Daftar isi
1 Filosofi pendidikan
2 Fungsi pendidikan
3 Ekonomi
4 Referensi
5 Lihat pula
6 Pranala luar
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang
dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa
mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan
formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu
pendidikan saya."[butuh rujukan]
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih
mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara
tidak resmi.
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes)
berikut:
Melestarikan kebudayaan.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Ekonomi
Telah dikemukakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sangat penting bagi negara-negara
untuk dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.[3] Analisis empiris cenderung
mendukung prediksi teoritis bahwa negara-negara miskin harus tumbuh lebih cepat dari negaranegara kaya karena mereka dapat mengadopsi teknologi yang sudah dicoba dan diuji oleh
negara-negara kaya. Namun, transfer teknologi memerlukan manajer berpengetahuan dan
insinyur yang mampu mengoperasikan mesin-mesin baru atau praktek produksi yang dipinjam
dari pemimpin dalam rangka untuk menutup kesenjangan melalui peniruan. Oleh karena itu,
kemampuan suatu negara untuk belajar dari pemimpin adalah fungsi dari efek "human capital".
Studi terbaru dari faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi agregat telah menekankan
pentingnya lembaga ekonomi fundamental[4] dan peran keterampilan kognitif.[5]
Pada tingkat individu, ada banyak literatur, umumnya terkait dengan karya Jacob Mincer,[6]
tentang bagaimana laba berkaitan dengan pendidikan dan modal manusia lainnya. Karya ini telah
memotivasi sejumlah besar studi, tetapi juga kontroversial. Kontroversi utama berkisar
bagaimana menafsirkan dampak sekolah.[7][8] Beberapa siswa yang telah menunjukkan potensi
yang tinggi untuk belajar, dengan menguji dengan intelligence quotient yang tinggi, mungkin
tidak mencapai potensi penuh akademis mereka, karena kesulitan keuangan.[reason-actually some students at
the low end get better treatment than those in the middle with grants, etc. needs RS]
Ekonom Samuel Bowles dan Herbert Gintis berpendapat pada tahun 1976 bahwa ada konflik
mendasar dalam pendidikan Amerika antara tujuan egaliter partisipasi demokratis dan
ketidaksetaraan tersirat oleh profitabilitas terus dari produksi kapitalis di sisi lain.[9]
Referensi
1.
2.
3.
^ Dewey, John (1916/1944). Democracy and Education. The Free Press. hlm. 1
4. ISBN 0-684-83631-9.
^ ICESCR, Article 13.1
^ Eric A. Hanushek (2005). Economic outcomes and school quality. International
Institute for Educational Planning. ISBN 978-92-803-1279-9. Diakses 21 October 2011.
4.
5.
^ Eric A. Hanushek and Ludger Woessmann (2008). "The role of cognitive skills
in economic development". Journal of Economic Literature 46 (3): 607608.
doi:10.1257/jel.46.3.607.
6.
^ Jacob Mincer (1970). "The distribution of labor incomes: a survey with special
reference to the human capital approach". Journal of Economic Literature 8 (1): 126.
JSTOR 2720384.
7.
8.
9.