Anda di halaman 1dari 15

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan

hasil akhir pascaoperatif.

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Pasien menyatakan kecemasannya berkurang
Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang memengaruhi ansietasnya
Pasien kooperatif terhadap tindakan
Wajah pasien tampak rileks
Intervensi
Mandiri
Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah,
kehilangan, dan takut.

Rasional
Ansietas
berkelanjutan
seramgan jantung.

memberikan

dampak

Kaji tanda asietas verbal dan nonverbal. Dampingi


pasien dan lakukan tindakan bila pasien mulai
menunjukkan prilaku merusak.

Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa


agitasi, marah, dan gelisah.

Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis


operasi.

Pasien
yang teradapatasi
dengan
prosedur
pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa lebih
nyaman.

Beri dukungan prabedah

Hubungan emosional yang baik antara perawat dan


pasien akan mememgaruhi peneriamaan pasien
terhadap pembedahan. Aktif mendengar semua
kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain
penting dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan
mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan,
pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian
pascaoperatif yang diharapkan akan menghilangkan
banyak ketakutan tak berdasar terhadap anestesi.
Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat
dan dokter untuk memandang pasien
dan
keluarganya sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan
hasil pembedahan.
Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi
akan berkurang saat tiba di kamar operasi
dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi
premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang
mendapat premedikasi melaporkan rasa mengantuk,
tetapi tetap cemas.

Hindari konfrontasi

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,


menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat

penyembuhan.
Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh
istirahat.

Mengurangi
diperlukan.

Tingkatkan kontrol sensasi pasien.

Kontrol sensasi pasien dalam menurunkan ketakutan


dengan cara memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan terhadap
sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, dan memberikan respons balik yang
positif.

Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan


aktivitas yang diharapkan.

Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

Beri
kesempatan
kepada
mengungkapkan ansietasnya.

Dapat
menghilangkan
ketegangan-ketegangan
terhadap kehawatiran yang tidak diekpresikan.

pasien

untuk

Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.

rangsangan

eksternal

yang

tidak

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan,


menghilangkan rasa cemas, dan prilaku adaptasi.
Kehadiran keluarga dan teman-teman yang dipilih
pasien untuk menemani aktivitas pengalih (misalnya:
membaca akan menurunkan perasaan terisolasi).

Kolaborasi
Berikan anticemas
diazepam.

sesuai

indikasi,

contohnya

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan, ancaman kehilangan organ
atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping efektif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang terjadi.
Pasien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi.
Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga
diri yang negatif.
Intervensi

Rasional

Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan
dengan derajat ketidakmampuan.

Menentukan bantuan individual dalam menyusun


rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada


pasien.

Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur


perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan dalam membandingkan mengenal, dan
mengatur kekurangan.

Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaan.

Menunjukkan penerimaan, membantu pasien untuk


mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan
tersebut.

Catat ketika pasien menyatakan sekarat, mengingkari,


dan menyatakan inilah kematian.

Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau


perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan
kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.

Mengingatkan pasien tentang fakta dan realita bahwa


pasien masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat.

Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat


menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh
tubuh. Mengizinkan pasien untuk meraskan adanya
harapan dan mulai menerima situasi baru.

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan


memperbaiki kebiasaan.

Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan


mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

Anjurkan orang terdekat pasien untuk mengizinkan


pasien melakukan hal sebanyak-banyaknya.

Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan


membantu perkembangan harga diri
serta
memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung prilaku atau usaha seperti peningkatan minat


atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.

Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan


pengertian tentang peran individu masa mendatang.

Dukung penggunaan alat-alat yang dapat membuat

Meningkatkan

pasien, tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk


kateter.

pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi


untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi,


letargi, dan meanrik diri.

Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Umumnya


memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila
ada indikasi.

Dapat memfasilitasi perubbahan peran yang penting


untuk perkembangan perasaan.

kemandirian

untuk

membantu

Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan kurang pengalaman


tentang operasi dan kesalahan informasi.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluarga tentang pembedahan dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan atau

prosedur prabedah yang telah dijelaskan.


Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan pascaanestesi.
Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi prosedur pascaanestesi.
Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan praoperatif.
Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis.
Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal.
Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat pengetahuan dan sumber informasi yang


telah diterima.

Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan


kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak
jelas.

Diskusikan perihal jadwal pembedahan.

Pasien dan keluarga harus diberikan mengenai waktu


dimulianya pembedahan. Apabila rumah sakit
mempunyai jadwal kamar operasi yang padat, maka
lebih baik pasien dan keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkn
sebelum pasien.

Diskusikan perihal lamanya pembedahan.

Kurang bijaksana bila memberitahukan pasien dan


keluarganya tenetang lamanya waktu operasi yang
akan dijalani. Penundaan yang tidak antisipasi dapat
terjadi karena berbagai alasan. Apabila pasien tidak
kembali pada waktu yang diharapkan, maka keluarga
akan menjadi sangat cemas. Anggota keluarga harus
menunggu di ruang tunggu bedah untuk mendapat
berita yang terbaru dari staf.

Lakukan pendidikan kesehatan paroperatif.

Manfaat dasri instruksi praoperatif telah dikenal sejak


lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang
individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan
tingkat ansietas, kebutuhan, dan harapan-harapannya.

Programkan instruksi yang didasrkan pada kebutuhan


individu, direncanakan, dan diimplementasikan pada
waktu yang tepat.

Beritahu persiapan pembedahan.


Persiapan intestinal.

Persiapan kulit.

Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum


pembedahan, maka pasien mungkin tidak ingat
tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi
diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan,
maka pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau
belajar karena ansietas dan efek dari medikasi
praanestesi.
Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin
dilakukan pada malam sebelum operasi dan diulang
jika tidak efektif. Pembersihan ini dilakukan untuk
mencegah defekasi selama anestesi atau untuk
mencegah trauma yang tidak diinginkan pada
intestinal selama pembedahan abdomen.

Tujuan dari persiapan kulit praoperatif adalah untuk

mengurangi sumber bakteri tanpa mencederai kulit.


Bila ada waktu, seperti pada bedah efektif, pasien
dapat diinstruksikan untuk menggunakan sabun yang
mengandung deterjen germisida untuk membersihkan
area kulit selama beberapa hari sebelum pembedahan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah
organisme yang ada kulit. Persiapan ini dapat
dilakukan di rumah.
Sebelum pembedahan, pasien harus mandi air hangat,
relaksasi,
serta
menggunakan
sabun
yang
mengandung iodine. Meskipun hal ini sering
dilakukan pada hari pembedahan, tetapi jadwal
pembedahan membuat hal tersebut dilakukan pada

malam sebelumnya.
Tujuan menjadwalkan mandi pembersihan sedekat
mungkin dengan waktu pembedahan adalah untuk
mengurangi risiko kontaminasi kulit terhadap luka
bedah. Mencuci rambut sehari sebelum pembedahan
sangat disarankan kecuali kondisi pasien tidak
memungkinkan hal tersebut.

Pembersihan area operasi.

Kulit di sekitar area operatif sangat disarankan untuk


tidak dicukur. Selama mencukur, kulit mungkin
mengalami cedera oleh silet dan menjadi pintu
masuknya bakteri. Jaringan yang cedera ini dapat
menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Selain itu,
semakin jauh interval antara bercukur dan operasi,
maka makin tinggi pula angka infeksi luka
paroperatif. Kulit yang dibersihkan dengan baik tetapi
tidak cukur lebih jarang menyulitkan dibanding
dengan kulit yang dicukur.

Pencukuran area operasi.

Pencukuran area operasi dilakukan apabila protkol


lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk
dicukur. Pasien diberitahukan tentang prosedur
mencukur, dibaringkan dalam posisi yang nyaman,
dan tidak memajan bagian yang tidak perlu.

Informsikan perihal persiapan pembedahan.


Persiapan istirahat dan tidur.

Istirahat

merupakan

hal

yang

penting

untuk

penyembuhan
normal.
Kecemasan
tentang
pembedahan dapat dengan mudah mengganggu
kemampuan untuk istirahat atau tidur. Kondisi
penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan
mungkin akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat
sehingga mengganggu istirahat.
Perawat harus memberikan lingkungan yang tenang
dan nyaman untuk pasien. Dokter sering memberi
obat hipnotik-sedatif atau antiansietas pada malam
hari sebelum pembedahan. Obat-obatan hipnotiksedatif seperti flurazepam (Dalmane) dapat
menyebabkan dan mempercepat pasein tidur. Obatobatan antianietas, misalnya: alprazolam (xanax) dan
diazepam (Valium), bekerja pada korteks serebral dan
sistem limbik untuk menghilangkan ansietas.

Persiapan rambut dan kosmetik.

Untuk menghindari cedera, perawat meminta pasien


untuk melepas jepit rambutnya sebelum masuk ke
ruang operasi. Rambut palsu juga harus di lepas.
Rambut panjang dapat dikepang agar tetap pada
tempatnya. Pasien harus memakai tutup kepala
sebelum memasuki ruang operasi.
Selama dan setelah pembedahan, ahli anestesi dan
perawat mengakaji kulit dan membran mukosa untuk

menentukan status oksigenasi dan sirkulasi pasien.


Oleh karena itu, seluruh riasan muka seperti lipstik,
bedak, pemerah muka, dan cat kuku harus
dihilangkan untuk memperlihatkan warna kulit dan
kuku yang normal.

Pemeriksaan alat bantu (protese) dan perhiasan.

Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.

Persiapan administrasi daninformed consent.

Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan


mengetahui perihal biaya pembedahan. Pasien sudah
mendapat penjelasan dan menandatanganiinformed
consent.

Ajarkan aktivitas pascaoperasi.


Latihan panas diafragma.

Salah

satu

tujuan

dari

asuhan

keperawatan

praoperatif adalah untuk mengajarkan pasien cara


untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setalah anestesi umum. Hal ini dicapai dengan
memeragakan pada pasien bagaimana melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal), dan bagaimana mengembuskan napas
dengan lambat. Pasien diposisikan dalam posisi
duduk untuk memberikan ekspansi paru yang
maksimum.
Peranapasan diafragma mengacu pada pendataran
rongga dafragma selama inspirasi sehingga
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas
sejalan dengan desakan udara masuk. Selama
ekspirasi, otot-otot abdomen akan berkontraksi.

Ajarkan latihan batuk efektif dan gunakan bantal


untuk mengurangi respons nyeri.

Tujuan dari latihan batuk efektif adalah untuk

memobilisasi sekret sehingga dapat dikeluarkan.


Napas dalam yang dilkukan sebelum batuk akan
merangsang refleks batuk. Jika pasien tidak dapat
batuk secara efektif, maka dapat terjadi pneumonia
hipostatik atau komplikasi paru lainnya.
Bila akan dilakukan insisi abdomen atau toraks, maka
perawat memeragakan bagaimana cara menyokong
garis insisi sehingga tekanan dapat diminimalisasikan
dan nyeri dapat di kontrol.

Ajarkan aktivitas pascaoperasi


Latihan tungkai.

Tujuan peningkatan pergerakan tubuh secara hati-hati

setalah operasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi,


mencegah statis vena, dan menunjang fungsi
pernapasan yang optimal.
Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik
dari satu sisi ke sisi lainnya dan mengambil posisi
lateral. Posisi ini akan digunakan setelah operasi
(bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan
setiap dua jam.
Latihan ekstremitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut
dan sendi panggul (sama dengan mengendarai sepeda

tapi dengan posisi berbaring miring). Telapak kaki


diputar seperti membuat lingkaran sebesar mungkin.
Siku dan bahu juga ditalih ROM. Pada awalnya
pasien akan dibantu dan diingatkan untuk melakukan
latihan ini, tetapi selanjutnya dianjurkan untuk
melakukan latihan secara mandiri. Tonus oto
dipertahankan sehingga ambulasi akan lebih mudah
dilakukan.
Perawat diingatkan untuk tetap menggunakan
pergerakan tubuh yang tepat dan mengintruksikan
pasien untuk melakukan hal yang sama. Ketika
pasien dibringkan dalam posisi apa saja, tubuhnya
harus dipertahankan dalam kelurusan yang sesuai.
Ajarkan teknik manajemen nyeri keperawatan
Atur posisi imobilisasi pada area pembedahan.

Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi


pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama
kompresi saraf dan nyeri.

Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi

Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulasi

pengunjung dan istirahatkan pasien.

nyeri ekskternal. Pembatasan pengunjung akan


membantu meingkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurnga apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan
kebutuhan O2jaringan perifer.

Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menrunkan


stimulasi internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblokir serptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks sereberi, sehingga menurunkan persepsi
nyeri.

Berikan manajemen sentuhan.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa bentuk


dukungan psikologis yang dapat membantu
menurunkan
nyeri.
Masase
ringan
dapat
meningkatkan aliran dan suplai darah serta oksigen
ke area nyeri.

Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien bisa


dikunjungi.

Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui


kapan keluarganya dan temannya bisa dikunjungi
setelah pembedahan.

INTRA OPERATIF
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi umum tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi.
Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum.
Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas pasien

Perawat ruang operasi memeriksa kembali


identifikasi dan kardeks pasien; melihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan; memastikan bahwa alat protese dan
barang berharga telah dilepas; dan mermeriksa
kembali rencana perawatan praoperatif yang
berkaitan dengan rencana perawtan intraoperatif.

Siapkan obat-obatan pemberian anestesi umum.

Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan meliputi


obat pelemas otot danobat anestesi umum. Intubasi
endotrakeal dilakukan setelah pemberian pelemas
otot kerja singkat seperti suksinikolin (Anectine,
Burroughs Wellcome) dan mivikurium (Mivicron,
Burroughs Wellcome), atau obat yang bekerja lebih
lama misalnya vekuronium (Norcuron, Organon)
atau atrakurium (Tracium, Burroughs Wellcome).
Anestesi umum dapat diinduksi dengan obat
intravena misalnya metoheksital (Brevital sodium,
Lilly), tiopental (Sodium Pentothal, Abbott), atau
propofol (Gruendemann, 2006).

Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal.

Siapkan sarana pemantauan dasar.

Siapkan obat dan peralatan emergensi.

Intubasi endotrakeal digunkan untuk menjaga


kepatenan jalan napas intraoperasi. Penata anestesi
memeriksa kondisi lampu pada laringoskop dan
apakah kondisi selang endotrakeal berfungsi
optimal sebelum pemasangan dilakukan. Penata
anestesi harus mempertimbangkan faktor umum dan
kondisi penyulit dalam melakukan intubasi pada
pemilihan persiapan sarana intubasi. Misalnya, pada
anak kecil akan digunakan laringoskop dan selang
endotrakeal yang ukurannya sesuai.
Pemilihan dan pemeliharaan peralatan anestesi dan
perlengkapannya biasanya menjadi taggung jawab
penata anestesi.
Alat dan sarana yang disikan merupakan sarana atau
perangkat pemantauan (monitoring) dasar, meliputi:
Stetoskop preekordial
Pengukuran tekanan darah
Oksimetri pulsasi.
Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obatobatan, dan protokol pengobatan juga harus
tersedia. Defivrilator juga harus dipastikan
berfungsi baik. Peralatan jalan napas meliputi
laringoskop, selang endotrakeal, jalan napas oral,
dan napas faringal. Selain itu, masker dan kantong
resussitasi self-inflating (ambu type) adalah alat
yang penting dan harus mudah diakses.

Lakukan pemasangan stetoskop prekordial, manset Stetoskop prekordial dibiarkan menempel di dada
tekanan darah, monitor dasar, oksimetri pada jari, pasien, menyalurkan informasi mengenai operasi
dan pertahankan kelancaran kateter IV.
mekanis jantung dan adanya bunyi napas secara
kontinu. Perubahan yang dapat dideteksi mencakup
bising jantung, aksentuasi bunyi jantung kedua, dan
denyut jantung yang abnormal.
Perawt juga memasang manset tekanan darah.
Manset tetap terpasang pada lengan pasien selama
pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi
dapat mengkaji tekana darah pasien.
Pemasangan oksimetri dalam penilaian saturasi
oksigen pada jari memudahkan perawat anestesi
mengobservasi status respirasi pasien.
Kelancaran keteter IV dapat menjadi prosedur dasar
sebelum memberikan anestesi secara intravena.
Kaji faktor yang merugikan selama pemberian
anestesi intraoperatif.

Tindakan penting yang dilakukan dengan mengkaji


faktor-faktor penyulit selama anestesi, seperti
adanya riwayat reaksi alerfi pada agen anestesiatau
alergi terhadap banyak komponen, riwayat penyakit
kardiaskuler dan paru, masalah jalan napas, dan
faktor usia lanjut.

Riwayat alergi

Riwayat reaksi alergi pada agen anestesi atau alergi


teerhadap banyka komponen harys diteliti dan
diperjelas oleh pasien. Untuk menentukan
kemungkinan timbulnya masalah besar, misalnya
demam yang membahayakan dan asidosis akibat
hipertermia
maligna
atau
paralisis
otot
berkepanjangan yang dijumpai pada orang dengan
pseudokolinesterase atipikal (Kee, 1996).
Evaluasi fungsi berbagai sistem utama tubuh,
terutama sistem kardiovaskular dan pernapasan,
merupakan parameter penting pada evaluasi praanestesi. Pasien yang mengaku alergi terhadap
banyak obat mungkin sangat peka terhadap obatobat yang melepaskan histamin, misalnya sebagian
pelemas otot, narkotik, dan barbitturat.
Informasi mengenai eiwayat alerfi terhadap
antibiotik, zat warna kontras, preparat indium,
plester, dan lateks sangat penting. Riwayat reaksi
hebat dan mendadak dari seseorang setelah terpajan
produk atau peraltan medis yang mengandung
lateks harus dilaporkan. Etiologi pasti alerfi lateks
tidak diketahui, tetapi protein larut air dari lateks
tampaknya
adalah
alergen
utamanya
(Gruendemann, 2006).

Riwayat penyakit kardiovaskular dan paru.

Riwayat penyakit kardiovaskular dan paru harus

mendapat persetujuan medis dari dokter jantung dan


paru sebelum dijadwalkan menjalani prosedur
bedaha elektif. Riwayat infark miokardium, angina,
gagal jantung kongestif, hipertensi, diabetes, aritmia
jantung, penyaktit vaskular perifer, merokok,
penyakit paru obstruktif menahun, atau tandur
pintas arteri koroner mungkin merupakan prediktor
untuk morbiditas jantung pascaoperatif.

Masalah jalan napas

Masalah jalan napas yang kondisinya kurang


optimal tanpa patologi jalan napas yang jelas,
visualisasi glotis kadang-kadang sulit atau bahkan
tidak mungkin dilakukan. Faktor predisposisi yang
dapat menyulitkan intubasi adalah leher yang
pendek dan berotot dengan gigi lengkap, rahang
bawah yang mundur disetai sudut mandibula yang
tumpul, menonjolnya gigi seri atas, penyempitan
ruang antara sudut-sudut mandibula disertai

palatum yang melengkung tinggi, serta peningkatan


jarak dari gigi seri atas ke batas posterior ramus
mandibula (Rob, 1968). Pengamatan klinis
tambahan adalah apabila jarak antara dagu ke tulang
rawan tiroid kurang dari 3 atau 4 cm (lebar dua jari
tangan), maka visualisasi glotis diperkirakan akan
sulit dilakukan (Rosenberg dan Rosenberg (1983)
dikutip Gruendemannn (2006)).
Selama pemeriksaan praoperatif, pasien dengan
riwayat apnea tidur obstruktif, sindrom kongenital,
bedah leher atau wajah, stridor atau suara serak,
nyeri, atau parestesia sewaktu meggerakkan leher,
gigi tanggal atau goyang, atau perangkat gigi,
misalnya kawat gigi mungkin menyulitkan kita saat
membebaskan jalan napas. Catatan anestesi
sebelumnya harus dikaji untuk mencari keterangan
mengenai kualitas jalan napas, upaya laringoskopi,
dan keberhasilan intubasi. Saat pemeriksaan fisik,
ahli anestesi atau penata aanestesi harus secara teliti
memeriksa leher, mandibula, dan struktur serta
mobilitas mulut. Kesejajaran tiga sumbu (oral,
faring, dan trakea) mempermudaha visualisasi
laring.
Kesejajaran
sumbu-sumbu
tersebut
dilakukan dengan fleksi anterior spina servikalis
bawah ditambah ekstensi sendi atlanto-oksipitalis
(Rosenberg dan Rosenberg (1983) dalam
Gruendemannn (2006)).

Faktor luar

Faktor usia lanjut dimana pasien sebelumnya


menggunakan

agen

obat

antihepertensi,

antiparkison, dan psikotropik merupakan obat-obat


yang paling sering menimbulkan reaksi simpang
pada orang tua (Kee, 1996). Pasien berusia lanjut
cenderung tentan terhadap obat-obat penekan
susunan saraf pusat. Hal ini mungkin disebabkan
oleh berkurangnya bahan-bahan sel dan penurunan
fungsi sinaps secara progresif. Kecepatan hantaran
diketahui menurun seiring dengan penuaan.
Penuruan konsentrasi alveolus minimal (minimal
alvolar concentration) yang memerlukan anestesi
inhalasi pada orang tua mungkin disebabkan oleh
penururna kepadatan sel di otak, penurunan
konsumsi oksigen otak, dan penurunan aliran darah
otak (Rob (1968) dalam Gruendemann, (2006)).
Korteks dan regio subkorteks yang bertanggung
jawab menghasilkan neurotransmiter, mengalami
penurunan kapasitas fungsional terbesar akibat
penuaan. Walaupun meknsime peningkatan
kepekaan orang tua terhadap obat anestesi dan
sedatif masih belum jelas, tetapi proses degeneratif
yang berperan dalam peningkatan kepekaan juga
ikut berkontribusi tehadap tingginya risiko
perburukan mental pascaoperatif yang dialami oleh
lanjut usia (McLeskey (1992) dalam Gruendemann,
(2006)).
Pada pasien usia lanjut, penurunan aliran darah hati
yang paling diamati sebanding dengan penurunan
keseluruhan curah jantung total. Penururnan aliran
ini adalah penentu utama penurunan bersihan
(clearance) obat plasma. Pada penuaan, konsentrasi
dan fungsi enzim mikrosom hati diperkirakan tetap
berada dalam tentang normal. Penurunan aliran
darah dan berkurangnya kapasitas fungsisonal yang
terjadi cenderung mempercepat penuaan hati
sehingga berisiko tinggi mengalami kerusakan
akibat hipoksemia, obat, atau transfusi darah.
Penurunan aliran darah hati, kemungkinan defisit
enzim, dan penurunan kemampuan ekskretorik
ginjal dapat memperpanjang waktu parah eliminasi
beta dan memperlama efek obat-obat yang
diberikan (Kee, 1996).
Obat-obat pada sistem kardiovaskular, hati, dan
ginjal akan memberikan dampak besar pada
pemberian anestesi. Sebagai vcontoh, propranolol
tanpaknya tidak mengubah kebutuhan anestesi
pasien dengan insufisiensi ginjal, tetapi obat ini

dapat menimbulkan agitasi, kebingungan, tremor,


minoklonus, atau kejang. Efek hipotensi dan
bradikardi darri propranolol dan anestesi umum
yang muncul mungkin bersifat adiktif. Verapamil,
suatu penghambatsaluran kalsium, diketahui dapat
menurunkan kebutuhan aanestesi sebesar 25% dan
memperkuat pelemas otot depolarisasi dan
nondepolarisasi. Tetapi jangka panjang dengan
bretilium dapat menyebabkan hipersensitivitas
terhadap obat golongan vasopresor (McLeskey
(1992) dalam Gruendemann, (2006)). Verapamil
maupun nifedipine diketahi memperlihatkan kadar
digoksin serum yang tinngi (sampai 30%), sehingga
tidak saja menurunkan kebutuhan digoksin, tetapi
juga membuat pasien semakin berisiko menagalami
toksisitas (Chelly et al., (1987) dalam
Gruendemann, (2006)). Aliran darah yang lamaban
dan kongesti kronis hati yang berkaitan dengan
gagal jantun kronik memperlambat metabolisme
obat-obat misalnya teofili. Pada pasien dengan
keadaan tersebut, waktu paruh teofilin dalam serum
adalah sekitar 23 jam, dibandingkan dengan nilai
normal sebesar 7 jam (Gruendemann, 2006).

Kaji adanya kelainan pada prosedur dagnostik.

Prosedur untuk menilai adanya gangguan pada

organ-organ vital dapat mempersulit jalannya


anestesi.
Prosedur penilaian laboratorium dan dagnostik
harus dilakukan seiring dengan adanya riwayat
proses penyakit dan medikasi yang dikonsumsi.
Beberapa institusi menetapkan pemeriksaan
prosedur standar pada pasien usia di atas 40 tahun,
meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
urinalisis, dan EKG.

EKG

Pada populasi pasien rawat inap, EKG praoperatif


yang dijalani oleh kelompok tertentu dapt
memberikan informasi yang menyempunakan
perencanaan dan hail akhir keseluruhan pada pasien
pria berusia di atas 40 tahun; wanita berusia di atas
50 tahun; pasien yang menderita penyakit arteri
koroner misalnya hipertensi, diabetes, atau penyakit
pembuluh darah perifer; pasien dengan penyakit
yang mungkin berefek pada jantung misalnya
kegaansan, penyakit kolagen vaskular, dan proses
infeksi serius. Kelompok lain yang berisiko tinggi
adalah pasien yang mendapat obat seperti fenotiazin
dan antidepresan, mereka yang mengalami

ketidakseimbangan elektrolit, atau menjalani bedah


intratoraks, intraperitoneum, aorta, saraf elektif,
atau bedah darurat serius (Schwartz, 2000).

Hemoglobin

Kadar hemoglobin yang aman bagi pasien


direkomendasikan lebih dari 10 g/dl. Tetapi nilai
hemoglobin yang lebih rendah dari 10g/dl atau
anemia biasnya masih bisa ditoleransi pada orang
yang sehat karena berbagai mekanisme kompensasi
masih aktif bekerja. Mekanisme tersebut antara lain
peningkatan curah jantung, penurunan resistensi
sistemik, dan peningkatan rasio ekstraksi oksigen.
Namun, keadekuatan mekanisme tersebut dalam
mengatasi stres yang berlebihan saat pembedahan
atau pendarahan mendadak yang banyak, masih
dipertanyakan.
Pembahasana
akan
kurang
kontroversial jika pemerian darah dan produk darah
selama pembedahan aman 100%. Penitng diingat
bahwa anemia menyebabkan penurunan cadangan
darah dan deplesi mekanisme kompensasi. Dengan
demikian, nilaia hemoglobin praoperatif yang
optimal adalah nilai yang memiliki cadangan cukup
untuk menghadapi stres selama prosedur
pembedahan.

Urine rutin

Pemeriksaan urine rutin sperti berat jenis urine


berguna untuk mengetahui status hidrasi pasien.
Adanya glukosa dalam urine jelas mengindikasikan
kemungkinan adanya diabetes dan hipovolemia
akibat diuresis osmotik. Proteinuria atau hematuria
mengindikasikan adanya penyakit ginjal yang
serius.

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi praoperatif diprlukan untuk


identifikasi pasien yang berisiko tinggi atau
mendasari penilaian tingkat keparahan perubhan
paru intraoperatif dan pascaoperatif.

Beri dukungan praanestesi

Hubungan emosional yang baaik antara penata


anestesi dan pasien akan memegaruhi penerimaan
anestesi.

Lakukan pemberian anestesi secara intravena.

Pemberian anestesi intravena biasanya dilakukan


penata anestesi dengan sepengetahuan ahliaanestesi.
Pemberian suksinikolin (succinylcholine) secara
intravena sebagai obat intravena pertama bertujuan
untuk menghambat saraf dan menyebabkan paralisis
pita suara sementara dan otot pernapasan selama
selang endotrakeal terpasang.

Lakukan

pemasangan

selang

endotrakeal,

Pemasangan selang endotrakeal biasanya dilakukan

pemasangan oral airway, dan kaji efektivitas jalan


napas.

ahli anestesi atau penta anestesi dengan diketahui


oleh ahli anestesi. Selang endotrakeal bertujuan
untuk tetap menjaga kepatenan jalan napas, sera
mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi dan
komplikasi pernapasan lainnya akibat depresi pada
brokus efek dari anestesi.
Penata anestesi akan membantu melakukan
peenekanan tulang rawan krikoid (perasat Sellick)
untuk menyumbat esofagus pada saat perasat
endotrakeal dilakukan.
Pemasangan oral airway akan menjaga kepatenan
jalur napas dan memudahkan penata anestesi untuk
memonitor kepatenan jalan napas.

Lakukan pemberian napas bantuan, pemberian


oksigen, pengisapan, dan pemberian anestesi
inhalasi.

Ahli anestesi atau penata anestesi akan memberikan


ventilasi bantuan sampai efek suksinikkolin hilang
dan pasien kembali bernapas secara spontan. Mulai
saat itu, gas atau uap anestesi biasanya diberikan
secara inhalasi melalui selang endotrakeal.
Beberapa obat-obatan yang sering digunakan adalah
halotan, supran, dan foran.

Lakukan pemantauan status kardiovaskular dan


respirasi selama pembedahan.

Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek


samping obat-obatan anestesi, termasuk di
antaranya depresi, iritabilitas kardiovaskular dan
depresi pernapasan. Kontrol status kardiovaskular
dan repirasi dapt mendeteksi risiko kegawatan
sedini mungkin.

Lakukan pemberian cairan dan transfusi sesuai


kondisi dan lamanya pembedahan sera kontrol
keluaran urine.

Dilakukan pada prosedur pembedahan yang


berlangsung lama atau apabila dilakukan antisipasi
terhadap perubahan volume cairan yang besar.
Pengukuran pengeluaran cairan dan darah secara
cermat serta perkiraan darah yang terdapat di dalam
spons menjadi tugas bersama ahli anestesi dan
perawat sirkulasi. Apabila pasien adalah anak-anak,
penata anestesi sirkulasi harus menimbang spons
operasi (1 g setara dengan 1 ml darah) untuk
menentukan pengeluaran darah secara lebih akurat.
Karena volume darah anak lebih sedikit, maka
perawat harus mengingatkan ahli anestesi mengenai
darah yang keluar dalm interval tertentu selama
pembedahan.

Lakukan pemberian obat-obat pemulih anestesi


setelah pembedahan selesai.

Pemberian obat-obat pemulih anestesi biasanya


dilakukan ahli atau penata anestesi dengan diketahui
oleh ahli anestesi.

Lakukan
pembersihan
jalan
pembedahan selesai dilaksanakan.

Jalan napas dibersihkan dengan pengisapan, dan


setelah refleks laring dan faring pulih maka
dilakukan ekstubasi. Penata anestesi tetap berada di

napas

setelah

kamar operasi dengan ahli anestesi, sampai pasien


siap dipindahkan ke ruang pemulihan. Secara
umum, peralatan dan instrumen jangan dipindahkan
dari ruangan sampai pasien stabil dan siap
dipindahkan.

Anda mungkin juga menyukai