Bab 1-5 Fix Banget
Bab 1-5 Fix Banget
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Cilincing merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah
Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas - batas sebagai berikut :
Batas-batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Jawa Barat
Sebelah Selatan
: Kel. Cakung Jakarta Timur
Sebelah Barat
: Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara
II
III
II
10
puskesmas
yaitu
puskesmas
kelurahan
dan
puskesmas
kecamatan.Puskesmas Cilincing telah mengajukan diri menjadi salah satu unit BLUD
(Badan Layanan Umum Daerah) di wilayah Propinsi DKI Jakarta dimulai pada tahun
2006. Mulai Maret 2006 Puskesmas Kecamatan Cilincing telah ditetapkan menjadi
puskesmas BLUD bertahap sesuai dengan SK Gubernur No. 2086 tahun 2006 sampai
sekarang.
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Penduduk wilayah Kecamatan Cilincing berdasarkan Profil Kecamatan
Cilincing tahun 2013 sebanyak 379.439 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
62.788 kepala keluarga. Terdiri dari penduduk laki-laki 189.038 jiwa dan penduduk
perempuan 190.041 jiwa, serta distribusi paling besar pada kelompok usia produktif.
Tabel 1.1 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Cilincing Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
Kelurahan
Luas Wilayah
Jumlah
Kepadatan
(Km2)
Penduduk
Penduduk
83.125
15.907
31.615
79.169
24.670
106.370
(Jiwa)
44.837
76.870
40.871
23.769
69.760
45.170
(per km2)
0,54
4,83
1,29
0,30
2,83
0,42
7
Sukapura
56.140
Jumlah
396.996
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Tahun 2013)
78.162
379.439
1,39
1
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan di Kecamatan
Cilincing Tahun 2013
No
Kelurahan
Penduduk (Jiwa)
Laki-laki
Perempuan
1
Cilincing (Cilincing I, II)
22.754
22.083
2
Semper Barat (I, II dan III)
38.500
38.370
3
Semper Timut
20.799
20.072
4
Marunda
12.462
11.307
5
Kalibaru
35.182
34.578
6
Rorotan
23.008
22.162
7
Sukapura
36.333
41.829
Jumlah
189.038
190.401
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)
Jumlah
44.837
76.870
40.871
23.769
69.760
45.170
78.162
379.439
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun
2013
No Kelompok Umur (tahun)
Jumlah
1
04
38.019
2
59
33.210
3
10 14
29.004
4
15 19
31.892
5
20 24
41.087
6
25 29
48.904
7
30 34
42.434
8
35 39
35.293
9
40 44
24.223
10
45 49
18.148
11
50 54
14.294
12
55 59
9.595
13
60 64
6.109
14
65 69
3.941
15
70 74
1.969
16
> 75
1.317
Jumlah
379.439
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)
Tabel 1.4 Data Dasar di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013
Data Dasar
Jumlah
Jumlah Penduduk
379.439
Jumlah Kelurahan
7
Jumlah Puskesmas
10
Tenaga Kesehatan
95
Posyandu
26
Jumlah Bayi
627
Jumlah Balita
3.230
Jumlah Ibu Hamil
2.688
Jumlah Ibu Nifas
98
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)
bertanggung
jawab
terhadap
pembangunan
kesehatan
di
wilayah
masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
mengjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku penduduk yang sehat
3. Cakupan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan
1.1.2.4 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan
pembangunan
berwawasan
kesehatan di wilayah
kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
3. Memelihara
dan
meningkatkan mutu,
pemerataan
dan
memantau
dan
melaporkan
dampak
kesehatan
dari
kecamatan
dengan
saran
teknis
dari
kepala
Dinas
Kesehatan
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis
kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.8 Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan
wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun
rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.1.2.9 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan
oleh
setiap
puskesmas
yang
ada
di
seluruh
wilayah
Indonesia.
Kegiatan
Indikator
Promosi Kesehatan
Penyuluhan di Dalam
Tatanan sehat
PHBS
Penyehatan pemukiman
Kesehatan Lingkungan
ANC
Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan
Cakupan linakes
MTBS
Cakupan MTBS
Imunisasi
Cakupan imunisasi
Keluarga Berencana
Pelayanan
Cakupan MKET
Keluarga Berencana
Diare
ISPA
Cakupan kasus
ISPA
Malaria
Tuberkulosis
Gizi
Pengobatan
Distribusi vit A / Fe /
cap yodium
PSG
yodium
% gizi kurang / buruk,
Promosi Kesehatan
SKDN
% kadar gizi
Medik dasar
Cakupan pelayanan
UGD
Jumlah
Laboratorium sederhana
ditangani
Jumlah pemeriksaan
kasus
yang
pilihan
puskesmas
ini
dilakukan
oleh
dinas
kesehatan
10
pertama
yang
dengan
P2M,
gizi,
promosi
kesehatan
&
pengobatan.
11
kesehatan,
pengobatan,
kesehatan
gigi,
program
tingkat
desa,
organisasi
profesi,
organisasi
pelayanan
kesehatan
tingkat
pertama,
langsung
dengan
masyarakat
dengan
berbagai
untuk
yang
bimbingan
lebih
kompeten
tenaga
menyelenggarakan
untuk
puskesmas
pelayanan
melakukan
dan
medis
spesialis
atau
di
puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan
fogging,
peminjaman
alat
laboratorium
masyarakat
dan
atau
penyelenggaraan
memperhatikan
kesehatan
bagi
institusi
dan
kembang,
Upaya
Kesehatan
Berbasis
Masyarakat (UKBM)
2. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
14
jawab
dalam
upaya
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
masyarakat
untuk
kedokteran,
puskesmas
kecamatan.
26. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi 456
puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku
Kepala Dinas Kesehatan.
KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN:
Dr.Mirsad
17
Jumlah
1
14
8
20
33
5
6
2
2
2
2
95
18
3. Ruang TU.
4. Ruang Koordinator Pelayanan Tuberkulosis (TB).
5. Ruang Koordinator Kesehatan Komunitas.
6. Ruang Koordinator Obat.
7. Ruang Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
8. Ruang Koordinator KIA.
9. Ruang Koordinator Gizi.
10. Ruang Penerimaan Retribusi.
11. Ruang Tamu.
12. Ruang Tunggu.
13. Gudang Gizi.
14. Gudang Arsip.
15. Gudang Promosi Kesehatan (Promkes).
16. Gudang KIA-KB.
17. Mushola.
18. Toilet.
Lantai IV terdiri dari :
1. Ruang Pengendalian Penyakit Menular (P2M).
2. Dapur.
3. Toilet.
4. Aula.
5. Sampah Medis.
1.1.4
Sweeping.
Sertifikasi.
Biosekuriti / desinfeksi.
Sosialisasi.
Pengawasan lalu lintas unggas.
Penguatan surveilans dan investigasi terpadu.
Promosi kesehatan.
Simulasi lapangan kondisi pandemi.
21
22
Januari-Desember 2012.
3. Rabies
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi
DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah dibentuk
Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular
Hewan Linnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No:
2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI Jakarta telah bebas
Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam penularan Rabies, karena
beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah dinyatakan bebas, ditemukan
kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun manusia. Demikian pula masih ada
Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain
yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan rentan
Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :
1.
2.
isolasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :
- Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus
rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun
keluarga sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau
diulangi.
23
3.
4.
5.
6.
7.
Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin
(verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di
regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari
ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.
Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit rabies pada periode JanuariDesember 2012.
4.
Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,
terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan
(insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria.
Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya seperti:
manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Pemberantasan malaria harus
ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran antara lain :
1. Penemuan penderita.
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus
penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan
penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection)
dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara
24
adalah
pengobatan
pencegahan
dengan
sasaran
warga
transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000).
Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia
adalah Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan
relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis
pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus
digunakan terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai
4-6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan
seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi
dengan meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000).
3. Pemberantasan vektor.
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah
menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik
melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi
tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk
Anopheles :
a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang
dapat membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau
minyak tanah, paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam
25
26
5.
Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang
disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini
tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua golongan tanpa
mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko
tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia
Tenggara.
Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah
filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020.
Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria
(microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah
dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global
Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai
penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis filariasis dengan
menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal
5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus
klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program
eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan kewenangan
sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
Menetapkan
anggaran
dan
melaksanakan
pengobatan
selektif,
28
X 100%
d.
dini
penyakit
DBD
atau
upaya
pemberantasan
DBD
Diagram 1.2. Alur Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) di Puskesmas Cilincing
31
32
NS-1
IgM
IgG
Keterangan
1
+
Infeksi dengue
2
+
+
Infeksi dengue primer
3
+
Infeksi primer
4
+
+
Infeksi dengue sekunder
5
+
Ulangi hari ke 5 demam
6
Infeksi lainnya
Keterangan: yang dilakukan PE adalah: 1, 2, 3, 4
33
Pada program DBD, terdapat indikator yang harus dicapai oleh Puskesmas Kecamatan Cilincing yaitu:
1. Incidence Rate (IR) DBD <50/100.000 penduduk
2. Cakupan PE terhadap kasus DBD 100%
3. Cakupan Fogging Fokus terhadap PE(+) 100%
4. Cakupan Fogging Fokus Siklus Kedua terhadap Siklus Pertama 100%
34
1.1.5
Hasil Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Cilincing Periode Januari Desember 2014
Tabel 1.9 Data Penyakit Malaria Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No
Kelurahan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Cilincing
Kalibaru
Marunda
Rorotan
Semper Barat
Semper
Sukapura
Total
Timur
7
Dari tabel diatas sudah tidak terdapat kasus malaria di Kecamatan Cilincing periode Januari-Desember 2014.
Tabel 1.10 Data Penyakit Leptospirosis Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No
Kelurahan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
35
Cilincing
Kalibaru
Marunda
Rorotan
Semper Barat
Semper
Sukapura
Total
Timur
7
Tabel 1.11 Data Penyakit Filariasis Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No
Kelurahan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Cilincing
Kalibaru
Marunda
Rorotan
Semper Barat
Semper
36
Timur
7
Sukapura
Total
Dari data tabel 1.10 dan 1.11 daerah Kecamatan Cilincing sudah bebas dari kasus Leptospirosis dan Filariasis.
Tabel 1.12 Data Penyakit Chikungunya Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No
Kelurahan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Cilincing
Kalibaru
Marunda
Rorotan
Semper Barat
Semper
Sukapura
Total
Timur
7
37
Tabel 1.13 Data Penyakit Avian Influenza (H1N1) Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No
Kelurahan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Cilincing
Kalibaru
Marunda
Rorotan
Semper Barat
Semper
Sukapura
Total
Timur
7
Dari data tabel 1.12 masih terdapat kasus Chikungunya di daerah Sukapura pada bulan Februari.
38
Tabel 1.14 Data Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Cilincing Jakarta Utara Bulan Januari-Desember 2014
Jumlah
No
Puskesmas
Penduduk
Jumlah Penderita
Hidup
Meninggal
PKL Kel.
(a)
22.754
(b)
37
(c)
0
Cilincing I
PKL Kel.
22.083
48
Cilincing II
PKL Kel. Semper
38.500
Barat I
PKL Kel. Semper
Target IR
per 100.000
penduduk
CFR
IR
<50
162,608
<50
217,36
56
<50
145,454
38.730
22
<50
56,803
Barat II
PKL Kel. Semper
40.871
<50
19,573
Barat III
PKL Kel.
78.162
80
<50
102,351
Sukapura
PKL Kel. Kalibaru
23.769
57
<50
239,808
8.
45.170
35
<50
77,485
9.
PKL Kel.
69.760
22
<50
31,536
<50
Marunda
Cilincing
379.439
404
0
Incidence Rate (IR)
104,2
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing
39
Tabel 1.15 Data Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Cilincing Jakarta Utara Bulan Januari-Maret 2015
Bulan
Jumlah
No
Kelurahan
Kasus
Januari
Februari
Maret
9
3
6
5
6
10
5
44
4
3
0
1
0
1
1
10
1
2
3
4
5
6
7
Cilincing
19
6
Sukapura
8
2
Kalibaru
12
6
Rorotan
9
3
Marunda
6
0
Semper Barat
17
6
Semper Timur
8
2
TOTAL
79
25
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing
Jumlah kasus DBD di wilayah Kecamatan Cilincing selama bulan Januari-Maret 2015 menurun dari bulan Januari-Desember tahun
2014 yaitu dari 404 kasus menjadi 79 kasus. Setiap kelurahan di Kecamatan Cilincing pasti memiliki kasus DBD selama setahun. Dari
tabel 1.13 didapatkan bahwa nilai Incident Rate (IR) pada seluruh kelurahan di Kecamatan Cilincing dari bulan Januari-Desember 2014
belum mencapai target dan hanya dua kelurahan yang telah mencapai target yaitu Puskesmas kelurahan Semper Barat III dan Puskesmas
kelurahan Marunda.
Tabel 1.16 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari s/d Desember 2014
No
KELURAHAN
Sudah dilakukan PE
Total Kasus
Cakupan PE terhadap
40
Tidak
kasus DBD
(a+b)/(e-c-d) x 100%
(c)
ditemukan
(d)
(e)
11
8
0
2
4
1
6
39
33
44
19
33
11
15
30
201
55
84
60
68
35
39
77
461
PE (+)
PE (-)
Bukan DBD
(a)
(b)
2
7
24
15
6
8
5
T O TAL
73
Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara
9
25
17
18
14
15
36
148
1
2
3
4
5
6
7
Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur
Tabel 1.17 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari s/d Maret 2015
Sudah dilakukan PE
No
KELURAHAN
PE (+)
PE (-)
Bukan DBD
(a)
(b)
(c)
Cakupan PE terhadap
Tidak
Total Kasus
ditemukan
(d)
kasus DBD
(a+b)/(e-c-d) x 100%
(e)
41
1
2
3
4
5
6
7
Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur
0
0
3
5
0
1
0
T O TAL
9
Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara
7
1
3
1
2
4
4
22
1
0
1
2
0
2
1
7
7
4
5
8
4
8
2
38
15
5
12
16
6
15
7
76
100
100
100
100
100
100
100
100
42
Tabel 1.18 Rekapitulasi data Fogging Focus bulan Januari s/d Desember 2014
No
KELURAHAN
PE (+)
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Cakupan Fogging
Fogging
Fogging
Siklus 2
Fokus terhadap PE
Fokus
Fogging
Siklus 1
(b/a x 100%)
(d/c x 100%)
(b)
(c)
(d)
2
7
24
15
6
8
5
73
1
2
11
2
1
2
1
22
1
2
11
2
1
2
1
22
(a)
1
2
3
4
5
6
7
Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur
T O TAL
2
7
24
15
6
8
5
73
100
100
100
100
100
100
100
100
Tabel 1.19 Rekapitulasi data Angka Bebas Jentik bulan Januari s/d Desember 2014
No
KELURAHAN
Jumlah
Hasil
43
Rumah
yang
(+)
(-)
Dipantau
1
2
Cilincing
Sukapura
100
100
15
28
85
72
>95
>95
85%
72%
Kalibaru
100
39
61
>95
61%
Rorotan
100
27
73
>95
73%
Marunda
100
30
70
>95
70%
Semper Barat
100
20
80
>95
80%
Semper Timur
100
25
75
>95
75%
100
184
516
>95
73,7%
T O TAL
44
45
antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat
perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari program tersebut adalah sebagai berikut:
1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cilincing I pada bulan JanuariDesember 2014 sebesar 162,6/100.000 penduduk.
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cilincing II pada bulan JanuariDesember 2014 sebesar 217,3/100.000 penduduk.
3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat I pada bulan JanuariDesember 2014 sebesar 145,4/100.000 penduduk.
4. Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat II pada bulan JanuariDesember 2014 sebesar 56,8/100.000 penduduk.
5. Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat III pada bulan JanuariDesember 2014 sebesar 19,5/100.000 penduduk.
6. Incidence Rate DBD di Kelurahan Sukapura pada bulan Januari-Desember
2014 sebesar 102,3/100.000 penduduk.
7. Incidence Rate DBD di Kelurahan
46
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul
harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana,
dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus.
Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada tahap
awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas
masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta
yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat dari tujuh program
kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Cilincing. Karena keterbatasan sumber
daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan,
perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria.
2. Memberikan bobot masalah.
3. Menentukan skoring tiap masalah.
Dari hasil diskusi maka kelompok kami memilih Scoring Technique yaitu
MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment) untuk menentukan prioritas
masalah karena kelebihan MCUA yaitu dapat memecahkan masalah dengan
sempurna dan lebih mudah dilaksanakan.
47
48
49
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai
lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting.
Bobot 4 : sangat penting sekali.
Bobot 3 : sangat penting.
Bobot 2 : penting.
Bobot 1 : cukup penting.
2.1.2.1. Emergency
Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan
Case Fatality Rate (CFR).
Skala ()
0-0,9
1,0-1,9
2,0-2,9
3,0-3,9
4,0-4,9
5,0-5,9
Score
1
2
3
4
5
6
Wilayah
PKL Cilincing I
PKL Cilincing II
PKL Semper Barat I
PKL Semper Barat II
PKL Semper Barat III
PKL Sukapura
PKL Kalibaru
PKL Rorotan
PKL Marunda
Jumlah
CFR (%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Score
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
50
No
Score
0-40
41-80
81-120
121-160
161-200
Masalah
Incidence Rate DBD di PKL
Target
<50
IR
162,608
Selisih
112,608
Score
3
Kelurahan Cilincing I
Incidence Rate DBD di PKL
<50
217,36
167,36
Kelurahan Cilincing II
Incidence Rate DBD di PKL
<50
145,454
95,454
<50
56,803
6,803
<50
19,573
-30.427
<50
102,351
52,351
Kelurahan Sukapura
Incidence Rate DBD di PKL
<50
239,808
189,808
<50
77,485
27,485
Kelurahan Rorotan
Incidence Rate DBD di PKL
<50
31,536
-18,464
Kelurahan Marunda
51
No
Jumlah Penduduk
Score
10
Tabel 2.6 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
No
Lintas Sektor
Score
10
Tabel 2.7 Penentuan Expanding Scope Score di Puskesmas Kecamatan Cilincing Periode
Januari-Desember 2014
Jumlah Penduduk
Lintas
Sektor
Jumlah
No
Daftar Masalah
10
10
20
Kelurahan Cilincing I
Incidence Rate DBD di Puskesmas
10
10
20
Kelurahan Cilincing II
Incidence Rate DBD di Puskesmas
10
10
20
10
10
20
20.000
>20.000
52
10
10
20
10
10
20
Kelurahan Sukapura
Incidence Rate DBD di Puskesmas
10
10
20
Kelurahan Kalibaru
Incidence Rate DBD di Puskesmas
10
10
20
Kelurahan Rorotan
Incidence Rate DBD di Puskesmas
10
10
20
Kelurahan Marunda
2.1.2.4. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya,
kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat
parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi
obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi :
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk,
maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin
besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan
di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang
menjadi sasaran program kesehatan di masing masing wilayah
Puskesmas. Katagori tenaga kerja dinilai berdasarkan ratio jumlah
tenaga kerja dengan jumlah penduduk semakin banyak jumlah tenaga
medis maka akan semakin ideal. Semakin sedikit jumlah tenaga
medis, semakin besar masalah yang dapat timbul.
Tabel 2.1 Penentuan Score Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk
No
1
2
3
4
5
Range
1 : 1 1 : 1000
1 : 1001 1 : 2000
1 : 2001 1 : 3000
1 : 3001 1 : 4000
1 : 4001 1 : 5000
Score
1
2
3
4
5
53
6
7
8
9
10
1 : 5001 1 : 6000
1 : 6001 1 : 7000
1 : 7001 1 : 8000
1 : 8001 1 : 9000
1 : 9001 1 : 10000
6
7
8
9
10
Tabel 2.8 Scoring Rasio tenaga medis P2B2 dengan jumlah penduduk
No
Kelurahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cilincing I
Cilincing II
Semper Barat I
Semper Barat II
Semper Barat III
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Jumlah tenaga
Jumlah
kerja
12
7
11
6
9
10
15
9
7
penduduk
22.754
22.083
38.500
38.730
40.871
78.162
23.769
45.170
69.760
Perbandingan
Sco re
1 : 1.896
1 : 3.154
1 : 3.500
1 : 6.455
1 : 4.541
1 : 7.816
1 : 1.584
1 : 5.018
1 : 9.965
2
4
4
7
5
8
2
6
10
Kategori
Obat
Alat
Ketersediaan
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Score
2
1
2
1
54
Dana
Ada
Tidak ada
Score
1
2
MASALAH
Incidence
Rate
DBD
SDM
di
Puskesmas
Kelurahan
Cilincing I
Incidence Rate
DBD
Puskesmas
Kelurahan
Cilincing II
Incidence Rate
DBD
Puskesmas
Kelurahan
Semper Barat I
Incidence Rate
DBD
Puskesmas
Kelurahan
Semper Barat II
Incidence Rate
DBD
Puskesmas
Kelurahan
di
di
di
di
DBD
Puskesmas
Kelurahan
di
FASILITAS
Obat
Alat
1
1
DANA
JUMLAH
10
11
55
Sukapura
7
Incidence
Rate
Puskesmas
8
Kalibaru
Incidence
Rate
Rorotan
Incidence
DBD
di
10
13
Kelurahan
Rate
Puskesmas
di
Kelurahan
Puskesmas
9
DBD
DBD
di
Kelurahan
Marunda
2.1.2.5. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan
dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki
concern terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk
menilai seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang
concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut
terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang
paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di
media cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan
penyuluhan. Maka skor untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk
iklan di media cetak diberikan nilai 3. Begitupun dengan media
elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan
media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di
media elektronik diberikan nilai 5.
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Cilincing Periode Januari-Desember 2014
No.
Parameter
Score
Penyuluhan
Media Cetak
56
Masalah
Penyuluhan
Media
Incidence
DBD
di
Cetak
3
Kelurahan Cilincing I
Incidence Rate DBD
di
Kelurahan Cilincing II
Incidence Rate DBD
di
Rate
Iklan Media
Elektronik
Jumlah
di
Kelurahan Sukapura
Incidence Rate DBD
di
Kelurahan Kalibaru
Incidence Rate DBD
di
Kelurahan Rorotan
Incidence Rate DBD
di
Incidence
Rate
DBD
Kelurahan Marunda
57
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cilincing Periode Januari-Desember 2014
MS-1
N BN
1
5
MS-2
N BN
1
5
MS-3
N BN
1
5
MS-4
N BN
1
5
MS-5
N BN
1
5
MS-6
N BN
1
5
MS-7
N BN
1
5
MS-8
N BN
1
5
MS-9
N BN
1
5
Greatest Member
12
20
12
20
Expanding Scope
20
60
20
60
20
60
20
60
20
60
20
60
20
60
Feasibility
10
14
14
10
20
16
11
22
10
20
9
60
18
20
13
60
26
Policy
No
Kriteria
Bobot
Emergency
JUMLAH
96
108
100
98
94
104
104
96
104
Keterangan :
1. MS-1: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cilincing I
2. MS-2: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cilincing II
3. MS-3: Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat I
4. MS-4: Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat II
5. MS-5: Incidence Rate DBD di Kelurahan Semper Barat III
6. MS-6: Incidence Rate DBD di Kelurahan Sukapura
7. MS-7: Incidence Rate DBD di Kelurahan Kalibaru
8. MS-8: Incidence Rate DBD di Kelurahan Rorotan
9. MS-9: Incidence Rate DBD di Kelurahan Marunda
10. N: Score.
11. BN: Bobot x score.
58
2. Money
: Dana.
3. Material
: Sarana.
4. Method
: Cara.
60
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab
masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan
justifikasi:
1. Jumlah petugas terbatas (money)
2. Setiap kader memiliki alat pribadi untuk PSN (material)
3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat
prosedur dijalani dengan baik (method)
4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
2.3.2
61
62
63
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH
Penetapan alternatif
Mudah dilaksanakan.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mudah
dilaksanakan dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit dilaksanakan.
2.
Murah biayanya.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling murah biaya
pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal biaya
pelaksanaannya.
3.
4.
Diberi nilai 1-3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mungkin
diselesaikan dengan sempurna dan nilai 1 merupakan masalah yang sulit diselesaikan.
64
AL-2
AL-3
AL-4
4
3
2
N
1
2
1
BN
4
6
2
N
2
1
BN
8
3
BN
4
6
BN
4
6
4
N
1
2
N
1
2
2
No
Parameter
Bobot
1
2
3
Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapan tidak lama
Dapat
menyelesaikan
dengan sempurna
Jumlah
Keterangan :
15
14
AL 1
AL 2
AL 3
AL 4
16
15
65
3.2. Alternatif pemecahan masalah Incidence Rate DBD di Kelurahan Kali Baru
pada bulan Januari-Desember 2014
Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif
masalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah petugas di Kelurahan (money)
2. Meningkatkan komunikasi antara petugas RW dan Kelurahan (material)
3. Menjelaskan pentingnya membuat prosedur secara tertulis (method)
4. Menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas kader (actuating)
Tabel 3.2. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah IR
di Wilayah Kelurahan Kali Baru Periode Januari-Desember 2014
AL-1
AL-2
AL-3
AL-4
4
3
2
N
1
1
1
BN
4
3
2
N
2
2
BN
8
6
BN
4
6
BN
4
6
4
N
1
2
N
1
2
2
No
Parameter
Bobot
1
2
3
Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapan tidak lama
Dapat menyelesaikan dengan
sempurna
Jumlah
Keterangan :
12
20
16
15
66
AL-2
AL-3
AL-4
BN
BN
BN
BN
No
Parameter
Bobot
1
2
Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapan tidak
4
3
3
3
12
9
5
5
20
15
1
4
4
12
5
3
20
9
10
3
4
lama
Dapat
menyelesaikan
dengan sempurna
Jumlah
Keterangan :
AL 1
26
50
21
36
: Merekrut kader baru dengan usia yang lebih muda dan lebih kompeten sehingga program
: Membuat inovasi baru terkait program PSN dari petugas kesehatan untuk menarik
perhatian masyarakat.
AL 4
: Meningkatkan kerja sama dan memperbaiki komunikasi antara kader, petugas kesehatan
67
BAB IV
RENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
68
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan
Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka disusun rencana
pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat mengambil keputusankeputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling dominan.
Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok
yang dipandang paling penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang
menjelaskan rencana memecahkan masalah.
69
Tabel 4.1. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cilincing II
VOLUME
No
KEPUTUSAN
RENCANA KEGIATAN
TARGET
Menjelaskan
Adanya
pentingnya
mengenai
membuat
Suku
Utara
tertulis
dan
tersebar
tertulis
sampai
ke
tingkat
Dinas
Jakarta
prosedur
KEGIATAN
prosedur 1x per tahun
PSN
BIAYA
KETERANGAN
yang
Kelurahan.
Menambah
masing-masing Kecamatan
Mengajukan
permohonan
Bertambahnya
jumlah petugas
penambahan
yang ada
petugas
di
Menjadikan
kegiatan
Puskesmas Kecamatan
Mengapresiasikan tugas yang
sebagai
PSN
dengan
memberikan
prioritas kader
Kader
insentif
mendapatkan 1x perbulan
yang
sesuai
70
No
KEPUTUSAN
RENCANA KEGIATAN
TARGET
Kader
kegiatan
pelaksanaan
efektif
terkait
4
Memberikan
kepentingan
PSN
masing-
masing kader
Melakukan pendataan alat-alat
kegiatan
yang
diberikan
oleh
VOLUME
KEGIATAN
melaksanakan 1x per minggu
PSN
secara
karena
tidak
mengganggu
alat
dalam PSN
Terdapatnya
yang
dapat
baiknya
dengan
contoh
lainnya
terkait
KETERANGAN
Dilaksanakan tiap
PSN
aktivitas
sehari-hari
Terdapat data
yang
BIAYA
digunakan
alat-alat 1x pertahun
terbentuk
dan
memberikan
kepada
kader
PSN
71
Tabel 4.2. Rencana Usulan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Kali Baru
VOLUME
No KEPUTUSAN
RENCANA KEGIATAN
TARGET
Meningkatkan
Terbentuknya
komunikasi
secara
komunikasi
antara
yang
RW
berkala
KEGIATAN
2x per bulan
petugas
RW
dan
kelurahan
agar
Menjelaskan
PSN merata
Adanya
pentingnya
mengenai
membuat
Suku
Utara
tertulis
dan
tersebar
tertulis
sampai
ke
tingkat
Jakarta
prosedur
KETERANGAN
antara
Kelurahan
Dinas
BIAYA
yang
Kelurahan.
masing-masing Kecamatan
Mengapresiasikan tugas yang
Menjadikan
kegiatan
dengan
memberikan
Kader
insentif
sesuai
empat
TARGET
VOLUME
BIAYA
KETERANGAN
72
Menambah
Kader
KEGIATAN
melaksanakan 1x per minggu
kader
kegiatan
PSN
secara
karena
tidak
mengenai
efektif
mengganggu
Mengajukan
sehari-hari
Bertambahnya petugas 1x per tahun
tingkat Puskesmas
Kelurahan
(jam)
waktu
permohonan
petugas
Kelurahan
di
Dilaksanakan
tiap PSN
aktivitas
yang ada
kepada
Puskesmas Kecamatan
Tabel 4.3 Rencana Usulan Kegiatan Cakupan Angka Bebas Jentik di Wilayah Kecamatan Cilincing
73
No
1
KEPUTUSAN
Memberikan
TARGET
Meningkatnya pengetahuan
kepada
masyarakat mengenai
masyarakat mengenai
penyakit DBD.
Menyiapkan alat bantu penyuluhan
pentingnya pencegahan
pencegahan penyakit
dibandingkan dengan
DBD
video.
Menghadirkan pembicara yang lebih
pengobatan.
penyuluhan
pentingnya
dibandingkan
dengan pengobatan.
2
RENCANA KEGIATAN
Meningkatkan
kerjasama dan
memperbaiki
komunikasi antara
kader, petugas
kesehatan dan
petugas sektor
lainnya.
BIAYA
KET
BIAYA
KET
4x per tahun
KEPUTUSAN
KEGIATAN
penyakit DBD
No
VOLUME
RENCANA KEGIATAN
TARGET
Petugas kesehatan, kader
4x per tahun
VOLUME
KEGIATAN
1x pertahun
74
dengan
usia
yang
kelurahan dapat
melaksanakan program.
Memberikan imbalan yang sesuai
DBD.
kepada kader.
Melakukan diskusi antara petugas
Mendapatkan rancangan
PSN
menarik perhatian
masyarakat.
sehingga
program
dapat
berjalan
dengan
lancar.
Membuat
dari
kesehatan
menarik
inovasi
petugas
untuk
perhatian
masyarakat
1 x pertahun
4.2.
berdasarkan rencana usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam tabel sebagai berikut:
75
Tabel 4.3 Time Table Rencana Usulan Kegiatan Kegiatan Menurunkan Incidence Rate DBD di Wilayah Kelurahan Cilincing II
NO
1.
KEGIATAN
APR
MEI
JUN
JUL
AUG
Mengajukan pemohonan dari pihak Puskesmas Kecamatan ke Suku Dinas Jakarta Utara X
mengenai prosedur tertulis kegiatan PSN yang dilakukan di tingkat Kelurahan yang ada di
2.
masing-masing Kecamatan
Mengajukan permohonan penambahan petugas di Puskesmas Kecamatan kepada Suku Dinas X
3.
Jakarta Utara
Mengapresiasikan tugas yang kader lakukan dalam kegiatan PSN dengan memberikan X
4.
5.
6.
7.
X
X
NO
KEGIATAN
APR
1.
Mengadakan pertemuan rutin secara berkala yang diperuntukkan bagi petugas RW dan X
2.
Kelurahan
Mengajukan pemohonan dari pihak Puskesmas Kecamatan ke Suku Dinas Jakarta Utara X
MEI
JUN
JUL
AUG
mengenai prosedur tertulis kegiatan PSN yang dilakukan di tingkat Kelurahan yang ada di
3.
masing-masing Kecamatan
Mengapresiasikan tugas yang kader lakukan dalam kegiatan PSN dengan memberikan X
76
Memberikan kebebasan kepada kader mengenai waktu (jam) pelaksanaan kegiatan PSN X
5.
Tabel 4.5 Time Table Rencana Usulan Kegiatan Cakupan Angka Bebas Jentik di Wilayah Kecamatan Cilincing
NO
1.
2.
3.
4.
KEGIATAN
APR MEI
Menyiapkan materi mengenai macam-macam kegiatan untuk pencegahan penyakit
x
DBD.
Menyiapkan alat bantu penyuluhan seperti pamflet, poster, brosur, serta video.
Menghadirkan pembicara yang lebih kompeten dan atraktif.
Mengadakan pertemuan rutin yang membahas tentang rencana kegiatan, pembiayaan
x
X
x
JUN
JUL
AUG
SEPT
serta hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada program DBD antara kader,
5.
6.
melaksanakan program.
77
7.
8.
9.
x
x
x
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari tujuh program kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Cilincing, didapatkan
satu program yang dievaluasi yaitu P2B2 dan didapatkan tujuh masalah yang
teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan dua prioritas
masalah selama bulan Januari-Desember 2014:
1.Incidence Rate Demam Berdarah di Kelurahan Cilincing II Pada Bulan Januari
s/d Desember 2014 sebesar 217,3/100.000 penduduk, tidak mencapai target
yaitu <50/100.000 penduduk.
2.Incidence Rate Demam Berdarah di Kelurahan Kali Baru Pada Bulan Januari s/d
Desember 2014 sebesar 239,8/100.000 penduduk, tidak mencapai target yaitu
<50/100.000 penduduk.
3.Capaian Angka Bebas Jentik di Wilayah Kecamatan Cilincing Pada Bulan
Januari s/d Desember 2014 sebesar 73,7%, tidak mencapai target yaitu >95%.
Setelah mencari kemungkinan penyebab masalah dengan diagram sebab akibat
dari Ishikawa atau fishbone didapatkan akar-akar masalah dari setiap program di atas,
seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Setelah ditemukan akar-akar
masalah setiap program, didapatkan akar penyebab masalah yang dominan, yaitu :
5.1.1. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Incidence Rate DBD di
Kelurahan Cilincing II pada bulan Januari-Desember 2014 sebesar
217,3/100.000, tidak mencapai target yaitu <50/100.000
1. Jumlah petugas terbatas (money)
2. Setiap kader memiliki alat pribadi untuk PSN (material)
3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat prosedur
dijalani dengan baik (method)
4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
79
5.1.2.
Kali
Baru
pada
bulan
Januari-Desember
2014
sebesar
penghargaan
memanfaatkan
alat
seperti
PSN
kader
teladan
sebaik-baiknya
kepada
terkait
kader
dengan
yang
efektivitas
penyuluhan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
82