Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu prioritas dalam program pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu, sesuai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang
kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan
yaitu ibu hamil dan bersalin. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI). Berdasakan survei demografi dan kesehatan indonesia (SKDI) 2012, rata-rata angka
kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan, Dinas
Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2012, tercatat 21 kasus kematian ibu. Penyebab langsung
kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab
langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab
tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan
anemia pada kehamilan (40%). 1,2
Penyebab kematian ibu di propinsi Jawa Tengah masih sama yaitu karena perdarahan,
eklamsi dan infeksi. Terjadinya perdarahan yang mengakibatkan kematian ibu sewaktu hamil,
bersalin atau nifas, penyebab tidak langsungnya antara lain ibu hamil menderita kekurangan
energi kronis, anemia dan sebab lainnya. Anemia berat dapat menyebabkan kegagalan jantung
atau kematian pada saat atau setelah melahirkan. Sekitar 20% kematian maternal penyebabnya
berkaitan langsung dengan anemia defisiensi besi.3
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu penderita kekurangan gizi
disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro
berlangsung menahun (kronis). Ibu hamil yang menderita KEK dapat dilihat dari pengukuran
LILA, adapun batasan LILA pada wanita usia subur (15-45 tahun) dengan risiko KEK adalah

kurang dari 23,5cm. Kehamilan dengan anemia dan KEK dapat dicegah dan ditangani baik bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.
Salah satu upaya preventif direalisasikan dengan pemeriksaan dan evaluasi kadar Hb dan LILA
pada anak sekolah terutama siswi kelas 3 SMA.4
Hal tersebut menunjukkan pentingnya dilakukan kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kadar
Hb dan LILA siswi kelas 3 SMK Nawa Kartika desa Sekuro, kecamatan Mlonggo, kabupaten
Jepara.
B. BATASAN JUDUL
Laporan dengan judul Pemeriksaan dan Evaluasi Hb dan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Siswi Perempuan Kelas 3 SMK Nawa Kartika Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo,
Kabupaten Jepara Periode 27-29 Oktober 2014, mempunyai batasan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan
dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar.
2. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.
3. Hb (Haemoglobin) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
4. Lingkar lengan atas adalah indikator penentuan status gizi seseorang, memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan
atas mencerminkan cadangan energi.
5. Siswi perempuan kelas 3 adalah sekelompok perempuan yang bersekolah pada tingkat
atau kelas 3 suatu lembaga pendidikan. Siswi perempuan merupakan wanita usia subur
(WUS) yang nantinya akan menjadi calon ibu.
6. SMK Nawa Kartika adalah salah satu sekolah yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Mlonggo yang akan dilakukan pemeriksaan dan evaluasi Hb dan LiLA.

Sekolah ini baru berjalan tiga tahun dan belum pernah dilakukan pemeriksaan dan
evaluasi Hb dan LiLA pada siswi kelas 3nya.
7. Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara adalah tempat atau lokasi SMK
Nawa Kartika sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan evaluasi Hb dan
LiLA.
8. Periode 27-29 Oktober 2014 merupakan batasan waktu pelaksanaan pemeriksaan dan
evaluasi Hb dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa
Kartika Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Pemeriksaan status gizi sebelum hamil
Pemeriksaan keadaan yang berhubungan dengan gizi sebelum hamil yang meliputi
pemeriksaan Hb, pemeriksaan LiLA.
2. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode sahli, yang memiliki prinsip mengubah
hemoglobin menjadi hematin asam kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara
visual dengan standar pada hemometer. Kadar Hb menggunakan satuan g/dl.
3. Pemeriksaan LiLA
Pemeriksaan lingkar lengan atas diukur dengan pita pengukur. Pengukuran LILA
dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm.
D. RUANG LINGKUP
Lokasi : SMK Nawa Kartika di Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara
Waktu : 27-29 Oktober 2014
Sasaran : Siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika
Materi : Pemeriksaan Hb metode Sahli dan pemeriksaan LiLA
Metode : Pemeriksaan dan pengamatan langsung
E. TUJUAN
Tujuan Umum

Mendeteksi dan mengevaluasi kadar Hb dan LiLA pada siswi perempuan kelas 3 SMK
Nawa Kartika Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara Periode 27-29 Oktober
2014
Tujuan Khusus
1. Mendapatkan data kadar Hb dari hasil pemeriksaan kadar Hb siswi perempuan kelas 3
SMK Nawa Kartika Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.
2. Mendapatkan data LiLA dari hasil pemeriksaan LiLA siswi perempuan kelas 3 SMK
Nawa Kartika Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Gizi
1. Pengertian Gizi
Deswani dkk (1990) dalam Supriasa (2002), mengungkapkan bahwa ada beberapa
istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut adalah gizi
(nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta

menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari

keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
2. Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber
energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuhan. Di negara yang sedang berkembang, kurang
lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Di Negara maju seperti
Amerika dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah yaitu rata-rata 50%. Nilai

energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001).


Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi
total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banayak hanya 10% berasal dari
gula sederhana. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbiumbian, kacang-kacang kering, gula, dan lain-lain. Hasil olah bahan ini adalah
bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, dan sebagainya. Sumber karbohidrat yang
banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan
sagu (Almatsier, 2001).
3. Lemak
Istilah lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak
yang umu dikenal didalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatan
lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Fungsi lemak
adalah sebagai sumber energy, sebagai sumber asam lemak esensial, alat angkut
vitamin larut lemak, menghemat protein, member rasa kenyang dan kelezatan,
sebagai pelumas, dan lainnya (Almatsier ,2001).
Lemak banyak terdapat dalam bahann makanan yang bersumber daari hewani,
misalnnya daging berlemak, jeroan, dan sebagainya, sedangkan minyak banyak
digunakan untuk memasak/menggoreng.Lemak dibutuhkan manusia dalam
jumlah tertentu. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi
tidak melebihi 25% dari total energy per hari, atau paling banyak 3 sendokk
makan minyak goring untuk memasak makanan sehari (Sayogo, 2006).
4. Protein
Istilah protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama atau
yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,
setengahnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan,
sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan tubuh dan cairan
tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2001).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah
maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang,, dan
lainnya.Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe
dan tahu, dan kacang-kacangan lain. Angka Kecukupan Protein ( AKP ) orang
dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75
gram/kg BB, berupa protein patokan tinggi, yaitu protein telur. Catatan Biro Pusat
Statistik pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein seharihari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Ini telah melebihi
rata-rata standar kecukupan protein sehari, yaitu 45 gram (Almatsier ,2001).
5. Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oeh karena itu,
harus didapat dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat
dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001). Vitamin dalam
makan terbagi 2, yaitu:
a. Vitamin Larut Lemak
1) Vitamin A
Viatmin A merupakan nama generik yang menyatakan semua
retinoid dan precursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam dalam hal
penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi,
dan lainnya. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu,sayuran
hijau dan lainnya.
2) Vitamin D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit
dimana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat
dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Fungsi vitamin D adalah
dalam membanu pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier, 2001).

3) Vitamin E
Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak
dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil ( OH ) pada struktur
cincin ke radikal bebas. Vitamin E banyak terdapat pada tumbuh-tmbuhan,
terutama pada minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayursayuran juga memiliki kandungan vitamin E yang baik(Almatsier,
2001).
4) Vitamin K
Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah,
walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Sumber utama
vitamin K adalah hati, sayuran berwarna hijau, kacang buncis, kacang
polong, kol, brokoli, dan lainnya (Almatsier, 2001).
b. Vitamin Larut Air
1) Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksireaksi hidroksilasi. Vitamin C banyak terdapat didalam pangan nabati ,
yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan,
papaya, genadria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat didalam
sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier, 2001).
6. Mineral
Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari
tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone
tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Sumber paling baik
mineral adalah makanan hewani kecuali magnesium yang terutama alebih banyak
didalam makanan nabati (Almatsier, 2001).

7. Air
Air berfungsi didalam tubuh sebagai melancarkan transportasi zat gizi dalam
tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur
suhu tubuh, serta melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.. Untuk
memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air
minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas air setiap
hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau
kekurangann cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal.
Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan
gaangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang
terdapat pada air (Soekirman, 2008).

Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Pengertian Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok
kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi
yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri (Almatsier, 2001).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan
gizi lebih (Almatsier, 2001).
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi
akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan
gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi
seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada
masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

2. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah
tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium
perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman,
2010).
Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2)
pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan
antropometris (Arisman, 2010).

3. Pemeriksaan Antopometri
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang mudah dan murah.
Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi remaja (Permaisih,2003). Antropometri sebagai indikator status
gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter (ukuran tunggal dari tubuh
manusia), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,2002).
Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman,2007).
a. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot
menurun (Supariasa,2002).
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supriasa,
2002).
Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas
kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada
dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks
disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi

badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks)


kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman,2007).
Rumus IMT
IMT =

BB( Kg)
TB2 (m)

Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Status Gizi
Kurus

IMT

Kurus tingkat berat

< 17

Kurus tingkat ringan

17,0 18,4

Normal

Normal

18,5 -25,0

Gemuk

Gemuk tingkat ringan

25,1 27,0

Gemuk Tingkat berat

>27

c. LILA (Lingkar Lengan Atas)


Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang
terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6 cm
dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik
paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat
paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika
(subjek masih berdiri), dan simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam
keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu
pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika subjeknya
duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian dilingkarkan ke
betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk
mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari
2 mm (Arisman, 2007).

Tabel 2.2 : Ambang Batas Pengukuran LiLA


Klasifikasi

Batas Ukur
Wanita Usia Subur

KEK

< 23,5 cm

Normal

23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari

KEP

< 9,5 cm

Normal

9,5 cm
Balita

KEP

< 12,5 cm

Normal

12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.


LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
1) Status KEP pada balita
2) KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:
1) Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
2) Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
3) Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif
untuk golongan dewasa.
4. Gizi Kurang
Suatu keadaan dimana terjadi defisiensi zat gizi yang kompleks, khususnya kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh dan diakibatkan oleh rendahnya asupan makanan.
Faktor penyebab gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit
infeksi. Asupan makanan dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan
keluarga dan adat/ kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Dahli, 2007).
5. Gizi Seimbang
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan kemampuan

tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis kelamin, jenis
aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi (
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam jumlah cukup, tidak
berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal didalam tubuh.
Apabila konsumsi makanan sehati-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan sehari-hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan diperoleh masukan
zat gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan yang normal, kebutuhan
lebih didasarkan pada berat badan dan ini diperuntukkan bagi golongan anak-anak
sampai umur pubertas (Suhardjo, dkk, 1990)
6. Gizi Lebih
Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena lemak berfungsi untuk energy.
Walaupun lemak sangat berguna untuk tubuh, kelebihan lemak dapat
menimbulkn berbagai penyakit. Gizi lebih merupakan kelebihan jaringan lemak
dalam tubuh. Salah satu dari penyakit gizi lebih adalah obesitas atau kelebihan
berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (supriasa,
2002).
7. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang secara langsung
mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai
faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi,
keluarga produktivitas dan kondisi perumahan(Suhardjo, 1996). Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi:
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan


merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola
konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial
budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu
teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 1996).
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi
dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling
penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme
jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi
infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2000).
b. Faktor Tidak Langsung
1) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan
uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk
pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting
untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat
hubungannya dengan gizi . Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:
a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan
pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
b) Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa
peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga
(Khomsan, 2003).
2) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan
makanan yang akan diberikan.
Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam
sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat
pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi

dalam bidang gizi, bila dibandingka n dengan tingkat pengetahuan gizi


yang baik (Sayogo, 1996).
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun
orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap
orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang
akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu
menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi
memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan
pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan
gizi seimbang (Suhardjo, 2000)
3) Pendidikan
Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik
kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah
laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya
mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah
sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik,
sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang
mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang
bersangkut an (Madanijah, 2004).
Kekurangan Energi Kronis
Kekurangan Energi Kronis adalah keadaan dimana seseorang menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun/kronis dan mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan. Kekurangan Energi Kronis (KEK) dapat terjadi pada ibu hamil dan wanita usia
subur (WUS). Wanita usia subur adalah usia waita antara menarche sampai sebelum
menopause, biasanya berusia 15-45 tahun. Ambang batas lingkar lengan atas (LILA) pada
wanita usia subur dan ibu hamil dengan risiko KEK adalah 23,5cm. Selain pengukuran LILA,
untuk menentukan wanita usia subur dan ibu hamil mengalami KEK dilakukan pengukuran

indeks massa tubuh (IMT), yaitu massa tubuh per kuadrat tinggi dalam meter. Jika IMT
kurang dari 18,5 dikatakan sebagai KEK.Pada WUS dan ibu hamil, pengukuran LILA
digunakan untuk mendeteksi secara dini risiko KEK.

Kekurangan energi kronik pada kehamilan dapat berpengaruh bagi kesehatan ibu seperti
anemia, perdarahan, mudah terkena penyakit infeksi. Sedangkan saat persalinan, kekurangan
energi kronik dapat menyebabkan persalinan yang lama dan sulit serta perdarahan. Sedangkan
pengaruh terhadap janin yaitu dapat menyebabkan kelahiran premature, abortus, bayi berat
lahir rendah (BBLR), bayi lahir mati, cacat bawaan dan kematian neonatal.8

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis


1. Jumlah asupan makanan :
Kebutuhan makanan ibu hamil berbeda dengan saat tidak hamil. Pada ibu hamil dibutuhkan
energi yang lebih banyak daripada saat tidak hamil. Kebutuhan energi yang bertambah
tersebut digunakan untuk ibu dan janin. 9
2. Umur
Umur yang paling ideal bagi seorang ibu untuk hamil adalah usia 20 sampai 35 tahun. Umur
muda memerlukan tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, juga untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri.
Kehamilan usia muda akan menghabiskan cadangan makanan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan seorang wanita muda yang masih dalam masa pertumbuhan
dan pada akhirnya wanita yang hamil dapat menderita berbagai komplikasi seperti anemia,
preeklampsia, eklampsia, dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah.
Sedangkan umur tua perlu energi yang besar karena fungsi organ yang melemah, maka
memerlukan tambahan energi yang cukup.9

3. Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang dapat menentukan jumlah asupan dan kualitas makanan
yang dimakan sehari hari. Orang dengan pendapatan tinggi mampu membeli makanan
dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Pendapatan dapat mempengaruhi jumlah dan kualitas
asupan makanan sehari hari.9
4. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang merupakan suatu aktifitas yang memerlukan energi. Setiap orang
memiliki pekerjaan yang berbeda beda. Ada pekerjaan yang memerlukan energi yang besar,
ada juga pekerjaan yang hanya duduk berdiam saja. Pada ibu hamil, faktor pekerjaan perlu
mendapat perhatian karena selain energi digunakan untuk pekerjaan tersebut , energi
digunakan juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.9
5. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun ) akan menyebabkan kualitas janin
yang rendah dan akan merugikan kesehatan ibu. Karena waktu kurang dari 2 tahun belum
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anak. Ibu perlu energi yang cukup
untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan.Jarak kelahiran yang lebih dari 10 tahun,
seolah olah ibu menghadapi kehamilan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih
bertambah tua, sehingga asupan gizi ibu lebih banyak. Jika asupan gizi ibu tidak terpenuhi
maka dapat menyebabkan KEK.9
Anemia
1. Pengertian Anemia
Menurunnya kadar hemoglobin darah sehingga kemampuan oksigenasi jaringan & organ
menurun. Kadar Hb dipengaruhi umur, jenis kelamin, geografis dan metode pemeriksaan .
2. Nilai Normal Hemoglobin
Pria dewasa : 13,5 17,5 g/dl
Wanita dewasa : 11,5 15,5 g/dl

Bayi baru lahir : 15,0 21,0 g/dl


3 bulan : 9,5 12,5 g/dl
1 th pubertas : 11 13,5 g/dl
3. Gambaran Klinik
a. Penderita anemia yang berat bias tanpa gejala atau tanda, tetapi penderita anemia ringan
bias sangat lemah.
b. Hal ini dipengaruhi 4 faktor utama :
1. Cepat timbulnya anemia : anemia yang cepat memburuk lebih banyak gejalanya
daripada anemia yang timbulnya lambat, karena waktu penyesuaian pendek.
2. Derajat anemia : anemia yang ringan sering tidak menimbulkan gejala dan tanda,
anemia berat dapat menimbulkan gejala sedikit apabila timbulnya perlahan.
3. Umur penderita : orang tua kurang tahan terhadap anemia disbanding orang muda,
karena pengaruh kemampuan kompensasi kardiovaskuler.
4. Kurva disosiasi oksigen hemoglobin : pergeseran kurva disosiasi O 2 kekanan
menyebabkan oksigen mudah lepas.
c. Gejala anemia pada umumnya : Sesak nafas, lemah, letargi, palpitasi, sakit kepala. Pada
orang yang lebih tua dapat ditemukan gejala payah jantung, klaudikasio intermiten dan
kebingungan.
d. Tanda-tanda anemia:
Umumnya : Selaput lender pucat, warna kulit pucat, sirkulasi hiperdinamis.
Spesifik : Koilonichia (kuku sendok) anemia defisiensi besi
Ikterus anemia hemolitik/megloblastik
Ulkus tungkai anemia sel sabit
Deformitas tulang thallassemia mayor/anemia kongenital lain
4. Pembagian Anemia

Penurunan produksi eritrosit :


A. Anemia aplastik
B. Defisiensi besi
C. Penyakit-penyakit kronik
D. Anemia mieloptisik
E. Toksin
Pematangan abnormal
A. Anemia megaloblastik
B. Preleukemia
C. Anemia Sideroblastik
D. Thallasemia
E. Defisiensi besi
Destruksi eritrosit
A. Anemia hemolitik
A. Anemia hemorragik
Hemoglobin
Hemoglobin

merupakan

zat

protein

yang

ditemukan

dalam

SDM

dan sebagai

pengangkut oksigen (medlineplus) yang memberi warna merah pada darah (Joyce
LeFever Kee, 2007). Hemoglobin merupakan komponen utama SDM.

Fungsi utama

hemoglobin adalah transport O2 dan CO2 (Sylvia Anderson Price, 2005). Hemoglobin
terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem (heme) dan protein
globulin.

Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap SDM. Setiap molekul

hemoglobin memiliki 4 tempat pengikatan untuk oksigen.

Hemoglobin yang mengikat

oksigen disebut oksihemoglobin. Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara
parsial

atau

total

di keempat

tempatnya

(Elizabeth

J.Corwin,

2000).

Dalam

menjalankan fungsinya sebagai pengikat oksigen, 1 gram hemoglobin akan bergabung


dengan 1,34 ml oksigen.

Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan

ion hidrogen serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari
hemoglobin.

Hemoglobin diproteksi oleh SDM dengan dibentuknya glutation tereduksi

(GSH) yang dihasilkan dari nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH) (James
Isbister, 1990).
Kadar hemoglobin adalah salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran
dan tes darah yang paling sering dilakukan. Kisaran normal dari hemoglobin dipengaruhi
oleh berbagai variabel dan kadar harus diinterpretasikan dalam hubungannya dengan
beberapa faktor yaitu kehamilan, penduduk pada daerah dengan ketinggian yang tinggi,
merokok,
latihan jasmani, penyakit yang berkaitan (Anemia, polisitemia, dll). Konsentrasi hemoglobin
darah diukur berdasarkan intensitas warnanya menggunakan fotometer dan dinyatakan
dalam gram hemoglobin/seratus milliliter darah (g/100ml) atau gram/desiliter (g/dl)
(Sylvia Anderson Price, 2005).

Nilai normal kadar hemoglobin untuk laki-laki 13,5-17

g/dl sedangkan untuk perempuan adalah 12-15 g/dl (Joyce LeFever Kee, 2007).
C. Manfaat Pemeriksaan Hemoglobin dalam Klinik
Pemeriksaaan hemoglobin memiliki beberapa manfaat yaitu :
1. Untuk mengevaluasi kapasitas pengangkutan oksigen.
2. Menilai struktur dan fungsi eritrosit.
3. Memberikan pemahaman mengenai penyakit sel darah merah.
4. Memperkirakan ukuran rata-rata dan kandungan hemoglobin di masingmasing eritrosit (MCH dan MCHC).
5. Mengetahui penyebab umum hipoksia jaringan.(Ronald A.Sacher, 2004).
D. Penetapan Kadar Hemoglobin
Banyak cara-cara yang ditemukan untuk menentukan nilai hemoglobin (Hb).

Sampai

sekarang belum ada satu carapun yang dapat dipercaya hasilnya 100%, mudah dikerjakan
dan sederhana. Beberapa cara ini adalah:
1. Cara Tallquist
Cara ini menentukan kadar Hb tidak teliti, kesalahan antara 25 -50%.

Prinsip kerja

cara ini adalah dengan membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang
bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua (mulai 10% sampai
100%). Sebagai dasar diambil ialah 100% = 15,8 gram Hb per 100 ml darah (Dep kes RI,
1989).

2. Cara Sahli
Cara sahli paling banyak dipakai di Indonesia dengan kesalahan 10%.

Walaupun

cara ini tidak tepat 100% akan tetapi masih dianggap cukup baik untuk mengetahui
apakah seseorang kekurangan Hb (darah). Prinsip pemeriksaan Hb cara sahli yaitu
hemoglobin oleh asam chlorida (0,1 N) diubah menjadi acid hematin yang warnanya
sawo matang. Dengan air suling warna ini diencerkan sampai warnanya sama dengan
warna standard pada hemometer.

Kadar Hb dibaca pada tabung sahli (tabung

pengencer). Tiap hemometer (sahli) terdiri dari alat pembanding warna, tabung pengencer,
pipet darah (20l), pipet pengencer darah (Depkes RI, 1989).

Kelemahan dari metode ini

adalah kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang
baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, misalnya
karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin (R.Gandasoebrata, 2007)
3. Dengan CuSO4
Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar Hb dari donor yang diperlukan
tranfusi darah.

Untuk pemeriksaan klinik cara kupersulfat tidak dapat digunakan

karena tidak mendapatkan kadar Hb dengan tepat.


Hb.

untuk

Hasil dari metode ini adalah persen

Perlu diketahui bahwa kadar Hb seorang donor cukup kira-kira 80% Hb.

Tes ini

dilakukan dengan meneteskan darah kapiler 1 tetes diatas permukaan larutan CuSO4 Bj
1,053 dengan volume 300 500 ml di dalam gelas takar. Hasil cara ini adalah darah
terapung, melayang atau terbenam. Darah terapung menunjukkan bahwa kadar Hb kirakira dibawah 80%. Darah melayang menunjukkan kadar Hb kira-kira berkisar 80%.
Sedangkan darah terbenam menunjukkan kadar Hb diatas 80%.
4. Cara Photometrik Kolorimeter
Dengan photo-elektrik kolorimeter didapatkan kadar Hb lebih teliti daripada cara visual
(sahli). Kesalahan hanya berkisar 2%. Penetapan kadar Hb dengan cara ini ada berbagai
macam cara, yaitu:
a. Cara Sianmethemoglobin
Cara ini berdasarkan bahwa semua bentuk Hb (methemoglobin, karboxyhemoglobin kecuali
sulfhemoglobin) diubah menjadi sianmethemoglobin dalam larutan yang berisi kalium
sianida (KCN) dan kalium ferrisianida (K3Fe(CN)6).
b. Cara Oxihemoglobin
Cara ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini ialah tidak ada larutan
standard oxyhemoglobin yang stabil sehingga photometer sukar ditera.

Maka untuk

menera photometer dapat dipakai nilai hematokrit. Kadar Hb orang sehat dihitung dengan
gram % sama dengan 1/3 nilai hematokritnya.

Misalnya: nilai hematokrit 45% sesuai

dengan kadar Hb 15 gram/100 ml darah.


c. Cara Alkali Hematin
Cara ini sebenarnya menetapkan total Hb baik dari carboxyhemoglobin, methemoglobin
atau

sulfhemoglobin.

Cara

ini kurang

teliti

bila

dibandingkan

dengan

cara

sianmethemoglobin dan oxyhemoglobin. Diantara ketiga metode ini yang paling tepat
adalah menurut cara sianmethemoglobin (Dep kes RI, 1989).
e. Penetapan Kadar Hemoglobin Metode Sianmethemoglobin
Di laboratorium klinik, kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan cara kolorimetrik seperti cara sianmethemoglobin (HiCN) dan cara
oksihemoglobin (HbO2).
(ICSH)

InternationalCommittee for Standardization in Haematology

menganjurkan pemeriksaan kadar hemoglobin cara sianmethemoglobin (Riadi

Wirawan dan Erwin Silman, 1996).

Cara ini sangat bagus dan teliti untuk laboratorium

rutin karena standard sianmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan
dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai 2%. Prinsip pemeriksaan hemoglobin
dengan

metode

cyanmethemoglobin adalah

hemoglobin

darah

diubah

menjadi

sianmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida


dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 546 nm (filter hijau)
dengan program C/F dan faktor 36,77.

Larutan drabkin yang dipakai pada cara ini

mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi


sianmethemoglobin.

Sulfhemoglobin

(R.Gandasoebrata, 2007).

tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur

BAB II
METODOLOGI
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini menggunakan metode pendekatan sistem yang
meliputi masukan (input), proses, dan keluaran (output).
A KERANGKA ACUAN
INPUT
1 Man
Perencana : Mahasiswa, pembimbing di Puskesmas Mlonggo, pendamping mahasiswa
yaitu bidan Sunarti, kepala sekolah dan guru SMK Nawa Kartika desa
Sekuro kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara dan petinggi di desa Sekuro.
Pelaksana : Mahasiswa PBL FK Undip, Guru SMK Nawa Kartika desa Sekuro
Sasaran

kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.


: Seluruh siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika desa Sekuro
kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.

2
3

Money
: Swadana mahasiswa PBL puskesmas Mlonggo.
Material
- Handscoen, lancet, kasa alcohol, kapas, aquades, HCl 0,1 N.
- Surat pengantar kepada pihak sekolah SMK Nawa Kartika desa Sekuro
kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.
Data umum siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika desa Sekuro kecamatan

Mlonggo kabupaten Jepara.


4 Machine :
Alat tulis, pita pengukur (midline), pipet Hb Sahli,
hemoglobinometer Sahli, batang pengaduk, aspirator, pipet tetes, tabung
pengencer hemometer, laptop, printer, dan sarana transportasi.
5 Method :
Pengamatan terlibat dengan melakukan sejumlah prosedur
pemeriksaan Hb metode Sahli dan pemeriksaan LiLA.
PROSES
1

Perencanaan (P1)
- Pertemuan dengan dokter Puskesmas Mlonggo (dr. Fitrin Miadianti) dan dr.Itut
untuk mendapatkan informasi tentang peraturan di Puskesmas Mlonggo, topik studi
-

kasus, dan pembagian wilayah.


Menemui pendamping mahasiswa (bidan Sunarti) untuk mendapatkan informasi
judul studi kasus, jadwal kerja pendamping mahasiswa, referensi tentang
pemeriksaan Hb dan LiLA, gambaran masalah, dan teknis pelaksanaan pendataan

yang akan dilakukan.


Meminta surat pengantar untuk pihak sekolah SMK Nawa Kartika dari Puskesmas.
Menemui pihak sekolah SMK Nawa Kartika untuk meminta izin dan meminta data

siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika.


Menyusun rencana kerja jadwal pemeriksaan dan evaluasi Hb dan LiLA siswi

perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika.


Pergerakan dan Pelaksanaan (P2)
a Pergerakan
- Meminta ijin pihak sekolah SMK Nawa Kartika untuk melakukan kegiatan.
b Pelaksanaan
- Menyiapkan seluruh siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika.
- Melakukan persiapan tempat, sarana dan prasarana (bangku, meja) pada
-

pelaksanaan pemeriksaan Hb dan LiLA.


Meminta bantuan guru kelas untuk terlibat dalam kegiatan seperti memanggil

nama siswa berdasarkan absen, mengisi data umum siswa.


Mempersiapkan alat dan bahan seperti lancet, kasa alcohol, kapas, aquades,
HCl 0,1 N, alat tulis, pita pengukur (midline), pipet Hb Sahli,

hemoglobinometer Sahli, batang pengaduk, aspirator, pipet tetes, tabung

pengencer hemometer.
Memperkenalkan diri dan menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan

dilaksanakan kepada para siswa.


Mendata ulang jumlah siswa yang hadir.
Memberikan pengarahan kepada siswa tentang alur pemeriksaan.
Memanggil siswa sesuai urut absen.
Mencatat identitas siswa : nama, alamat.
Mencuci tangan dan memakai handscoen sebelum melakukan pemeriksaan.
Melakukan pemeriksaan LiLA.
Melakukan pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Sahli.
Mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan.
Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam form hasil pemeriksaan yang nantinya

akan digunakan sebagai bahan evaluasi.


Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)
a

Pengawasan
-

Mengawasi pelaksanaan kegiatan sesuai rencana baik sasaran waktu maupun


hasil yang dicapai.

Pengendalian
-

Mengatur,mengarahkan,mengendalikan pelaksanaan apabila didapatkan hal-hal


yang tidak sesuai rencana agar tujuan dapat dicapai.

Penilaian
-

Menilai pelaksanaan kegiatan dan memberikan masukkan bagi program yang


akan datang.

OUTPUT
-

Data mengenai hasil pemeriksaan Hb dan LiLA siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa
Kartika Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.

B METODE PENGAMATAN TERLIBAT


Metode pengamatan terlibat yang akan dilakukan dalam rangka untuk memperoleh data
hasil kadar Hb dan LiLA siswa adalah dengan melakukan pengamatan dan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswi perempuan kelas 3 SMK Nawa Kartika Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara.
C METODE BBDM

Metode BBDM yang digunakan adalah 3 langkah awal dari seven jumps. Tahap-tahap
kegiatannya adalah:
1 Daftar istilah
-

Pemeriksaan
Evaluasi
Hb
LiLA
Siswi perempuan kelas 3
SMK Nawa Kartika
Desa Sekuro
Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara
Periode 27-29 Oktober 2014

2 Klarifikasi istilah
-

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar.


Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan

informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.


Hb (Haemoglobin) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan

membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.


Lingkar lengan atas (LiLA) adalah indikator penentuan status gizi seseorang,
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah

kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi.


Siswi perempuan kelas 3 adalah sekelompok perempuan yang bersekolah pada
tingkat atau kelas 3 suatu lembaga pendidikan. Siswi perempuan merupakan

wanita usia subur (WUS) yang nantinya akan menjadi calon ibu.
SMK Nawa Kartika adalah salah satu sekolah yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Mlonggo yang akan dilakukan pemeriksaan dan evaluasi Hb dan

LiLA. Sekolah ini baru berjalan tiga tahun dan belum pernah dilakukan
-

pemeriksaan dan evaluasi Hb dan LiLA pada siswi kelas 3nya.


Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara adalah tempat atau lokasi
SMK Nawa Kartika sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan

evaluasi Hb dan LiLA.


Periode 27-29 Oktober 2014 merupakan batasan waktu pelaksanaan pemeriksaan
dan evaluasi Hb dan Lingkar Lengan Atas (LiLA) siswi perempuan kelas 3 SMK
Nawa Kartika Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.

3 Daftar masalah
1. Apakah tujuan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK?
2. Siapa sasaran pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK?
3. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMA/SMK?
4. Di sekolah mana saya melaksanakan kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa
SMA/SMK?
5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK?
6. Sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan dalam kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMA/SMK?
7. Apa saja yang perlu dinilai pada kegiatan penjaringan kesehatan?
8. Bagaimana mekanisme kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMK Nawa
Kartika ?
9. Apa yan menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMK Nawa Kartika?
10. Hambatan apa saja yang mungkin muncul dalam kegiatan pemeriksaan Hb dan
LiLA siswa SMK Nawa Kartika dan upaya apa saja yang perlu dipersiapkan untuk
mencegahnya ?
11. Apakah alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut ?
a. Pengelompokkan masalah
1) Tujuan : Apakah tujuan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa

SMA/SMK?

2) Pelaksanaan :
Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMA/SMK?
Di sekolah mana kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK?
Kapan kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK dilaksanakan?
Sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan dalam kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMA/SMK?
Apa saja yang perlu dinilai pada kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa
SMA/SMK?
Bagaimana mekanisme kegiatan pemeriksaan Hb dan LiLA siswa SMA/SMK?
3) Evaluasi :
Apa yan menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Hb
dan LiLA siswa SMK Nawa Kartika?
Hambatan apa saja yang mungkin muncul dalam kegiatan pemeriksaan Hb dan
LiLA siswa SMK Nawa Kartika dan upaya apa saja yang perlu dipersiapkan untuk
mencegahnya?
4) Hasil :
Apakah alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai