infektif bebas yang diisolasi dari virion.1
sel secara kebetulan. Pada permukaan sel terdapat tempat tempat pada mana virus dapat
diadsorpsi. Tempat tersebut dinamakan reseptor. Neuraminidase bisa menghancurkan
reseptor reseptor itu sehingga adsorpsi virus tidak lagi terjadi. Setelah virus diadsorpsi
oleh reseptor yang berada di permukaan sel tertentu, ia secara aktif menembus membrane
sel dengan jalan menuangkan nucleic acidnya ke sitoplasma atau secara pasif ia
diringkus oleh juluran sitoplasma sebuah sel.2
c. Virus yang sudah ada di dalam sel
Komponen virus yang memungkinkan bertambahnya partikel viral ialah nucleic
acid. Sesudah virus berada di dalam sitoplasma sel inang, kapsel virus diha curkan.
Dalam hal tersebut virus merangsang sitoplasma sel inang untuk membuat protein yang
menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid yang sejenis dengan nucleic
acid virus. Proses ini dinamakan replikasi. Dan nucleic acid yang dibuat sel inang
menurut contoh nucleic acid virus yang dinamakan replika. Selama proses replikasi
berlangsung, produksi nucleic acid dan unsur unsur selular dari sel inang terhambat
atau terhenti.2
d. Gaya destruktif virus
Karena produksi dari replika replika nucleic acid virus dapat berjalan terus, maka
sel inang dapat dihancurkan. Dengan demikian, partikel partikel virus tersebar
ekstraselular. Kemungkinan lain ialah bahwa partikel virus menjalar dari sel inang ke sel
tetangga, tanpa penghancuran sel inang. Dengan cara tersebut, virus menjalar otot otot
antagonis, sinergis dan fiksator diatur secara reflektorik segmental di bawah pengarahan
serebelum atas tanggapannya terhadap masukan impuls propioseptif. 2
Bilamana salah satu komponen dari susunan neuromuskular tidak menjalankan tugas
sebagaimana mestinya, maka akan timbul gangguan gerakan voluntar. Berdasarkan
komponen susunan neuromuskular mana yang terkena lesi, maka gangguan voluntar itu
dapat berupa,:
1. Kelumpuhan, yaitu hilangnya tenaga otot sehingga gerak voluntary sukar atau sama
sekali tidak bisa dilakukan akibat lesi di:
a. Susunan pyramidal
b. Final common path
c. Motor end plate
d. Otot
2. Hilangnya ketangkasan gerakan voluntary (namun dengan utuhnya tenaga muskular)
akibat lesi di susunan ekstrapiramidal, yaitu di
a. Ganglia basalia
b. Serebelum
Segala sesuatu yang mengganggu fungsi atau merusak kawasan susunan saraf disebut
lesi. Suatu lesi dapat berupa kerusakan pada jaringan fungsional akibat perdarahan,
trombosis atau embolisasi. Pada jaringan fungsional karena peradangan, degenerasi dan
penekanan oleh proses desak ruang dan sebagainya. Suatu lesi yang melumpuhkan fungsi
kawasan yang didudukinya dikenal sebagai lesi paralitik sebagai tandingan dari lesi
iritatif, yaitu lesi yang merangsang daerah yang didudukinya. 2
Gambar kelumpuhan akibat lesi paralitik di susunan piramidal dari komponen UMN
susunan neuromuskular berbeda sekali dengan gambar kelumpuhan akibat lesi paralitik di
final common path, motor end plate, dan otot. Karena itu, maka kelumpuhan yang
pertama dinamakan kelumpuhan UMN dan yang kedua kelumpuhan LMN.2
Kelumpuhan UMN dicirikan oleh tanda tanda kelumpuhan UMN, yaitu tanda
tanda yang khas bagi disfungsi UMN. Adapun tanda tanda kelumpuhan UMN itu ialah:
1. Tonus otot meninggi atau hipertonia
Gejala tersebut di atas terjadi karena hilangnya pengaruh inhibisi korteks motorik
tambahan terhadap inti inti intrinsik medulla spinalis. Jadi, sesungguhnya hipertonia
merupakan ciri khas bagi disfungsi komponen ekstrapiramidal susunan UMN.
Hipertonia tidak akan bangkit, bahkan tonus otot menurun, bilamana lesi paralitik
merusak hanya korteks motorik primer saja. Hipertonia menjadi jelas sekali apabila
korteks motorik tambahan (area 6 dan 4s) ikut terlibat dalam lesi paralitik. Walaupun
demikian lesi paralitik dimana saja yang mengganggu ultraviolet atau gangguan
hormonal. Dan karena itu virus yang sebelumnya berdiam di dalam sel secara
endosimbiotik, berubah menjadi ganas dan merusak sel inang. Hal tersebut
diketahui dari penyelidikan virus herpes zoster, yang berdiam di ganglion Gasseri
secara endosimbiotik, tetapi setelah mengalami pengaruh sinar ultraviolet langsung
menjadi ganas dan menimbulkan manifestasi ensefalitis.
2. Virus dapat mengubah sifat sel inang seluruhnya.
Hal ini terbukti pada limfoma Burkitt. Infeksi virus pada kelenjar limfe dapat
mengubah sifat sel sehingga menjadi neoplasmatik.
3. Virus dapat mengganggu fungsi dan morfologi sel inang secara perlahan lahan
sekali, sehingga pada akhirnya bangkit suatu penyakit yang tampaknya bersifat
degeneratif. Infeksi virus tersebut dinamakan slow virus infection.
e. Infeksi virus pada susunan system saraf pusat
Infeksi pada SSP merupakan masalah kesehatan serius yang perlu diketahui dan
diobati untuk meminimalkan gejala sisa neurologik yang serius dan memastikan
keselamatan pasien.
Infeksi SSP oleh virus relatif jarang terjadi namun dapat berbahaya. Pada umumnya,
virus menyerang melalui darah, walaupun beberapa infeksi tertentu seperti rabies dan
varisela-zooster menyerang SSP melalui saraf perifer.3
Gejala dan tanda infeksi virus SSP sangat bervariasi sesuai dengan mudah
terserangnya sel sel SSP yang berbeda terhadap virus. Infeksi terbatas pada meningeal
yang menyebabkan gejala yang menunjukkan meningitsis (kaku kuduk, sakit kepala,
demam), sedangkan bila parenkim otak yang terkena, pasien memperlihatkan penurunan
tingkat kesadaran, kejang, deficit neurologik fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial
(intracranial pressure, ICP).3
Kita dapat membedakan dua macam virus yang menimbulkan manifestasi neurologik.
Virus yang tergolong pada virus neurotropik memang mempunyai sifat untuk ditangkap
oleh sel saraf. Jenis virus lain, yaitu yang dinamakan viserotropik, mempunyai
kecenderungan untuk tertangkap oleh sel mukosa traktus digestivus, tetapi pada kondisi
kondisi tertentu virus viserotropik mendapat kesempatan untuk tiba di sel sel saraf juga.
Kondisi kondisi tersebut ialah:
1. Jumlah virus yang melakukan invasi besar sekali
2. Daya ketahanan tubuh yang rendah, misalnya karena penyakit kronik, karena reaksi
alergik, karena gangguan imunologik, karena demam, karena faktor obat obat dan
terapi radiologik
3. Karena bantuan biokimiawi kepada susunan saraf berkurang, akibat kerusakan di
ginjal, paru, hepar, jantung dan susunan eritropoetik
Setelah proses invasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbullah manifestasi
manifestasi toksemia yang kemudian disusul oleh manifestasi lokalisatorik. Gejala
gejala toksemia terdiri dari sakit kepala, febrile convulsion, vertigo, parestesia, lemasletih seluruh tubuh, nyeri retrobulbar dan tidak jarang organic brain syndrome.2,3
Manifestasi
lokalisatorik
dapat
berupa
sindrom
meningitis,
ensefalitis,
Riketsia
Mycoplasma pneumonia
Bakteri
Spirochaeta: Sifilis, kongenital atau akuisita, leptospirosis
Jamur: Candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis,
neuron dan glia dimana terjadi intraceluler inclusion bodies, peradangan otak dan
medulla spinalis serta edema otak. Juga terdapat peradangan pada pembuluh-pambuluh
darah kecil, thrombosis dan proliferasi astrosit dan microglia. Neuron-neuron yang rusak
dimakan oleh makrofag atau mikroglia, disebut sebagai neuronofagia yaitu sesuatu yang
khas bagi ensefalitis primer.
Didalam medulla spinalis, virus menyebar melalui endoneurium dalam ruang
intersisial pada saraf-saraf seperti yang terjadi pada rabies dan herpes simpleks. Pada
ensefalitis sel-sel neuron dan glia mengalami kerusakan.
Kerusakan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh:
1. Invasi langsung dan destruksi jaringan saraf oleh virus yang berproliferasi aktif
2. Reaksi jaringan saraf terhadap antigen-antigen virus
a.
ENSEFALITIS PRIMER
Genom
DNA untai ganda, linear, berat molekul 95 150 juta, 120 240 kbp,
urutan diulangi
Protein
Selubung
Replikasi
Menyebabkan infeksi laten; bertahan secara tak terbatas dalam inang yang
menonjol
Kerusakan pada jaringan otak berupa nekrosis di substansia alba dan grisea serta
infark iskemik dengan infiltrasi limpositer sekitar pembuluh darah intraserebral. Di dalam
nucleus sel saraf terdapat inclusion body yang khas bagi virus herpes simpleks.3,5
Gambaran penyakit ensefalitis virus herpes simpleks tidak banyak berbeda dengan
ensefalitis primer lainnya lainnya. Tetapi yang menjadi ciri khas bagi ensefalitis virus
herpes simpleks ialah progresivitas perjalanan penyakitnya. Mulai dengan sakit kepala,
demam dan muntah muntah. Kemudian timbul acute organic brain syndrome yang
cepat memburuk sampai koma. Sebelum koma dapat ditemukan hemiparesis atau afasia.
Dan kejang epileptik dapat timbul sejak permulaan penyakit. Pada pungsi lumbal
ditemukan pleiositosis limpositer dengan eritrosit.3,5
a.2 ENSEFALITIS ARBOVIRUS
Virus arbovirus terdiri dari Togaviridae, Flaviviridae dan Bunyiviridae. Berikut
adalah status taksonomi arbovirus,:
SIFAT VIRUS
Bulat, diameter 70 nm. Genom: RNA positive-sense, untai tunggal.
Selubung: Tiga atau empat polipeptida structural utama, satu atau dua
terglikosilasi. Replikasi: sitoplasma. Penyusunan: bertunas melalui
Flaviviridae
Bunyaviridae
Pada epidemi berat yang disebabkan oleh virus ensefalitis, angka kasus sekitar
1:1000. Di Amerika Serikat, ensefalitis St. Louis merupakan penyakit virus terpenting
pada manusia ditularkan oleh artropoda yang menyebabkan sekitar 10000 kasus dan 1000
kematian sejak penyakit itu pertama kali diketahui pada tahun 1933. Di Amerika Serikat,
ensefalitis St. Louis tetap timbul setiap tahun. Epidemi terbesar (1815 kasus) tercatat
pada tahun 1975 dan pada tahun 1987 hanya lima kasus yang dilaporkan.
Pada beberapa daerah yang sangat endemic, hampir semua penduduk dapat terkena
infeksi, dan sebagian infeksi bersifat asimtomatik. Hal ini terjadi pada infeksi ensefalitis
B Jepang di Jepang. Ensefalitis B Jepang adalah penyebab utama ensefalitis virus di Asia.
Kurang lebih 50000 kasus terjadi setiap tahun di Cina, Jepang, Korea dan India.
Ensefalitis yang ditularkan oleh nyamuk bisa terjadi bila nyamuk seperti Culex
tarsalis, Culex quinquefasciatus, Culex pipiens atau Culex tritaeniorhynchus (Jepang)
atau anrtropoda lain yang mula mula menggigit hewan yang terinfeksi kemudian
menggigit manusia.
Ensefalitis kuda timur, barat, dan Venezuela, ditularkan oleh nyamuk culicine ke kuda
atau manusia dari siklus nyamuk-burung-nyamuk. Kuda, seperti manusia, merupakan
inang yang tidak penting untuk bertahannya virus. Pada kuda, infeksi ensefalitis kuda
timur maupun Venezuela bersifat berat, kematian hewan yang terserang mencapai 90%.
Siklus nyamuk-burung-nyamuk juga terjadi pada ensefalitis St. Louis dan ensefalitis B
Jepang. Babi merupakan inang penting bagi ensefalitis B Jepang. Nyamuk terinfeksi
sepanjang hidup (beberapa minggu sampai beberapa bulan). Hanya nyamuk betina yang
mengisap darah, setelah mengisap darah lalu menularkan virus lebih dari sekali. Sel sel
usus tengah nyamuk merupakan tempat pembiakan primer virus. Hal ini diikuti oleh
viremia dan penyebarannya ke organ organ terutama kelenjar liur dan jaringan saraf,
tempat terjadinya pembiakan virus sekunder. Artropoda itu tetap sehat.
Infeksi arbovirus pada kelelawar pemakan serangga menimbulkan viremia yang
berlangsung 6 12 hari tanpa sakit atau perubahan perubahan patologik pada kelelawar.
Sementara kadar virus tinggi, kelelawar yang terkena infeksi dapat menyebabkan infeksi
pada nyamuk yang kemudian dapat menularkan infeksi itu ke burung liar dan unggas
peliharaan serta beberapa kelelawar lainnya.
Ensefalitis
kuda
PEMAPARAN
Pedesaan
barat
DISTRIBUSI
VEKTOR
RASIO
KEJADIAN
ANGKA
(Menurut
SISA
KEMATIAN
(%)
3-7
50 70
20-30 (anak)
Pasifik,
Culex
Umur)
50:1 (<5)
pegunungan,
tarsalis
1000:1 (>15)
(Alphavirus)
Barat Tengah,
Ensefalitis
Barat Daya
Atlantik,
Aedes
10:1 (bayi)
Pantai Selatan
sollicitans,
50:1
Aedes
(setengah
vexans
umur)
Aedes,
20:1 (tua)
25:1 (<15)
Psorophora
1000:1 (>15)
kuda
Pedesaan
barat
(Alphavirus)
Ensefalitis
Pedesaan
Amerika
kuda
Selatan
Venezuela
Tengah
dan
Culex
< 10 (dewasa)
(Alphavirus)
Ensefalitis
St.
Kota - pedesaan
Tersebar luas
Louis
(Flavirus)
Culex
800:1 (<9)
pipiens,
400:1 (9-59)
Culex
85:1 (>60)
5-10 (<65)
30 (>65)
quinquefasc
iatus, Culex
tarsalis,
Culex
Ensefalitis
Pedesaan
California
Utara Tengah,
nigrapalpus
Aedes
Tidak
Atlantik
triseriatus
diketahui
Jarang
Jarang
mematikan
(Bunyavirus)
Patogenesis
Patogenesis ensefalitis pada manusia belum diselidiki dengan baik, tetapi penyakit
pada hewan percobaan dapat menjadi model penyakit bagi manusia. Ensefalitis equine
pada kuda bersifat difasik. Pada fase pertama (penyakit ringan), virus berkembang biak
dalam jaringan bukan saraf dan terdapat dalam darah selama 3 hari sebelum tanda tanda
pertama terserangnya susunan saraf pusat. Pada fase kedua (penyakit berat), virus
berkembang biak dalam otak, sel sel mengalami cedera dan hancur, dan secara klinik
ensefalitis tampak nyata. Kedua fase tersebut dapat tumpang tindih. Diperlukan
konsentrasi yang tinggi dalam jaringan otak sebelum munculnya penyakit.
Ensefalitis primer ditandai oleh lesi pada semua bagian susunan saraf pusat,
termasuk struktur basal otak, korteks serebri dan medulla spinalis. Sering terjadi
perdarahan kecil disertai perivascular cuffing dan perembesan meningeal, terutama
dengan sel sel berinti satu. Terjadi degenerasi sel saraf yang berkaitan dengan
neuronofagia. Sel Purkinje cerebellum dapat dihancurkan. Juga terdapat bercak bercak
encefalomalasia; plak plak aseluler yang tampak berongga tempat serabut medulla,
dendrite dan akson dihancurkan; dan proliferasi microglia fokal. Jadi, tidak hanya neuron
yang terserang, tetapi juga struktur sel penyokong susunan saraf pusat. Penyebaran
degenerasi neuron terjadi pada semua arbovirus yang menimbulkan ensefalitis.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi ensefalitis antara 4 dan 21 hari. Penyakit timbul tiba tiba diserai
nyeri kepala yang hebat, menggigil dan demam, mual dan muntah, nyeri di seluruh tubuh
dan malaise. Dalam 24 48 jam, timbul rasa sangat mengantuk dan penderita dapat
mengalami stupor. Sering terjadi kaku kuduk. Kekacauan mental, disartria, tremor, kejang
dan koma timbul pada kasus kasus yang berat. Demam berlangsung 4 10 hari. Pada
ensefalitis B Jepang, angka kematian pada kelompok usia lanjut dapat sampai setinggi
80%. Sisa penyakit mungkin berupa gangguan mental, perubahan kepribadian,
kelumpuhan, afasia, dan tanda tanda cerebellum.
Infeksi abortif menyerupai meningitis aseptik ato poliomyelitis nonparalitik.
Sering terjadi infeksi yang tidak nyata.
Di California, baik ensefalitis kuda barat maupun ensefalitis St. Louis keduanya
bisa terjadi, ensefalitis kuda barat biasa terjadi pada anak anak dan bayi. Di daerah yang
sama, ensefalitis St. Louis jarang terjadi pada bayi, walaupun kuda virus tersebut
ditularkan oleh vektor artropoda yang sama (Culex tarsalis).
Diagnosis Laboratorium
A. Isolasi virus: Virus terdapat hanya dalam darah pada infeksi dini; biasanya timbu
sebelum timbulnya gejala gejala. Virus paling sering diisolasi dari otak pada kasus
kasus yang fatal dengan inokulasi intraserebral mencit yang baru lahir dan kemudian
diidentifikasi dengan tes serologi dengan antiserum yang telah diketahui.
B. Serologi: Antibodi netralisasi dan antibody penghambat hemaglutinasi dapat
ditemukan dalam beberapa hari setelah penyakit timbul. Antibodi pengikat
komplemen timbul kemudian. Antibodi netralisasi dan antibody penghambat
hemaglutinasi ada selama bertahun tahun. Antibodi ikatan komplemen dapat hilang
dalam 2 5 tahun. Tes HI dengan eritrosit ayam yang baru menetas adalah tes
diagnostic yang paling sederhana, tetapi tes ini terutama mengidentifikasi golongan
bukan virus penyebab spesifik. Untuk membuat diagnosis perlu ditentukan naiknya
titer antibody spesifik selama infeksi. Contoh serum pertama harus diambil secepat
mungkin setelah timbulnya penyakit dan contoh kedua 2 3 minggu kemudian.
Sepasang bahan tersebut harus diperiksa dengan tes serologi yang sama.
ENSEFALITIS KUDA VENEZUELA
Penyakit ini disebabkan oleh togavirus, subkelompok alfavirus.
Gambaran Klinis
Lebih dari 50% pada kuda yang terinfeksi timbul gejala gejala susunan saraf
pusat setelah masa inkubasi 24 72 jam, sedangkan sisanya menderita sakit demam yang
tidak diketahi penyebabnya.
Penyakit pada manusia menyerupai influenza pada sekitar 97% penderita yang
mengalami gejala gejala yang terdiri atas demam tinggi, cephalgia, dan mialgia hebat.
Ensefalitis terjadi pada sekitar 3% penderita. Telah dilaporkan angka kematian 0.5%,
biasanya pada penderita yang lebih muda yang mengalami tanda tanda neurologik.
Diagnosis Laboratorium
Virus dapat diisolasi dari darah, serum, bilasan nasofaring, banyak organ dan
kadang kadang dari cairan serebrospinal selama fase akut penyakit. Isolasi dibuat
dengan dengan inokulasi intraserebrum pada mencit yang masih menyusu atau pada
biakan sel. Respon antibodynya sama seperti respon antiodi yang terdapat pada penyakit
penyakit arbovirus lainnya. Antibodi netralisasi dan antibody penghambat
hemaglutinasi timbul 2- 3 minggu setelah timbulnya penyakit tetapi menurun dalam 2- 5
tahun. Tes tes serologi yang tersusun menurut spesifitasnya adalah Nt, CF dan HI.
Banyak terjadi reaksi silang dengan alfavirus lainnya dengan menggunakan tes HI,
walaupun titer antibodu homolog lebih tinggi daripada antibody heterolog.
2. ENSEFALITIS BUNYAVIRUS
Kompleks virus ensefalitis California terdiri atas 14 anggota yang secara antigenic
berhubungan dengan bunyavirus, termasuk virus La Crosse
Epidemiologi
Virus virus ini semula ditemukan di California, tetapi terutama di lembah sungai
Mississippi dan Ohio, kasusnya tersebar dimana mana. 30 sampai 160 kasus terjadi
setiap tahun antara bulan Juli dan September di AS, terutama pada orang muda (umur 4
14 tahun).
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Infeksi virus ensefalitis California timbul secara tiba tiba, ditandai dengan sakit
kepala bifrontal hebat, demam 38 - 40C, kadang kadang muntah, letargi dan muntah
muntah. Kadang kadang hanya timbul meningitis aseptik.
Perubahan histopatologik meliputi degenerasi neuron dan bercak peradangan
disertai cuffing perivaskuler dan edema korteks cerebrum dan meningens.
Prognosisnya baik, walaupun penyembuhannya dapat berlangsung lama.
Kematian dan cacat neurologik jarang terjadi.
Pemastian serologi dengan tes HI, CF atau Nt dilakukan pada bahan akut atau
konvalesen.
b. ENSEFALITIS PARA-INFEKSIOSA
Ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi penyakit virus parotitis epidemika,
mononukleosis infeksiosa, varisela dan herpes zooster dinamakan ensefalitis parainfeksiosa. Tetapi ensefalitis ini sebenarnya tidak murni. Gejala-gejala meningitis,
mielitis, neuritis kranialis, radikulitis dan neuritis perifer dapat bergandeng dengan
gambaran penyakit ensefalitis. Bahkan tidak jarang komplikasi utamanya berupa
radikulitis jenis Guillain Barre atau meilitis transversa sedangkan manifestasi
ensefalitisnya sangat ringan dan tidak berarti. Maka untuk beberapa jenis ensefalitis parainfeksiosa, diagnosis mielo- ensefalitis lebih tepat daripada ensefalitis. Salah satu jenisensefalitis viral yang fatal perlu disinggung dibawah ini, yaitu rabies.2
Rabies
Rabies disebabkan oleh virus neurotrop yang ditularkan kepada manusia melalui
gigitan anjing atau binatang apapun yang mengandung virus rabies. Setelah virus
melakukan penetrasi kedalam sel tuan rumah, ia dapat menjalar melalui serabut saraf
perifer ke susunan saraf pusat. Sel-sel saraf (neuron) sangat peka terhadap virus tersebut.
Dan sekali neuron terkena infeksi virus rabies proses infeksi itu tidak dapat dicegah lagi.
Dan tahap viremia tidak perlu dilewati untuk memperluas infeksi dan memperburuk
keadaan, neuron-neuron diseluruh susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai di
korteks tidak bakal luput dari daya destruksi virus rabies. Masa inkubasi rabies ialah
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Jika dalam masa itu dapat diselenggarakan
pencegahan supaya virus rabies tidak di neuron-neuron maka kematian dapat
dihindarkan. Jika gejala-gejala prodromal sudah bangkit tidak ada cara pengobatan yang
dapat mengelakkan progresivitas perjalanan penyakit yang fatal dan menyedihkan ini.2,6
Gejala-gejala prodromalnya terdiri dari lesu dan letih badan, anoreksia, demam,
cepat marah-marah dan nyeri pada tempat yang telah digigit anjing. Suara berisik dan
sinar terang sangat mengganggu penderita. Dalam 48 jam dapat bangkit gejala-gejala
hipereksitasi. Penderita menjadi gelisah, mengacau, berhalusinasi meronta-ronta, kejang
opistotonus dan hidrofobia. Tiap kali ia melihat air, otot-otot pernafasan dan laring
kejang, sehingga ia menjadi sianotik dan apnoe. Air liur tertimbun didalam mulut oleh
karena penderita tidak dapat menelan. Pada umumnya penderita meninggal karena status
epileptikus. Masa penyakit dari mula-timbulnya prodromal sampai mati adalah 3 sampai
4 hari saja.
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ensefalitis viral beraneka ragam, bergantung pada masing-masing
kasus, epidemi, jenis virus dan lain-lain. Pada umumnya terdapat 4 jenis bentuk
manifestasi kliniknya yaitu :
a. Bentuk asimtomatik : gejala ringan sekali, kadang ada nyeri kepala ringan atau
demam tanpa diketahui sebabnya. Diplopia, vertigo dan parestesi juga berlangsung
sepintas saja. Diagnosis hanya ditegakkan atas pemeriksaan CSS.
b. Bentuk abortif : Gejala-gejala berupa nyeri kepala, demam yang tidak tinggi dan kaku
kuduk ringan. Umumnya terdapat gejala-gejala seperti infeksi saluran pernafasan
bagian atas atau gastrointestinal.
c. Bentuk fulminan : bentuk ini beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir
dengan kematian. Pada stadium akut: demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat masuk ke
dalam koma yang dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan
bulbar atau jantung
d. Bentuk khas ensefalitis : bentuk ini mulai secara bertahap, gejala awal nyeri kepala
ringan, demam, gejala ISPA atau gastrointestinal selama beberapa hari. muncul tanda
radang SSP (kaku kuduk, tanda Kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur). Defisit
neurologik yang timbul bergantung pada tempat kerusakan. Penurunan kesadaran
menyebabkan koma, dapat terjadi kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan
koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental
Gejala trias ensefalitis: demam, kejang dan kesadaran menurun. Gejala klinis: bersifat
akut/sub akut, yaitu demam, nyeri kepala, gejala psikiatrik, kejang, muntah,
kelemahan otot fokal, hilangnya memori,gangguan status mental, fotofobia, kelainan
gerakan. Pada neonatus: gejala tampak usia 4-11 hari, yaitu letargik, malas minum,
iritabel, dan kejang. Tanda klinik: gangguan kesadaran, demam, disfasia, ataxia,
kejang fokal-general, hemiparesis, gangguan saraf otak, hilangnya lapangan pandang
dan papil edema.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a. Pungsi lumbal : CSS jernih, jumlah sel 20-500 / ml, kadang-kadang bisa
mencapai 2000/lebih. Kadar protein meningkat sampai 80-100 mg%, sementara
kadar glukosa dan klorida normal.
b. Darah
Pemeriksaan pelengkap
a. Isolasi virus : identifikasi mikroorganisme penyebabnya (terutama virus). Virus
diisolasi dari otak inokulasi intraserebral mencit
b. Serologi : dalam membuat diagnosis perlu untuk menentukan kenaikan titer
antibodi spesifik selama infeksi
c. EEG : Perubahan tidak spesifik menyeluruh. Gambaran melambatnya aktivitas
otak.
d. CT scan kepala dan MRI : CT scan : perubahan parenkimal, odem otak dan
daerah lesi yang densitasnya berbeda dengan parenkim otak. CT scan berguna
untuk menunjukkkan adanya komplikasi (perdarahan, hidrocephalus, atau
herniasi). MRI lebih sensitive daripada CT scan dalam mengidentifikasi
ensefalitis virus
6. Kriteria Diagnosis
Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan penunjang yang dilakukan.
a. Panas tinggi, nyeri kepala hebat, kaku kuduk, stupor, koma, kejang dan gejalagejala kerusakan SSP
b. Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (CSS) terdapat pleocytosis dan sedikit
peningkatan protein
c. Isolasi virus dari darah, CSS atau spesimen post mortem (otak dan darah)
Identifikasi serum antibodi dilakukan dengan 2 spesimen yang diperoleh dalam 34 minggu secara terpisah
7. Diagnosis Banding
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Meningitis bakterial
Stroke
Tumor otak
Abses ekstradural
Abses subdural
Infiltrasi neoplasma
Trauma kepala pada daerah epidemi
Ensefalopati
i. Sindrom Reye
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1. Mengatasi kejang Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering
terjadi, perlu diberikanDiazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus
selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis : infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung
umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebri dan akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebrim :
Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intracranial : Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,52,0 g/kgBB selama 30-60 menit, diulang setiap 8-12 jam.Gliser ol, melalui pipa
nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk, dapat
diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama
5. Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan etiologi bakteri diberikan
antibiotik parenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena infeksi virus herpes
simplek Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10
hari.
b. Non farmakologis
1. Fisioterapi dan upaya rehabilitative
2. Makanan tinggi kalori protein
Lain-lain: perawatan yang baik, konsultan dini dengan ahli anestesi untuk pernapasan
buatan
9. Pencegahan
1.
HiB
2. Status gizi juga harus baik
3. Melindungi diri dari organisme vektor. Vektor utama nyamuk Culex dengan
memusnahkan nyamuk dewasa dan tempat pembiakannya. Vektor komponen
fisik/alam (udara dan air) memastikan tidak terpapar langsung
4.
10. Komplikasi
a. Susunan saraf pusat : kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan
pendengaran
b. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara
menetap
c. Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid),
hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.
d. Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental karena
kerusakan SSP berat
11. Prognosis
Prognosis sukar diramalkan tergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan dan
penyulit yang muncul.
1. Sembuh tanpa gejala sisa
2. Sembuh dengan gangguan tingkah laku/gangguan mental
3. Kematian bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita
BAB III
KESIMPULAN
1. Infeksi susunan saraf pusat diantaranya dapat mengenai selaput otak dan jaringan otak
atau keduanya.
2. Infeksi susunan saraf pusat dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur.
3. Infeksi pada susunan saraf pusat merupakan masalah kesehatan serius yang perlu
diketahui dan diobati untuk meminimalkan gejala sisa neurologik yang serius dan
memastikan keselamatan pasien.
4. Rute
masuknya
mikroorganisme
kedalam
tubuh
dapat
melalui
hematogen,
DAFTAR PUSTAKA
1. Encephalitis. Available from: www.medlinux.com/2007/09/encephalitis.html. Diunduh
tanggal 21 Oktober 2011, pukul 18.00 WIB
2. Anderson DC, Kozak AJ : Meningitis, encephalitis and brain abses. In : Tintinalli JE, et
al, eds. Emergency Medicine : A Comprehensive Study Guide. 4th ed. McGraw-Hill;
1997.
3. Infeksi virus. Available from: http://medicastore.com/penyakit/336/Infeksi_Virus.html.
Diunduh tanggal 22 Oktober 2011, pukul 17.00 WIB
4. Underwood JCE. Sistem saraf pusat dan saraf tepi. Patologi umum dan sistematik edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.Jakarta.1999. p855-76
5. Solomon T, Hart IJ, Beeching NJ. Review:Viral encephalitis: a clinicals guide. British
Medical Journal 2007;7;p 288-305
6. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme infeksi susunan syaraf. Neurologi Klinis Dasar.
Dian Rakyat.Jakarta.2010, p303-15
7. Price SA, Wilson LM. Gangguan sistem neurologik. Patofisiologi volume 2. Penerbit
buku kedokteran: EGC. Jakarta.2006, p1148-54
8. Mansjoer, Arif, Suprohaita, Wahyu IW, Wiwiek S. Kapita selekta Kedokteran edisi ketiga
jilid kedua.media aesculapius. FKUI. Jakarta 2000.p 140-45
9. Snell RS. Pembagian utama susunan saraf pusat. Neuroanatomi klinik edisi 5. Penerbit
buku kedokteran: EGC. Jakarta.2007.p 4-14
10. Snell RS. Cerebrum. Neuroanatomi klinik edisi 5. Penerbit buku kedokteran: EGC.
Jakarta.2007.p 275-96