Anda di halaman 1dari 3

PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH

Sofi Khusniaty Safarina


DIV Reguler Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Tangerang
email: sofikhusniaty@gmail.com

AbstrakSalah satu permasalahan ekonomi yang sering kita temui adalah masalah stabilitas nilai tukar rupiah.
Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka hal ini akan memicu terjadinya inflasi. Dengn adanya inflasi akan terjadi
kenaikan harga-harga dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Pelemahan nilai tukar rupiah dapat kita lihat di
sepanjang tahun 2013 lalu. Dalam hal ini, kebijakan fiskal dari pemerintah dan juga kebijakan moneter dari Bank
Indonesia mempunyai peranan utama dalam mengatasi permasalahan ekonomi tersebut. Bagaimana kebijakan
Bank Indonesia dalam menghadapi permasalahan stabilitas nilai tukar rupiah ini akan coba diuraikan dalam
tulisan ini.
Kata Kunci: nilai tukar rupiah, BI rate, inflasi, moneter, Bank Indonesia.

1.

PENDAHULUAN
Pelemahan nilai tukar rupiah akan memicu
terjadinya inflasi, dimana harga-harga barang melonjak
naik yang mengakibatkan kestabilan ekonomi menjadi
tidak terjaga. Baik kebijakan fiskal dari pemerintah
maupun kebijakan moneter dari Bank Indonesia samasama memiliki peran andil dalam menghadapi
permasalahan ekonomi ini.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia
memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan
utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian
sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan
instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka
di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
masalah pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi
selama tahun 2013 di Indonesia. Selanjutnya, akan
dibahas pula bagaimana kebijakan moneter yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
mengatasi tersebut.

2.

LANDASAN TEORI
Kebijakan moneter adalah upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi
barang.
Kebijakan
moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak
terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta
asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank

untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan


likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Kebijakan moneter ekspansif (Monetary


expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah
jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada
saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter
longgar (easy money policy)

Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary


contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan
menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain:

Operasi Pasar Terbuka (Open Market


Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan
uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual
surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia
dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang


yang beredar dengan memainkan tingkat bunga
bank sentral pada bank umum. Bank umum kadangkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah
uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement
Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang
yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib.
Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.

3.

PEMBAHASAN
Sepanjang tahun 2013, nilai tukar rupiah terus
menerus mengalami pelemahan. Pada awal Januari
2013 nilai tukar rupiah masih berada pada angka Rp
9.733,- per USD. Hingga pada awal Juli, rupiah
semakin melemah mencapai angka Rp 10.010,- per
USD. Nilai tukar ini terus menerus melemah hingga
akhir tahun. Nilai terendah mencapai Rp 12.331,- per
USD pada tanggal 30 Desember 2013. Secara umum,
pergerakan nilai tukar rupiah dapat dilihat pada grafik
di bawah ini.

Anjloknya nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh


faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
tersebut adalah defisit neraca berjalan Indonesia yang
masih besar. Selama tahun 2013 lalu, baik neraca
perdagangan maupun neraca pembayaran Indonesia
berada pada posisi defisit terburuk dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Sedangkan faktor eksternal adalah
rencana Bank Sentral AS untuk kembali menarik dana
likuiditas atau yang biasa dikenal dengan
sebutan tappering off dari negara-negara berkembang,
dikarenakan kondisi perekonomian AS yang mulai
membaik pasca krisis 2008-2009. Hal ini memberikan
dampak negatif terhadap pasar yang membuat hampir
seluruh mata uang di negara berkembang juga anjlok
walaupun hal ini masih menjadi spekulasi.
Secara umum, pelemahan nilai tukar rupiah
mengakibatkan kenaikan inflasi. Inflasi yang semakin

tinggi ini memicu terjadinya penurunan daya beli


masyarakat, yang nantinya akan mengganggu
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, banyak
investor asing yang melakukan net sell dari awal tahun
hingga saat ini yang dinilai sebagai akibat berlanjutnya
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dampak pelemahan nilai mata uang di tiap
negara berbeda-beda. Di Indonesia tentu berbeda
dengan negara lain. Kadang di negara lain dampaknya
lebih kuat. Misalnya di Thailand, India, atau di
Malaysia, harga-harga dikendalikan pemerinatah,
bahan pangan tidak impor. Maka dampak nilai tukar
mata uang tidak terlalu berpengaruh kepada
masyarakat. Di Indonesia, misalnya rakyat miskin yang
hanya makan nasi dengan lauk tempe saja, akan
terkena dampak merosotnya nilai mata uang. Karena
berasnya impor, bahan tempe yaitu kedelai juga impor,
bawangnya impor. Maka dampak merosotnya rupiah
akan sangat dirasakan bagi rakyat miskin Indonesia.
Bank Indonesia mengeluarkan beberapa
kebijakan moneter untuk menghadapi pelemahan
rupiah. Gubernur BI menaikkan BI Rate hingga
mencapai 7,5 persen pada Desember dari 5,75 persen
pada Mei. Selain itu, BI juga meningkatkan jumlah
Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan sejumlah
negara untuk mengantisipasi dampak terburuk dari
melemahnya rupiah apabila cadangan devisa USD97
miliar dipakai.
Hingga saat ini, BI masih konsisten menerapkan
kebijakan uang ketat dengan mempertahankan BI rate
sebesar 7,5 persen. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,51% pada
2014 dan 41% pada 2015. Selain bertujuan untuk
menekan inflasi dan memberi kekuatan rupiah untuk
menghadapi mata uang dollar Amerika, kenaikan BI
rate juga bertujuan untuk memperkuat likuiditas
keuangan, dimana BI berharap dana asing yang keluar
akibat pelemahan rupiah dapat kembali masuk ke
Indonesia.
Peningkatan Bilateral Swap Agreement juga
ditempuh BI yang bertujuan untuk mempromosikan
perdagangan bilateral dan memperkuat kerja sama
keuangan yang bermanfaat bagi pengembangan
ekonomi kedua Negara. Perjanjian ini merupakan
bentuk komitmen antar kedua bank sentral untuk
mendukung stabilitas makro ekonomi dan keuangan
regional dalam menghadapi ketidakpastian global yang
masih tinggi. Komitmen BI melalui Bilateral Swap
Agreement (BSA) bisa dijadikan sebagai cadangan
devisa lapis kedua kalau ada kemungkinan arus dana
asing keluar. Indonesia melalui BI saat ini telah
menjalin kerja sama Bilateral Swap Agreement dengan
beberapa negara seperti China, Jepang, Korea Selatan,
dan Chiang Mai.
Dengan langkah-langkah kebijakan moneter
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia diharapkan nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika dapat terus
menguat. Dari data BI mengenai nilai tukar rupiah awal
tahun 2014 ini dapat kita lihat bahwa meskipun nilai
tukar rupiah masih naik turun, akan tetapi tren yang

terlihat adalah semakin menguat. Hal ini dapat kita


amati dari grafik di bawah ini.
menghadapi permasalahan tersebut, Bank Indonesia
mengeluarkan beberapa kebijakan moneter untuk
menghadapi pelemahan rupiah, yaitu menaikkan BI
Rate hingga mencapai 7,5 persen dan meningkatkan
jumlah Bilateral Swap Agreement (BSA). Sinergi
antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal juga
merupakan hal yang penting guna mewujudkan
kestabilan ekonomi.
5.

Guna mengatasi masalah perekonomian ini,


kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dan kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah
harus mampu bersinergi dan berkoordinasi dengan
lebih baik lagi. Dengan demikian, pertumbuhan
ekonomi dapat terwujud dan kestabilan ekonomi dapat
tetap terjaga.
4.

KESIMPULAN
Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan
sepanjang tahun 2013. Secara umum, pelemahan nilai
tukar rupiah mengakibatkan kenaikan inflasi yang
menggangu stabilitas ekonomi. Permasalahan ini
disebabkan oleh faktor internal berupa defisit neraca
berjalan yang masih besar dan faktor eksternal berupa
rencana tappering off oleh Bank Sentral AS. Untuk

DAFTAR REFERENSI

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
diakses pada tanggal 29 April 2014.
[2] http://www.bi.go.id/id/moneter/informasikurs/transaksi-bi/Default.aspx
diakses
tanggal 29 April 2014.

pada

[3] http://ekbis.sindonews.com/read/2013/12/30/109/8
21857/menanti-keperkasaan-rupiah-di-2014
diakses pada tanggal 29 April 2014.
[4] https://www.ipotnews.com/index.php?
jdl=Jaga_Stabilitas__RI_Akan_Perbanyak_Bilater
al_Swap_Agreement&level2=newsandopinion&id
=2541437&img=level1_topnews_2#.U0wHHvmS
yvU diakses pada tanggal 29 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai