Anda di halaman 1dari 57

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Lingkaran Pemecahan Masalah mengenai EVALUASI PROGRAM


PEMBERANTASAN

PENYAKIT BERSUMBER

BINATANG

(P2B2)

DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CILINCING PERIODE


JANUARI-DESEMBER

2014,

telah

disetujui

oleh

pembimbing

untuk

dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Kedokteran


Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Jakarta, April 2015


Pembimbing,

dr. Citra Dewi, M.Kes

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan
terselesaikannya

Laporan

Pemecahan

Masalah

yang

berjudul

EVALUASI

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG


(P2B2) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CILINCING
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014. Tujuan penulis menyusun laporan ini
adalah dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi periode 9 Maret 11
April 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Citra Dewi, M.Kes selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan
memberi masukan yang bermanfaat.
2. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
4. Rifda Wulansari, SP, M.Kes selaku staf pengajar dan Koordinator
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi.
5. dr. Erlina, M.Kes selaku sekretaris dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes sebagai staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7. dr. Dian Mardhiyah, M.KK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
8. dr. Dini Widianti, M.KK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

9. dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10. Dr. Mirsad selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincingyang membimbing
dan memberi masukan yang bermanfaat selama berada di Puskesmas
Kecamatan Cilincing.
11. dr. Aprilia Maya Putri selaku Kepala pelayanan Puskesmas Kecamatan
Cilincing
12. Seluruh staf dan tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara yang telah memberikan bimbingan dan data kepada
penulis untuk kelancaran proses penulisan laporan ini.
13. Seluruh teman sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.
14. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, restu, semangat
dan motivasi.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Laporan Lingkaran Pemecahan Masalah ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik
dan saran membangun sebagai perbaikan. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pihak yang terkait.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, April 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Cilincing merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah
Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas - batas sebagai berikut :
Batas-batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Jawa Barat
Sebelah Selatan
: Kel. Cakung Jakarta Timur
Sebelah Barat
: Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara

II
III
II

Gambar 1.1 Peta Wilayah Cilincing


Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing 2013

: Puskesmas Kecamatan Cilincing


: Puskesmas Kelurahan
Lokasi Puskesmas Kecamatan Cilincing berada di Jl. Madya Kebantenan IV
Kel.Semper Timur Kecamatan Cilincing Jakarta Utara dan berada 50 meter dari jalan
Kantor Keluraha Semper Timur.Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari 1
puskesmas kecamatan dan 9 puskesmas kelurahan yang tersebar meliputi 7 kelurahan
yang ada di wilayah Kecamatan Cilincing. Luas total lahan Pusekesmas Kecamatan
Cilincing adalah 36,6996 m2 dengan luas lahan terbangun 4.122 m2.

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah membawahi 10


puskesmas kelurahan di 7 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Cilincing dan 1
Klinik Rusun Nawa Marunda, yaitu :
1. Puskesmas Kelurahan Semper Barat I
2. Puskesmas Kelurahan Semper Barat II
3. Puskesmas Kelurahan Semper Barat III
4. Puskesmas Kelurahan Kalibaru
5. Puskesmas Kelurahan Sukapura
6. Puskesmas Kelurahan Rorotan
7. Puskesmas Kelurahan Marunda
8. Puskesmas Kelurahan Cilincing I
9. Puskesmas Kelurahan Cilincing II
10. Puskesmas Kelurahan Semper Timur
11. Klinik Rusun Nawa Marunda
Untuk Kelurahan Semper Timur tidak ada puskesmas keluarahan, akan tetapi
sudah ada gedung Puskesmas Kecamatan Cilincing yang berlokasi di wilayah
kelurahan tersebut. Sehingga dapat dikatakan secara fisik jumlah puskesmas yang ada
adalah

10

puskesmas

yaitu

puskesmas

kelurahan

dan

puskesmas

kecamatan.Puskesmas Cilincing telah mengajukan diri menjadi salah satu unit BLUD
(Badan Layanan Umum Daerah) di wilayah Propinsi DKI Jakarta dimulai pada tahun
2006. Mulai Maret 2006 Puskesmas Kecamatan Cilincing telah ditetapkan menjadi
puskesmas BLUD bertahap sesuai dengan SK Gubernur No. 2086 tahun 2006 sampai
sekarang.
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Penduduk wilayah Kecamatan Cilincing berdasarkan Profil Kecamatan
Cilincing tahun 2013 sebanyak 379.439 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
62.788 kepala keluarga. Terdiri dari penduduk laki-laki 189.038 jiwa dan penduduk
perempuan 190.041 jiwa, serta distribusi paling besar pada kelompok usia produktif.
Tabel 1.1 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Cilincing Tahun 2013
No

1
2
3
4
5
6

Kelurahan

Cilincing (Cilincing I, II)


Semper Barat (I, II dan III)
Semper Timur
Marunda
Kalibaru
Rorotan

Luas Wilayah

Jumlah

Kepadatan

(Km2)

Penduduk

Penduduk

83.125
15.907
31.615
79.169
24.670
106.370

(Jiwa)
44.837
76.870
40.871
23.769
69.760
45.170

(per km2)
0,54
4,83
1,29
0,30
2,83
0,42

7
Sukapura
56.140
Jumlah
396.996
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Tahun 2013)

78.162
379.439

1,39
1

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan di Kecamatan
Cilincing Tahun 2013
No

Kelurahan

Penduduk (Jiwa)
Laki-laki
Perempuan
1
Cilincing (Cilincing I, II)
22.754
22.083
2
Semper Barat (I, II dan III)
38.500
38.370
3
Semper Timut
20.799
20.072
4
Marunda
12.462
11.307
5
Kalibaru
35.182
34.578
6
Rorotan
23.008
22.162
7
Sukapura
36.333
41.829
Jumlah
189.038
190.401
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)

Jumlah
44.837
76.870
40.871
23.769
69.760
45.170
78.162
379.439

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun
2013
No Kelompok Umur (tahun)
Jumlah
1
04
38.019
2
59
33.210
3
10 14
29.004
4
15 19
31.892
5
20 24
41.087
6
25 29
48.904
7
30 34
42.434
8
35 39
35.293
9
40 44
24.223
10
45 49
18.148
11
50 54
14.294
12
55 59
9.595
13
60 64
6.109
14
65 69
3.941
15
70 74
1.969
16
> 75
1.317
Jumlah
379.439
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)
Tabel 1.4 Data Dasar di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013
Data Dasar
Jumlah
Jumlah Penduduk
379.439
Jumlah Kelurahan
7
Jumlah Puskesmas
10
Tenaga Kesehatan
95
Posyandu
26
Jumlah Bayi
627
Jumlah Balita
3.230
Jumlah Ibu Hamil
2.688
Jumlah Ibu Nifas
98
(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1 Definisi
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang

bertanggung

jawab

terhadap

pembangunan

kesehatan

di

wilayah

kerjanya.Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang


pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja
tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan
namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi : kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah
kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada

tiap puskesmas sesuai kebutuhan

masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif saja
seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka
banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya
perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat. Dengan
paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar
dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),
10

c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari


pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula
fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi,
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,
akanbergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership),
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization),
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2 Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional yakni meningkatkan
kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2025.
1.1.2.3 Visi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju terwujudnya
Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk

mengjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku penduduk yang sehat
3. Cakupan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan
1.1.2.4 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan

pembangunan

berwawasan

kesehatan di wilayah

kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.

11

3. Memelihara

dan

meningkatkan mutu,

pemerataan

dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya


4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.
1.1.2.5 Fungsi Puskesmas
Fungsi dari Puskesmas antara lain :
a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas juga
aktif

memantau

dan

melaporkan

dampak

kesehatan

dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.


b) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan serta kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat.
c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung
jawab puskesmas,meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.
Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan
tujuan utamanya menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pelayanan ini bersifat publik (public goods) yang
bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.

12

Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas


Sumber : Arrimes, Manajemen Puskesmas

1.1.2.6 Wilayah Kerja


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan.Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja
puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran
teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Sasaran penduduk yang dilayani
oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang lebih luas,
dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota
kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga
mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.7 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis
kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.8 Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan
wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun
rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.1.2.9 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan
13

oleh

setiap

puskesmas

yang

ada

di

seluruh

wilayah

Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :


1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel,
yaitu :

Tabel 1.5 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas


No

Upaya Kesehatan Wajib

Kegiatan

Indikator

Promosi Kesehatan

Penyuluhan di Dalam

Tatanan sehat

dan di Luar Gedung,

Perbaikan perilaku sehat

PHBS
Penyehatan pemukiman

Cakupan air bersih

Kesehatan Lingkungan

Cakupan jamban keluarga


Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
3

Kesejahteraan ibu dan anak

ANC

Cakupan K1, K4

Pertolongan persalinan

Cakupan linakes

MTBS

Cakupan MTBS

Imunisasi

Cakupan imunisasi

Keluarga Berencana

Pelayanan

Cakupan MKET

Pemberantasan penyakit menular

Keluarga Berencana
Diare

Cakupan kasus diare

ISPA

Cakupan kasus
ISPA

Malaria

Cakupan kasus malaria


Cakupan kelambunisasi

Tuberkulosis

Cakupan penemuan kasus


Angkapenyembuhan

Gizi

Distribusi vit A / Fe /

Cakupan vit A / Fe / cap

14

Pengobatan

cap yodium

yodium

PSG

% gizi kurang / buruk,

Promosi Kesehatan

SKDN
% kadar gizi

Medik dasar

Cakupan pelayanan

UGD

Jumlah

Laboratorium sederhana

ditangani
Jumlah pemeriksaan

kasus

yang

(Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)

1.1.2.10 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas
tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan
pengembangan

pilihan

puskesmas

ini

dilakukan

oleh

dinas

kesehatan

kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas


dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan
kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
Puskesmas Kecamatan Cilincing tahun 2013 adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
7. Upaya Pengobatan
8. Upaya Kesehatan Sekolah
15

B. Upaya Kesehatan Pengembangan


1. Rawat Inap
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
9. Upaya Kesehatan Kerja
10. Upaya Kesehatan Tradisional
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.Azas penyelenggaraan
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan.

1.1.2.11 Azas Puskesmas


Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
A. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata

pertama

yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan du


d. nia usaha di wilayah kerjanya.
e. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
B. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program
puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
16

kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka


pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
C. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya
kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain :
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan
KIA

dengan

P2M,

gizi,

promosi

kesehatan

&

pengobatan.
2. UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi

kesehatan,

pengobatan,

kesehatan

gigi,

kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.


3. Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4. Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M,
kesehatan jiwa & promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya
memadukan
penyelenggaraan
puskesmas

dengan program dari sektor terkait

program
tingkat

kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia


usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :
17

1. UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala desa, pendidikan & agama.
2. Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan
dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama dan pertanian.
3. KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala

desa,

organisasi

profesi,

organisasi

kemasyarakatan, PKK dan PLKB.


4. Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian,
koperASI, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.
5. Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia
usaha.
D. Azas Rujukan
Sebagai

sarana

pelayanan

kesehatan

tingkat

pertama,

kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas


berhadapan

langsung

dengan

masyarakat

dengan

berbagai

permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan


berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang
sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke
sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal
maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas :

18

1. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan


tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen)

untuk

pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.


3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga

yang

bimbingan

lebih

kompeten

tenaga

menyelenggarakan

untuk

puskesmas

pelayanan

melakukan
dan

medis

spesialis

atau
di

puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan

fogging,

peminjaman

alat

laboratorium

kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat,


vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana
alam.
3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah
kesehatan

masyarakat

dan

atau

penyelenggaraan

kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan


kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.
Diagram 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas

19

Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas


memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan
berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai
dengan fungsi puskesmas :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran nonkesehatan

memperhatikan

kesehatan

bagi

institusi

dan

warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks


Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa diukur
yaitu :
1. Tatanan sekolah
2. Tatanan tempat kerja
3. Tatanan tempat-tempat umum
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan
tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
1. Tumbuh

kembang,

Upaya

Kesehatan

Berbasis

Masyarakat (UKBM)
2. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
3. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan
atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BPP (Badan Penyantun Puskesmas).
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan
ke dalam IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang
terdiri dari cakupan dan kualitas program puskesmas.IPMS
minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya kesehatan
wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan.
1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cilincing
1.1.3.1 Latar Belakang Puskesmas Kecamatan Cilincing

20

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat


diabaikan dalam upaya peningkatan status kesehatan menurut Hendrik L Blum
(1947).
Puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas mempunyai
tanggung

jawab

dalam

upaya

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

masyarakat dan pelayanan kedokteran. Keseluruhan program dalam upaya


peningkatan kesehatan masyarakat seperti pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan kesehatan
lingkungan serta surveilance dan kegiatan program kesmas lainnya telah
dilaksanakan di Puskesmas. Upaya pelayanan kedokteran diwujudkan dalam
kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi pengobatan
dasar dan kesehatan.Pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi pengobatan
dasar dan rujukan.
Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan
Cilincing adalah poli umum, gigi, imunisasi, poli ibu dan anak, poli KB, poli
lansia, jiwa, paru, spesialis mata, ECG, USG, RB dengan kapasitas 8 tempat
tidur dan laboratorium dasar. Jumlah tenaga dokter umum 15 orang, dokter gigi
10 orang, spesialis mata 1 orang, bidan 29 orang, paramedic 40 orang dan
tenaga non paramedic 60 orang.
Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia, Puskesmas Kecamatan
Cilincing diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan
oleh masyarakat di Kecamatan Cilincing dan sekitarnya.
1.1.3.2 Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Motto Puskesmas Kecamatan Cilincing
A. Visi Puskesmas Kecamatan Cilincing
Puskesmas se-Kecamatan Cilincing menjadi fasilitas pelayanan
kesehatan yang berorientasi keadaan kepuasan pelanggan internal
maupun eksternal dengan menjunjung tinggi komitmen vertikal
maupun horizontal.
B. Misi Puskesmas Kecamatan Cilincing
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
b. Melakukan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada
kebutuhan masyarakat yang dapat dijangkau oleh seluruh
masyarakat

21

c. Melakukan pelayanan kesehatan secara profesional dan dapat


dipertanggungjawabkan baik secara teknis medis maupun
administratif
d. Melakukan kegiatan secara bersama dengan mendayagunakan
sumber daya yang ada secara optimal
e. Memberikan
kesempatan
kepada

masyarakat

untuk

menyampaikan feed back terhadap pelayanan puskesmas.


C. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cilincing
a. Mengutamakan kepuasan pelanggan
b. Mengutamakan pelayanan kesehatan secara professional dan
bertanggung jawab
c. Meningkatkan kompetensi karyawan
D. Motto Puskesmas Kecamatan Cilincing
We Can Change Better
Kami dapat berubah menjadi lebih baik
1.1.3.3 Fungsi Puskesmas Kecamatan Cilincing
1. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.
4. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.
5. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
6. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan,
kesehatan anak, penyakit dalam, dan mata.
9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, gizi,
farmasi dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan

kedokteran,

peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis


lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.

22

22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan


kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
25. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi

puskesmas

kecamatan.
26. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi 456
puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku
Kepala Dinas Kesehatan.
1.1.3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cilincing
KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN:
Dr.Mirsad

KA. TATA USAHA:


Nining

KA. SEKSI PELAYANAN


: Dr. Aprilia
UNIT PELAYANAN

KA. SEKSI PENUNJANG &


UNIT PENUNJANG
KESMAS:
Unit Farmasi
Dr. Carla
Unit Gizi
Unit Laboratorium
Unit Radiologi
UnitPemeliharaanPer
alatanKesehatan
Kesehatan Masyarakat
Penyakit Menular

Unit Kesehatan Umum


Unit Kesehatan Gigi &
Mulut
Unit Kesehatan Ibu &
Anak
Unit Kesehatan Spesialis
P2B2
Unit Rumah Bersalin
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Puskesmas
Kecamatan Cilincing 2012
Penyakit Tidak
Unit Pelayanan
JamDaftar
& Pegawai Puskesmas Kecamatan
Sumber : 24
Laporan
Cilincing Tahun 2012
Ambulan
Menular
Unit Pelayanan
1.1.3.5
Sumber DayaKeluarga
Manusia Puskesmas Kecamatan Cilincing
Berencana Potensi tenaga kesehatan yang ada diPenyehatan
Puskesmas wilayah Kecamatan
Lingkungan &
Unit Kamar Operasi
Cilincing tahun 2013 berjumlah 95 orang
Kesehatan Kerja
PUSKESMAS

Gizi & PPSM


KELOMPOK
JABATAN
Tabel 1.6KELURAHAN
Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan
Cilincing Tahun
2013

No
1
2

Tenaga Kerja
Dokter Spesialis
Dokter Umum

FUNGISIONAL
Kesehatan
Jiwa
&
Jumlah
NAPZA
1

14
23

3
Dokter Gigi
4
Bidan
5
Perawat
6
Perawat Gigi
7
Tenaga Kefarmasian
8
Tenaga Gizi
9
Tenaga Kesmas
10 Tenaga Sanitasi
11 Tenaga Teknis Medis
12 Fisioterapis
Jumlah

8
20
33
5
6
2
2
2
2
95

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)

1.1.3.6 Sarana dan Prasarana Puskesmas Kecamatan Cilincing


Puskesmas Kecamatan Cilincing memiliki fasilitas gedung terdiri dari :
1. Luas bangunan
: 1500 m2
2. Luas tanah
: 2.915 m2
3. Daya listrik
: 27.000 W
4. Air
: PAM
5. Telepon
: 2 unit
6. Fax
: 1 unit
7. Komputer
: 20 unit
8. Laptop
: 4 unit
9. Printer
: 13 unit
10. AC
: 26 unit
11. Mobil Puskesmas Keliling : 1
12. Mobil dinas
:1
13. Motor
: 10
14. Swing fog
:4
15. Dental Unit
:3
16. Unit Mata
:2
Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari 4 lantai
Lantai I terdiri dari :
1. Loket
2. Poli Balai Pengobatan Umum (BPU)
3. Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4. Poli Keluarga Berencana (KB)
5. Ruang Bersalin (RB) dengan kapasitas :
a. Tempat pendaftaraan
b. 5 unit tempat tidur
c. Kamar bersalin kapasitas 3 unit tempat tidur
d. Kamar periksa
e. Ruang tunggu
f. Ruang administrasi
g. Dapur
h. Kamar mandi/toilet
6. Ruang UGD
7. Ruang USG
Lantai II terdiri dari :
24

1. Ruang tunggu.
2. Poli Gigi.
3. Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
4. Poli Mata.
5. Poli Spesialis Anak.
6. Laboratorium.
7. Apotek.
8. Toilet.
9. Pojok ASI.
10. Pojok Gizi
Lantai III terdiri dari :
1. Ruang Kepala Puskesmas.
2. Ruang Kepala Tata Usaha (TU).
3. Ruang TU.
4. Ruang Koordinator Pelayanan Tuberkulosis (TB).
5. Ruang Koordinator Kesehatan Komunitas.
6. Ruang Koordinator Obat.
7. Ruang Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
8. Ruang Koordinator KIA.
9. Ruang Koordinator Gizi.
10. Ruang Penerimaan Retribusi.
11. Ruang Tamu.
12. Ruang Tunggu.
13. Gudang Gizi.
14. Gudang Arsip.
15. Gudang Promosi Kesehatan (Promkes).
16. Gudang KIA-KB.
17. Mushola.
18. Toilet.
Lantai IV terdiri dari :
1. Ruang Pengendalian Penyakit Menular (P2M).
2. Dapur.
3. Toilet.
4. Aula.
5. Sampah Medis.
1.1.4

Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di


Puskesmas Kecamatan Cilincing

Progam Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah program


upaya pengembangan puskesman yang termasuk di dalam program P2M. Upaya
pengendalian penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans
epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini, yang ditindaklanjuti
dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu,
pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi,

25

upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas


lingkungan, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian
penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan.
Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam penanggulangan
wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu UU No. 4 Tahun 1984
tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut pada intinya mengatur :
1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.
2. Upaya penganggulangan.
3. Peran serta masyarakat.
4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.
5. Ganti rugi dan penghargaan.
6. Pembiayaan penanggulangan wabah.
7. Pelaporan.
Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan jenis
penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia adalah
demam berdarah, malaria, filariasis, flu burung, leptospirosis dan rabies.
Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan Kemayoran dengan
karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang berbeda, memiliki endemisitas
penyakit menular yang berbeda.
A. KegiatanPemberantasanPenyakitBersumberBinatang(P2B2)
1. Flu Burung (H1NI)
Kegiatan yang dilakukan :
1. Pembentukan dan pelatihan Tim Gerak Cepat / Tim Investigasi Terpadu
terdiri dari :
a. Petugas surveilans Puskesmas Kecamatan (2 org / Kecamatan).
b. Seksi Pertenakan tingkat Kecamatan.
c. Petugas Surveilans Sudin dan Dinas Kesehatan dan Peternakan.
2. Kesepakatan kegiatan investigasi bersama pasca Pertemuan Lintas Batas
Jabodetabek bidang Kesmas.

26

3. Komitmen pelaksanaan investigasi kurang dari 1 x 24 jam setelah laporan


diterima.
4. Depopulasi dan sertifikasi unggas.
5. Pengawasan lalu lintas unggas.
Langkah-langkah kegiatan yang akan datang :
1. Sweeping.
2. Sertifikasi.
3. Biosekuriti / desinfeksi.
4. Sosialisasi.
5. Pengawasan lalu lintas unggas.
6. Penguatan surveilans dan investigasi terpadu.
7. Promosi kesehatan.
8. Simulasi lapangan kondisi pandemi.
9. Menyusun rencana kontigensi.
10. Pemberdayaan Komprov Flu Burung.
2. Leptospirosis
Kegiatan yang dilakukan :
1. Surveilans.
a. Surveilans penyakit.
b. Surveilans vektor.
c. Surveilans faktor risiko.
2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini.
3. Pengendalian faktor risiko.
4. Partisipasi masyarakat.
Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun
confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi lingkungan
dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200 meter dari rumah
penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.
Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama
maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan
formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya dilaporkan dengan W2.
Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta dilakukan
pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar lokasi dengan
bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Serum sebelum dikirim agar
disimpan didalam freezer dengan menuliskan etiket pada label nama penderita, umur,
jenis kelamin, tanggal pengambilan spesimen pertama dan kedua. Apabila dilakukan

27

pengambilan spesimen terhadap hewan selain tikus harus bekerja sma dengan sudin
kelautan dan pertanian. Kemudian serum dikirim ke B. Balitvet Bogor atau RS karyadi
Semarang. Pengobatan tersangka penderita/ tersangka penderita Pengobatan :
pemeberian antibiotik seperti penicillin, streptomysin, doxycicline,tetracycline atau
eritromisin. Menurut Turner pemberian penicillin atau tetracyclin dosis tinggi dapat
memberikan hasil yang sangat baik. Pemberian diberikan 10 hari
Pencegahan :
1.
2.
3.
4.

Kebersihan perorangan dan lingkungan.


Penggunaan APD (alat pelindung diri).
Pengendalian vektor (tikus dan insektivora).
Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan
pertanian.

Di Kecamatan Gambir

tidak ditemukan penyakit leptospirosis pada periode

Januari-Desember 2012.
3. Rabies
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi
DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah dibentuk
Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular
Hewan Linnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No:
2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI Jakarta telah bebas
Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam penularan Rabies, karena
beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah dinyatakan bebas, ditemukan
kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun manusia. Demikian pula masih ada
Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain
yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan rentan
Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :
1.

Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :


a. Tahapan Hewan : Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan
oleh jajaran Dinas Perternakan, perikanan dan kelautan.
b. Tahapan manusia :
- Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK
lainnya, sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin Pertenakan

28

untuk dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk hewan penular


2.

rabies/ HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya akan rabies).


Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center.
Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang

isolasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :
- Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus
rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun
keluarga sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau
-

diulangi.
Kemudian dapat diberikan antara lain : Alkohol 40 %, 70%, betadin,

3.

iodium tincture, larutan yang mengandung amonium kuartener.


Luka gigitan tidak boleh dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan yang

4.

dilakukan adalah jahitan situasi.


Luka gigitan dibedakan: Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di
puskesmas atau UPK lainnya, resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas

5.

atau muka multipel harus dirujuk ke rabies treatment center.


Apabila HPR diketahui pemiliknya, agara keluarga korban gigitan
berkoordinasi dengan pemilik HPR untuk mengghubungi slaha satu yaitu :
- Penilik/ sudin peternakan setempat.
- Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan, telp

6.

7805447 agar HPR dapat diobservasi.


Apabila HPR yang menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus
gigitan dirujukan ke rabies treatment center yang ada di :
a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, telp

6506559, 64011412.
b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7 Jakarta Pusat telp 3842938.

7.

Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin
(verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di
regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari
ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.

Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit rabies pada periode JanuariDesember 2012.
4.

Malaria

29

Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,


terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan
(insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria.
Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya seperti:
manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Pemberantasan malaria harus
ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran antara lain :
1. Penemuan penderita.
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus
penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan
penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection)
dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara
teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD=Passive Case Detection) yakni
berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas
pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis
malaria.
2. Pengobatan penderita.
Kegiatan pengobatan penderita antara lain :
a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.
b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.
c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal
pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang
diobati.
d. Profilaksis,

adalah

pengobatan

pencegahan

dengan

sasaran

warga

transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000).
Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia
adalah Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan
relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis
pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus
digunakan terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai
4-6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan
seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi
dengan meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000).
30

3. Pemberantasan vektor.
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah
menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik
melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi
tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk
Anopheles :
a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang
dapat membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau
minyak tanah, paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam
larvasida juga dimasukkan Bacillus thuringiensis sejenis bakteri yang
dapat membunuh larva oleh karena ia tidak berkembang biak lagi pada
setiap kali aplikasi. Dapat juga dengan herbisida yakni zat kimia yang
dapat mematikan tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat
berlindung bagi larva nyamuk.
b. Cara Biologik.

1) Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala


timah dan ikan mujair.
2) Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari
seperti pohon bakau.
3) Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis
nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian.
Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah cara kimiawi dengan
menggunakan solar atau minyak tanah yang dicampur dengan spreading agent atau zat
kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan (Depkes RI,
2000).
Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik
dalam program pembasmian maupun program pemberantasan malaria. Membunuh
nyamuk dewasa biasanya dilakukan dengan menggunakan insektisida yang terbanyak
digunakan di Indonesia adalah DDT.
Cara genetik yakni melepaskan nyamuk jantan yang steril (tidak bisa
memberikan keturunan) telah lama dicoba akan tetapi hasilnya tidak memuaskan dan
biayanya mahal (Depkes RI, 2000).

31

Pemberantasan malaria akan diintensifkan melalui pendekatan Roll Back


Malaria (RBM) atau upaya kemitraan global, suatu komitmen internasional dengan
strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran serta aktif
masyarakat dalam pencegahan malaria dan perbaikan kualitas dari pencegahan dan
pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel kesehatan yang terlibat. Yang
juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari pembasmian malaria dengan kegiatan
lain, seperti promosi kesehatan. Roll Back malaria bertujuan mengurangi penderita
sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui pendekatan partnership (Laihad, 2005).
Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit malaria pada periode JanuariDesember 2012.
5.

Filariasis

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang
disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini
tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua golongan tanpa
mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko
tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia
Tenggara.
Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah
filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020.
Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria
(microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah
dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global
Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai
penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis filariasis dengan
menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal
5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus
klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.

32

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program


eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan kewenangan
sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.

Menetapkan

tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.


b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya
kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama
lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di
puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus
klinis kronis filariasis di daerahnya.
g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.
h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP
filariasis.
i. Mengalokasikan

anggaran

dan

melaksanakan

pengobatan

selektif,

penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis


filariasis.
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai
pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota.
Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)
penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah terkecil
dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun
pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis filariasis,
maka kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan.
Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat
menjangkau seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota tersebut. Pola program
semacam ini tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko penularan
(re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu, pelaksanaan POMP

33

filariasis perlu direncanakan secara komprehensif dan mencakup seluruh wilayah


endemis di Indonesia.
Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi
filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara POMP
filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur
kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis
filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat
ditunda pengobatannya.
Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit filariasis pada periode
Januari-Desember 2012.

6.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Program P2B2 yang berjalan di puskesmas Kecamatan Gambir adalah
pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdah dengue (DBD).
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah meliputi :
a.

PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).


Tujuan : Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN DBD
30 menit sekali seminggu secara Serentak Di Prop. DKI Jakarta dgn
memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan
dgn kejadian Kasus DBD di RW .
Sasaran : Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling.
Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter, gayung dan
larvacid.
Indikator :
Angka Bebas Jentik 95% = Jumlah rumah diperiksa (-) jentik

X 100%

Jumlah total rumah diperiksa


b.

PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) .


Pemeriksaan jeniik berkala adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka
mengendalikan perkembangan vektor penularan penyakit demam berdarah
yaitu nyamuk Aedes aegypti tertutama pada siklus nyamuk saat berupa jentik
34

nyamuk.Pemeriksaan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu kader-kader kesehatan


atau yang sering disebut dengan juru pemantau jentik ( JUMANTIK ) yang
merupakan warga di RT dalam wilayah Kecamatan Gambir dan oleh non
JUMANTIK yaitu petugas kesehatan dari puskesmas Kecamtan Gambir.
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh JUMANTIK adalah :
1) Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK .
2) Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage .
3) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap
rumah/bangunan berdasarkan tatanan .
4) Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor Kelurahan.
5) Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan ke
Sudin Kesmas .
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh NON JUMANTIK adalah :
1) Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan .
2) Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah rumah/bangunannya
masing-masing .
3) Menyusun jadwal penyelesaian per 3 bulan .
4) Menentukan random sampling untuk 100 rumah/bangunan sampling di
setiap RW sasaran .
5) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap
rumah/bangunan sampling .
6) Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW .
c.

Penyelidikan epidemiologi (PE) .


Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka
akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.Tindakan yang dilakukan adalah :
1) Kunjungan ke penderita .
2) Pemeriksaan jentik 20 rumah atau radius 100 meter dari rumah penderita .
3) Mencari kasus yang serupa dengan penderita yaitu gejala demam tanpa
sebab yang jelas .
4) Bila tidak di temukan poin 2) dan 3) yang berarti hasil PE (-) , maka
tindakan selanjutnya adalah dilakukan penyuluhan .
5) Bila ditemukan poin 2) dan 3) yang berati hasil PE (+) , maka dilakukan
Fogging Fokus dan penyuluhan .
35

d.

Fogging Fokus DBD kasus (+) .


Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2X24 Jam .
2) Radius Pengasapan 200 meter .
3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari .

e. Pencatatan dan Pelaporan Kasus DBD.


Kewaspadaan

dini

penyakit

DBD

atau

upaya

pemberantasan

DBD

dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :


1) Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita DBD yang dilakukan
oleh petugas.
2) Diagnosa sementara penyakit DBD atau tersangka DBD ditegakkan dengan
kriteria yaitu panas tinggi selama 2-7 hari disertai adanya tanda-tanda
perdarahan:
a. Rumple Leed Test.
b. Jumlah trombosit <100.000/ul.
c. Hematokrit meningkat 20%.
Pada tahun 2012 jumlah kasus DBD di wilayah Kecamatan Gambir meningkat
dari tahun 2011 yaitu dari 38 kasus menjadi 45 kasus. Setiap kelurahan di
Kecamatan Gambir pasti memiliki kasus DBD selama setahun
Diagram 1.2. Alur Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) di Puskesmas Cilincing

36

Sumber: Alur Penggunaan RDT Puskesmas RT/Fasilitas Kesehatan Lainnya

37

Tabel 1.8 Kesimpulan Hasil Pemeriksaan RDT (NS1 dan IgG/IgM)

No.

NS-1 IgM IgG

1
2
3
4
5
6

+
+
-

+
+
+
-

+
+
-

Keterangan
Infeksi dengue
Infeksi dengue primer
Infeksi primer
Infeksi dengue sekunder
Ulangi hari ke 5 demam
Infeksi lainnya

Keterangan: yang dilakukan PE adalah: 1, 2, 3, 4


1. Fogging Fokus DBD kasus (+)

Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan


adalah :
1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam .
2) Radius Pengasapan 200 meter .
3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari .
2. Evaluasi Dan Pelaporan
1) Masing-masing pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah
sakit) mengisi formulir pelaporan penggunaan RDT (formulir
terlampir).
2) Formulir pelaporan dari puskesmas/rumah sakit dikirim ke dinas
Kab/Kota setiap bulan sekali. Pengiriman laporan paling lambat
tanggal 5.
3) Dari dinas Kab/Kota laporan dikirim ke dinas provinsi setiap
bulan paling lambat tanggal 10.
4) Dari dinas provinsi laporan dikirim Subdit Arbovirus setiap bulan
paling lambat tanggal 15.
5) Pengiriman dikirim via pos d/a subunit Arbovirus, Dir. PPBB,
Ditjen P2PL di Jl.Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 105560
PO Box 223, atau via email d/a arbo_depkess@yahoo.com.

38

Pada program DBD, terdapat indikator yang harus dicapai oleh Puskesmas Kecamatan Cilincing yaitu:
1. Incidence Rate (IR) DBD <50/100.000 penduduk
2. Cakupan PE terhadap kasus DBD 100%
3. Cakupan Fogging Fokus terhadap PE(+) 100%
4. Cakupan Fogging Fokus Siklus Kedua terhadap Siklus Pertama 100%
1.1.5

Hasil Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Cilincing Periode Januari Desember 2014

Tabel 1.9 Data Penyakit Malaria Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No

Kelurahan

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Cilincing

39

Kalibaru

Marunda

Rorotan

Semper Barat

Semper

Sukapura

Total

Timur
7

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing


Diagram 1.3 Data Penyakit Malaria Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014

Dari tabel diatas masih terdapat kasus malaria di daerah Kali Baru dan Semper Barat pada bulan Juni dan Agustus.
Tabel 1.10 Data Penyakit Leptospirosis Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No

Kelurahan

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Cilincing

Kalibaru

Marunda

40

Rorotan

Semper Barat

Semper

Sukapura

Total

Timur
7

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

Tabel 1.11 Data Penyakit Filariasis Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No

Kelurahan

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Cilincing

Kalibaru

Marunda

Rorotan

Semper Barat

Semper

Timur
7

Sukapura

41

Total

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

Dari data tabel 1.10 dan 1.11 daerah Kecamatan Cilincing sudah bebas dari kasus Leptospirosis dan Filariasis.

Tabel 1.12 Data Penyakit Chikungunya Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No

Kelurahan

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Cilincing

Kalibaru

Marunda

Rorotan

Semper Barat

Semper

Sukapura

Total

Timur
7

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

42

Tabel 1.13 Data Penyakit Avian Influenza (H1N1) Dari Laporan Rumah Sakit dari
Januari-Desember 2014
No

Kelurahan

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Cilincing

Kalibaru

Marunda

Rorotan

Semper Barat

Semper

Sukapura

Total

Timur
7

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

Dari data tabel 1.12 dan 1.13 masih terdapat kasus Chikungunya dan Avian Influenza di daerah Sukapura pada bulan Februari dan
Agustus.
Tabel 1.14 Data Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Cilincing Jakarta Utara Bulan Januari-Desember 2014

43

Jumlah

Jumlah Penderita

Target IR

CFR

Puskesmas

Penduduk

Hidup

Meninggal

per 100.000

(Case Fatality Rate) (%)

PKM Kec.

(b)
38

(c)
0

penduduk

(a)
23.910

<50

[c/(b+c)]x100%
0

Cilincing
PKL Kel.

22.754

37

<50

Cilincing I
PKL Kel.

22.083

48

<50

Cilincing II
PKL Kel. Semper

38.500

56

<50

Barat I
PKL Kel. Semper

38.730

22

<50

Barat II
PKL Kel. Semper

40.871

<50

Barat III
PKL Kel.

78.162

80

<50

8
9.
10.

Sukapura
PKL Kel. Kalibaru
PKL Kel. Rorotan
PKL Kel.

23.769
45.170
69.760

57
35
22

0
0
0

<50
<50
<50

0
0
0

<50

No

Marunda
Cilincing
379.439
404
Incidence Rate (IR)
104,2
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

Tabel 1.15 Data Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kec. Cilincing Jakarta Utara Bulan Januari-Maret 2015
Bulan

Jumlah
No

Kelurahan

Kasus

Januari

Februari

Maret

44

1
2
3
4
5
6
7

Cilincing
19
6
Sukapura
8
2
Kalibaru
12
6
Rorotan
9
3
Marunda
6
0
Semper Barat
17
6
Semper Timur
8
2
TOTAL
79
25
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cilincing

9
3
6
5
6
10
5
44

4
3
0
1
0
1
1
10

45

Jumlah kasus DBD di wilayah Kecamatan Cilincing selama bulan Januari-Maret 2015 menurun dari bulan Januari-Desember tahun
2014 yaitu dari 404 kasus menjadi 79 kasus. Setiap kelurahan di Kecamatan Cilincing pasti memiliki kasus DBD selama setahun. Dari
tabel 1.13 didapatkan bahwa nilai Incident Rate (IR) pada seluruh kelurahan di Kecamatan Cilincing dari bulan Januari-Desember 2014
sudah mencapai target.
Tabel 1.16 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari s/d Desember 2014
Sudah dilakukan PE

Cakupan PE terhadap
Tidak

Total Kasus

kasus DBD

PE (+)

PE (-)

Bukan DBD

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

2
7
24
15
6
8
5
T O TAL
73
Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara

9
25
17
18
14
15
36
148

11
8
0
2
4
1
6
39

33
44
19
33
11
15
30
201

55
84
60
68
35
39
77
461

dari Target 100%


100
100
100
100
100
100
100
100

Total Kasus

Cakupan PE terhadap

No

1
2
3
4
5
6
7

KELURAHAN

Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur

ditemukan

(a+b)/(e-c-d) x 100%

Tabel 1.17 Rekapitulasi data PE untuk bulan Januari s/d Maret 2015
No

KELURAHAN

Sudah dilakukan PE

46

Tidak

kasus DBD
(a+b)/(e-c-d) x 100%

(c)

ditemukan
(d)

(e)

1
0
1
2
0
2
1
7

7
4
5
8
4
8
2
38

15
5
12
16
6
15
7
76

PE (+)

PE (-)

Bukan DBD

(a)

(b)

0
0
3
5
0
1
0
T O TAL
9
Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara

7
1
3
1
2
4
4
22

1
2
3
4
5
6
7

Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur

dari Target 100%


100
100
100
100
100
100
100
100

47

48

Tabel 1.18 Rekapitulasi data Fogging Focus bulan Januari s/d Desember 2014

No

KELURAHAN

PE (+)

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Cakupan Fogging

Cakupan Fogging Fokus

Fogging

Fogging
Siklus 2

Fokus terhadap PE

Siklus 2 terhadap Siklus 1

Fokus

Fogging
Siklus 1

(b/a x 100%)

(d/c x 100%)

(b)

(c)

(d)

dari Target 100%

2
7
24
15
6
8
5
73

1
2
11
2
1
2
1
22

1
2
11
2
1
2
1
22

dari Target 100%


100
100
100
100
100
100
100
100

(a)

1
2
3
4
5
6
7

Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur

T O TAL

2
7
24
15
6
8
5
73

100
100
100
100
100
100
100
100

Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara

Tabel 1.18 Rekapitulasi data Fogging Focus bulan Januari s/d Maret 2015

49

No

KELURAHAN

PE (+)

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Cakupan Fogging

Cakupan Fogging Fokus

Fogging

Fogging
Siklus 2

Fokus terhadap PE

Siklus 2 terhadap Siklus 1

Fokus

Fogging
Siklus 1

(b/a x 100%)

(d/c x 100%)

(b)

(c)

(d)

dari Target 100%

0
0
3
5
0
1
0
9

0
0
2
2
0
1
0
5

0
0
1
2
0
0
0
3

dari Target 100%


100
100
100
100
100
100
100
100

(a)

1
2
3
4
5
6
7

Cilincing
Sukapura
Kalibaru
Rorotan
Marunda
Semper Barat
Semper Timur

T O TAL

0
0
3
5
0
1
0
9

100
100
50
100
100
100
100
65%

Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara

Tabel 1.19 Rekapitulasi data Angka Bebas Jentik bulan Januari s/d Desember 2014

No

KELURAHAN

Jumlah
Rumah

Target ABJ (%)

Hasil
(+)

Capaian ABJ (%)

(-)

50

yang
Dipantau
1
2

Cilincing
Sukapura

100
100

15
28

85
72

>95
>95

85%
72%

Kalibaru

100

39

61

>95

61%

Rorotan

100

27

73

>95

73%

Marunda

100

30

70

>95

70%

Semper Barat

100

20

80

>95

80%

Semper Timur

100

25

75

>95

75%

100

184

516

>95

73,7%

T O TAL

Sumber: Data Surveillans Kesehatan Jakarta Utara

51

1.2 Identifikasi Masalah


Ditemukan beberapa masalah pada program P2B2 khususnya DBD:
Puskesmas Kelurahan Cilincing 1, Puskesmas Kelurahan Cilincing 2,
Puskesmas Kelurahan Semper Barat I, Puskesmas Kelurahan Semper barat II,
Puskesmas Kelurahan Semper Barat III, Puskesmas Kelurahan Kalibaru, dan
Puskesmas Kelurahan Sukapura, dan Puskesmas Kelurahan Marunda.
1. Incidence Rate DBD di Kecamatan Cilincing pada bulan Januari-Desember
2014 sebesar 104,2/100.000 penduduk.
2. Cakupan Fogging Fokus Siklus 2 terhadap Siklus 1 di Kelurahan Kalibaru
pada bulan Januari-Maret 2015 sebesar 50%.
3. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Marunda sebesar 70%.
4. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Cilincing sebesar 85%.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Rorotan sebesar 73%.
6. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Semper Barat sebesar 80%.
7. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Semper Timur sebesar 75%.
8. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Kali Baru sebesar 61%.
9. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Sukapura sebesar 72%.
1.3 Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di
Puskesmas Kecamatan Cilincing maka dipilih satu program yang menjadi
masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan
antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat

52

perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.


Rumusan masalah dari program tersebut adalah sebagai berikut:
1. Incidence Rate DBD di Kecamatan Cilincing pada bulan Januari-Desember
2014 sebesar 104,2/100.000, melebihi pencapai target yaitu <50/100.000
penduduk.
2. Cakupan Fogging Fokus Siklus 2 terhadap Siklus 1 di Kelurahan Kalibaru
pada bulan Januari-Maret 2015 sebesar 50%, tidak mencapai target yaitu
100%.
3. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Marunda sebesar 70%, tidak mencapai target yaitu >95%.
4. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Cilincing sebesar 85%, tidak mencapai target yaitu >95%.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Rorotan sebesar 73%, tidak mencapai target yaitu >95%.
6. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Semper Barat sebesar 80%, tidak mencapai target yaitu >95%.
7. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Semper Timur sebesar 75%, tidak mencapai target yaitu >95%.
8. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Kali Baru sebesar 61%, tidak mencapai target yaitu >95%.
9. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bulan Januari-Desember 2014 di
Kelurahan Sukapura sebesar 72%, tidak mencapai target yaitu >95%.

53

54

55

56

57

Anda mungkin juga menyukai