Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


BUDIDAYA TANAMAN BUAH NAGA

Oleh :
Ikah Safari
NIM A0B010003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Budidaya Tanaman Buah Naga
Makalah ini berisikan tentang informasi Budidaya Tanaman Buah Naga atau yang lebih
khususnya membahas tentang segala macam perlakuan yang bisa diberikan kepada tanaman
buah naga. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
pengolahan pada tanaman buah naga.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Purwokerto, 3 Desember 2012

Penulis
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah naga atau lazim juga disebut pitaya, terakhir ini menjadi salah satu buah yang
popular di kalangan masyarakat. Buah yang termasuk kelompok kaktus atau family cactaceae
ini sangat digemari oleh masyarakat untuk konsumsi. Rasa yang manis dan segar pada buah
naga membuat para konsumennya ketagihan, buah naga juga memiliki berbagai khasiat obat
yang bermanfaatkan bagi kesehatan tubuh.
Menurut Mahadianto (2007) buah naga memiliki cukup banyak khasiat bagi
kesehatan diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah,
menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan kecantikan, menguatkan daya kerja otak,
meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan
tekanan darah, menguragi keluhan keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus
serta mencegah sembelit dan memperlancar feses.
Selain kandungan vitamin C yang tinggi, buah naga mengandung 80% air
(Simatupang, 2007). Zat nutrisi lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat, kalsium,
zat besi, fosfor yang cukup bermanfaat untuk mengatasi penyakit darah tinggi. Buah naga
yang berdaging merah juga baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena mengandung
karotenoidnya yang tinggi. Fitokimia di dalam buahnya juga diketahui dapat menurunkan
resiko kanker.
Buah naga memilki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan buah
yang lain. Hal ini menjadi peluang usaha bagi investor domestik untuk melakukan
pembudidayaan buah naga dengan skala yang cukup besar. Buah naga mulai dikembangkan
di tanah air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Beberapa sentra agribisnis
buah naga mulai berkembang antara lain malang, delanggu, kulonprogo, dan DI Yogyakarta
(Purba, 2007).
Kondisi iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia mendukung untuk
pengembangan agribisnis buah naga. Komoditas ini mempunyai prospek yang cerah untuk

peluang komoditas ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar serta memiliki potensi yang
sangat baik dikembangkan di Indonesia (Deptan, 2005).
Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan yaitu buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging
super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih
(Selenicereus megalanthus). Masing-masing buah naga memiliki karakteristiknya sendiri.
Dari buah naga yang dikembangkan tersebut buah naga Hylocereus polyrhizus lebih sering
dibudidayakan karena memilki kelebihan tersendiri yaitu ukuran buah buah lebih besar dan
warna daging lebih menrik. Sedangkan buah naga yang jarang dibudidayakan adalah bauah
naga Selenicereus megalanthus karena ukuran buah yang relatif kecil walaupun rasanya
paling manis diantara jenis yang lain.
Persilangan diantara kedua jenis buah naga tersebut kemungkinan bisa dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah naga. Persilangan merupakan cara
paling populer untuk meningkatkan variasi genetik karena relatif mudah, murah dan efektif
untuk dilakukan ( Anonim, 2007). Saat ini persilangan buah naga jenis Hylocereus
polyrhizus dan Selenicereus megalanthus masih jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui adanya kompatibilitas persilangan buah naga tersebut.
Dari keempat jenis buah naga tersebut, buah naga daging putih paling digemari dan
diminati. Selain bentuk dan ukurannya yang lebih besar, buah naga daging putih juga lebih
segar karena rasa masamnya yang khas. Buah naga yang berasal dari jenis tanaman rumpun
kaltes ini berasal dari Israel, dan terus dikembangkan di Australia, Thailand dan Vietnam.
Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri dan bunga serta buah. Akar buah
naga hanyalah akar serabut yang berkembang di dalam tanah di batang atas sebagai akar
gantung. Akar tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Di
bagian duri muncul ini akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga Wijayakusuma.
Bunga yang tidak rontok berkembang menjadi buah. Buah naga bentuknya bulat agak
lonjong seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis
buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah naga hitam dan berwarna
kuning untuk buah naga kuning. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai yang
dianalogikan dengan sisik seekor naga, oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga. Batangnya
berbentuk segitiga, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap
"kaktus tak berduri".
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah tentang buah naga ini antara lain:
1. Agar para petani buah naga bisa memperoleh sedikit pengalaman setelah membacanya
2. Mengarahkan penanaman buah naga ke tren organik, karena dengan budidaya organik dapat
dihasilkan buah dengan kualitas yang lebih baik.
3. Memberi tahu teknik budi daya tanaman buah naga yang baik dan benar sehingga bisa
diperoleh hasil yang maksimal bagi para petaninya.
C. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
serta bisa memberikan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan dalam budidaya buah naga

(dragon fruit). Buah naga yang ada saat ini diharapkan bisa berkembang dan menghasilkan
kualitas yang semakin baik, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar akan tingginya
permintaan buah ini. Sangat diharapkan makalah ini bisa memberi manfaat yang positif untuk
pembacanya.

II.

PEMBAHASAN

A. Mengenal Buah Naga


Belum banyak orang yang mengenal buah naga, hanya kalangan tertentu yang
memanfaatkan buah ini untuk kegiatan keagamaan maupun untuk konsumsi. Kini popularitas
buah naga meroket karena, bentuknya yang unik, baik buahnya maupun tanamannya. Buah
naga memang pendatang baru di dunia buah-buahan tanah air. Tanaman buah naga berasal
dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Dragon fruitmulai diperkenalkan di
Indonesia pada dekade 90-an, lantaran bentuknya yang eksotik, aroma harum, dan rasa yang
manis membuat buah kaktus madu tersebut semakin mendapat tempat tersendiri di hati
pecinta buah-buahan di Indonesia. Ketersediaan buah naga masih langka di pasaran, dan
mulai meluas dikenal di Indonesia awal tahun 2000-an yang saat itu didatangkan dari
Thailand.
Buah
naga
(Inggris:
pitaya)
adalah
buah
dari
beberapa
jenis kaktus dari margaHylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah danAmerika Selatan, namun sekarang juga dibudidayakan di negaranegara Asia sepertiTaiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui
di Okinawa, Israel,Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada
malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai
tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh
sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas
meja altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali di antara warna naga-naga yang hijau.
Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya
Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian
diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah
naga).
Buah naga mulai masuk pasaran, sehingga gampang dijumpai di swalayan di seluruh
nusantara. Selain rasanya yang manis, buah naga juga memberi manfaat besar bagi tubuh
manusia yaitu banyak mengandung vitamin dan mineral penting bagi tubuh. Tak heran jika
permintaan konsumen untuk buah naga semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, buah naga kini marak di kebunkan. Penanaman buah naga tersebar dari
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Kalimantan. Selain di lahan yang luas, buah
naga juga dapat diusahakan di lahan sempit seperti halaman rumah dengan menggunakan pot.

Tanaman buah naga pada awalnya dipergunakan sebagai tanaman hias karena
sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buah yang menarik. Bunganya cukup
unik mirip dengan bunga wijayakusuma, berbentuk corong.
Bunga buah naga akan berkembang menjadi buah dengan tampilan buahnya berkulit
merah serta bersisik. Sejak penduduk asli mengetahui bahwa buah naga bisa dimakan dan
rasanya enak, mereka pun mengkonsumsi buah naga sebagai buah-buahan segar di meja
hidangan. Buah naga diperkenalkan di Indonesia pada dekade 90-an.
Keberadaan buah naga bila dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand masih sangat
minim, hal ini disebabkan karena buah naga belum dikenal luas oleh masyarakat dan teknik
budi dayanya yang baik belum diketahui.
Buah naga semakin naik daun lantaran dipicu oleh impor buah naga dari Thailand
yang semakin membludak di pasar buah-buahan Indonesia. Semakin banyak yang minat
terhadap buah naga, melihat peluang tersebut para pekebun buah mulai mengembangkan budi
daya buah naga di Indonesia. Penanaman buah naga sudah sampai ke Papua, meluasnya
penanaman buah naga ini karena teknik budi dayanya cukup mudah dilakukan sekaligus
didukung oleh iklim tropis Indonesia yang sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan buah naga.
Budi daya buah naga di Indonesia pada umumnya masih menggunakan bahan kimia,
artinya proses budi daya masih menggunakan pupuk kimia (anorganik), seperti urea, fosfor
(P), kalium (K), atau NPK, zat pengatur tumbuh, pestisida, dan bahan kimia lain yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah naga. Sayangnya, budi daya
tanaman menggunakan bahan kimiawi tersebut membawa dampak negatif, baik dari segi
kesehatan, kelestarian lingkungan, maupun segi ekonomi.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat merusak tingkat kesuburan tanah.
Tekstur tanah akan menjadi keras dan kurang subur. Penggunaan pestisida dapat berakibat
pada kematian serangga-serangga penyerbuk, selain itu hama akan menjadi resisten terhadap
pestisida tertentu. Penggunaan pestisida dosis tinggi atau berlebihan mengakibatkan
timbulnya residu bahan kimia dalam buah.
B. Kegunaan Buah Naga
Buah naga memiliki aneka manfaat dan kegunaan, baik dari aspek gizi dan kesehatan,
religi, estetika, dan ekonomi. Buah naga mengandung banyak zat gizi terutama vitamin dan
mineral esensial. Beberapa jenis buah naga (daging merah) juga banyak mengandung
antioksidan yang baik untuk mencegah penyakit kanker.
Beberapa kandungan buah naga yang penting bagi kesehatan antara lain vitamin C,
kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C paling tinggi terdapat pada buah naga putih
jenisHylocereus undatus. Kandungan fosfor dan serat yang paling tinggi terdapat
padaHylocereus polyrhizus, atau lebih dikenal sebagai buah naga merah, sedangkan
kandungan kalsium palinf tinggi terdapat pada buah naga kuning (Selenicereus megalanthus),
jenis ini jarang ditanam di Indonesia.
Buah naga dapat digunakan untuk mengatasi atau mencegah penyakit kanker usus
besar, diabetes, hipertensi, osteoporosis, ginjal, menurunkan kolesterol, dan sebagainya.

Mengkonsumsi buah naga secara rutin dapat menghindarkan kita dari serangan penyakitpenyakit tersebut. Buah naga juga banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan religi.
Buah naga juga berperan dalam berbagai kegiatan keagamaan terutama yang
dilakukan etnis Tionghoa. Menjelang berbagai acara keagamaan terutama menjelang tahun
baru, biasanya masyarakat Tionghoa memerlukan buah naga, selain itu buah naga banyak
dihidangkan dalam acara-acara lain seperti peringatan Natal dan tahun baru masehi. Manfaat
estetika dapat dilihat dari bentuk tanaman dan bentuk buah. Tanaman buah naga pada
dasarnya merupakan tanaman hias yang sangat baik di tanam di halaman rumah sebagai
penambah keindahan rumah.

C. Botani Buah Naga


Buah naga merupakan kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae (subfamily
Hylocereanea), dan termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari beberapa spesies di
antaranya dalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial tinggi. Secara
lengkap, klasifikasi buah naga disajikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae (suku kaktus-kaktusan)
Genus: Hylocereus
Spesies: - Hylocereus undatus (Haw.)Britt.Et R (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus (daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging super merah)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik)
Di antara keempat jenis buah naga di atas, hanya tiga jenis pertama yang banyak
dibudidayakan di Indonesia yaitu H. undatus, H. polyrhizus,dan H. costaricensis.Hylocereus
undatus paling banyak ditanam lantaran jenis ini yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Secara morfologis, tanaman buah naga termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak
memiliki daun. Untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan gurun tanaman buah naga
memiliki duri di sepanjang batang dan cabangnya guna mengurangi penguapan.
Tanaman buah naga merupakan tanaman memanjat dan bersifat epifit, di habitat
aslinya tanaman ini memanjat tanaman lain untuk tumbuh. Meskipun akar nya di dalam tanah
dicabut, tanaman buah naga masih bisa bertahan hidup karena terdapat akar yang tumbuh di
batang. Morfologi tanaman buah naga dari akar, batang dan cabang, bunga, buah, serta biji:
1.

Akar
Pada umumya perakaran buah naga dangkal, yaitu berkisar 20-30 cm, namum
menjelang produksi buah biasanya perakaran bisa mencapai kedalaman 50-60 cm mengikuti
perpanjangan batang berwarna cokelat yang tertanam di dalam tanah. Buah naga mampu

bertahan di daerah kering karena kemampuan akar beradaptasi dengan baik pada kondisi
kekeringan, namun akar tanaman buah naga umumya tidak tahan terhadap genangan air
dalam jangka waktu yang lama. Buah naga juga memiliki akar yang tumbuh di batang, akar
tersebut biasanya disebut akar aerial (akar udara), yang berfungsi untuk menempel dan
merambatnya pada tanaman lain.
Umumnya, tanaman buah naga menghendaki pH tanah yang normal (pH 6-7). Pada
pH tersebut tanaman akan tumbuh subur dan mampu berproduksi dengan baik. Beberapa
literature menyebutkan bahwa akar tanaman buah naga peka terhadap kemasaman tanah.
2.

Batang dan cabang


Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial, tumbuh cepat, merambat, dan
tidak berdaun. Batang buah naga berwarna hijau tua dan besegmen- segmen, batang buah
naga kebanyakan triangular (bersudut tiga) namun terkadang ditemukan bersudut empat atau
lima. Batang buah naga tidak berkayu dan kebanyakan berduri. Tanaman buah naga dapat
tumbuh mencapai 6 meter jika dibiarkan, namun pada umumnya hanya mencapai 2-3 meter
saja karena batang pokok dipangkas untuk pembentukan cabang produksi.

3.

Buah
Buah naga berbentuk lonjong agak mengerucut (oblong) atau secara umum disebut
bentuk berry. Buah tanaman ini mempunyai variasi warna, mulai dari kuning, pink, sampai
merah. Selain warna kulit buah, warna daging buahnya pun beragam, ada yang berwarna
putih, kuning, dan merah/ merah muda.
Sesuai dengan warna daging buah tersebut, buah naga dibedakan menjadi buah naga
putih (white pitaya), buah naga kuning (yellow pitaya), dan buah naga merah (red pitaya).

4.

Biji
Biji buah naga berwarna hitam dengan bentuk bulat, pipih, dan sangat keras. Setiap
buah mengandung lebih dari 1000 biji, berbeda dengan buah berbiji lainnya biji buah naga
yang kecil dapat dimakan bersama dengan daging buahnya.

D. Syarat Tumbuh dan Perbanyakan Bibit


Pesyaratan untuk penanaman buah naga meliputi unsur-unsur iklim, yaitu ketinggian
tempat, temperatur, curah hujan, intensitas cahaya, kelembapan udara, dan kecepatan angina.
Sifat tanah yang perlu diperhatikan antara lain: struktur tanah, tekstur tanah, kemasaman
tanah (pH), salinitas, dan bahan organik.
Tanaman buah naga dapat tumbuh pada ketinggian 0-2750 meter dpl. Ketinggian optimum
adalah 0-800 meter dpl.
Mampu hidup pada suhu 0-40 C, suhu udara terbaik 20-35C.
Mampu hidup pada daerah kering hingga basah dengan CH 340 - 3.000 mm/th. Optimum
1.500 2.500 mm/th.
Intensitas di atas 90%
Kelembapan udara relative antara 70 95%.
Tidak banyak dipengaruhi angin, relative tahan terhadap kecepatan angin.
Menghendaki struktur remah, porositas tinggi
Tekstur yang seimbang, tekstur lempung berpasir atau pasir berlempung.
Tahan terhadap salinitas tinggi, cocok di daerah pantai.

Memiliki bahan organik memadai, BO sebesar 5%


Perbanyakan bibit buah naga dapat diperoleh dengan cara perbanyakan secara biji
(generatif) dan setek batang (vegetatif), cara perbanyakan buah naga sebagai berikut:

1. Perbanyakan Generative (Biji)


Cara perbanyakan menggunakan biji buah naga dilakukan karena dapat diperoleh
bibit dalam jumlah besar (1 buah berisi minimal 1000 biji), namun cara ini kurang popular
dan jarang digunakan karena membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan bibit siap
tanam di lapang. Biji juga harus berasal dari buah yang sehat dan matang di pohon. Seleksi
biji yang berkualitas juga sulit dilakukan lantaran ukuran biji yang kecil dan penampakannya
mirip.
2. Perbanyakan Vegetatif (Setek Batang)
Perbanyakan vegetatif yang berhasil pada tanaman buah naga adalah setek batang
atau cabang. Perbanyakan setek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih
tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi karena
serupa dengan induknya.
Keberhasilan setek ditentukan oleh calon batang, calon batang yang digunakan harus
dalam kondisi yang sehat, tua, dan sudah pernah berbuah minimal 3-4 kali. Hindari
menggunakan batang yang muda, selain pertumbuhannya yang lambat, batang muda juga
masih banyak mengandung air sehingga mudah busuk dan terkena penyakit.
Cara:
- Setek dibuat dengan memotong batang tanaman sepanjang 15-20 cm.
- Potongan bagian atas diolesi dengan fungisida, sedangkan potongan bagian bawah diolesi
dengan perangsang tumbuh, misalnya Rootone F. air kencing sapi, atau bawang merah.
- Sebelum ditanam setek sebaiknya diletakkan di tempat yang lembap dan teduh selama
beberapa hari.
Setek sebaiknya ditanam langsung pada polybag agar memudahkan pemeliharaan dan
pemindahan. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah atas, pasir, dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2: 1: 1, dapat pula ditambahkan pupuk NPK. Tanah dan pasir
yang akan digunakan untuk campuran media sebaiknya dijemur kering selama beberapa hari
untuk mematikan hama dan penyakit.
Penanaman stek sebaiknya sekitar seperempat panjang stek atau sekitar 4-5 cm
terbenam tanah. Setelah ditanam, polybag ditempatkan di tempat yang teduh untuk
memudahkan adaptasi bibit. Pemeliharaan stek setelah ditanam harus dilakukan, antara lain:
- Melakukan penyiraman atau pemberian air secukupnya, terutama musim kemarau. Sangat
butuh air untuk menumbuhkan tunas.
- Tunas tumbuh 1-2 cm, lakukan pemupukan dengan NPK 15-15-15 sebanyak 5-10 gram.
- Menjaga bibit dari serangan hama dan penyakit, terutama dengan menjaga sanitasi dan
drainase lahan karena bibit rentan terhadap penyakit layu atau penyakit busuk batang.
Bibit stek dipelihara hingga tunas cukup panjang, yaitu sekitar 10-15 cm, setelah itu
bibit mulai diaklimatisasi dengan menempatkannya di tempat terbuka agar bibit siap
berkembang di lahan selama 1-2 minggu maka bibit sudah siap tanam.
Dalam pemeliharaan bibit perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Bibit berasal dari tanaman induk yang terpercaya.

Bibit yang digunakan adalah bibit yang pertumbuhannya baik, bertunas tunggal, dan
memiliki tunas dengan panjang minimal 15 cm.
Bibit tidak mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit.
Bibit tidak mengalami stress selama dalam proses pemindahan.
E. Bertanam Buah Naga di Kebun

1. Pengolahan Lahan
Lahan yang diolah akan mendukung pertumbuhan tanaman buah naga agar dapat
tumbuh dan berkembang optimal serta berproduksi maksimal. Pengolahan lahan memiliki
manfaat antara lain: membuat lahan menjadi gembur, membunuh hama dan penyakit,
membuang gas-gas dalam tanah yang berbahaya bagi tanaman. Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam pengolahan tanah:
- Lahan dibersihkan dari semak belukar, sisa-sisa tanaman, bebatuan dan berbagai
pengganggu lainnya.
- Lahan kemudian dicangkul dan dibalik untuk meningkatkan aerasi tanah serta membuang
gas-gas berbahaya bagi tanaman
- Tanah dihaluskan, bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan hingga menjadi struktur yang
lebih kecil.
- Buat bedengan dengan arah barat-timur. Lebar bedengan dapat 1 m atau 4 meter. Tinggi
bedengan sekitar 30-50 cm.
- Jarak antar bedengan 50-100 cm dibuat parit untuk pengairan
- Lahan yang telah siap dibiarkan beberapa hari terkena sinar matahari sebelum ditanami.
2. Penentuan Jarak Tanam
Prinsip dalam jarak tanam adalah: (a) tidak boleh terlalu rapat, karena akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta rentan terhadap hama dan
penyakit, (b) tidak boleh terlalu jarang karena akan merugikan secara ekonomis, (c)
perhatikan kesuburan lahan.
Jarak tanam sangat mempengaruhi jumlah tanaman, jarak tanam system tunggal yang
paling rapat sebaiknya tidak kurang dari 2x2 meter, sedangkan jarak tanam paling longgar
sebaiknya tidak lebih dari 4x4 meter. Jarak tanam system kelompok dianjurkan dalam barisan
berjarak 30-50 meter dan antar barisan 2-4 meter. Jumlah tanaman per tiang juga menentukan
jumlah tanaman pada system tunggal. Setiap tiang panjatan tidak hanya diisi satu tanaman
saja, tetapi 2-4 tanaman.
3. Pembuatan Lubang Tanam dan Tiang Panjatan
Tiang panjatan yang baik harus awet, karena umur produksi tanaman mencapai 15
tahun, tiang panjatan yang paling baik terbuat dari beton cor yang dilengkapi denga besi dan
ban bekas. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60-80 cm x 60-80 cm dengan kedalaman 2530 cm. Buat lubang kecil pada bagian tengah lubang tanam, sebesar 10x10 cm dengan
kedalaman 15 cm, lubang ini berfungsi untuk menanam tiang panjatan. Bagian bawah tiang
panjatan sebaiknya dilapisi dengan plastic agar tidak kena rayap.
F. Pemeliharaan Tanaman

Bibit yang telah berhasil ditanam maka tetap harus mendapatkna pemeliharaan secara
teratur. Pemeliharaan meliputi pengairan, penulaman tanaman, pengaturan letak dan
pengikatan batang/ cabang, pemupukan susulan, pemangkasan cabang, serta seleksi bunga
dan buah. Proses pemeliharaan dilakukan sampai memasuki masa panen tanaman buah naga.
1. Pengairan
Umumnya pengairan dilakuka dengan system tadah hujan, namun tanaman buah naga
tetap memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya. Kekurangan air pada masa
vegetatif dapat menyebabkan tanaman layu dan susah bertunas. Selama masa vegetatif
tanaman disiram 1 minggu sekali sampai umur tanaman 6 bulan.
Masa generatif telah muncul bunga dan buah maka penyiraman dilakukan 10-14 hari
sekali. Kekurangan air pada masa generative dapat menimbulkan kerontokan bunga dan buah
yang terbentuk tidak sempurna, namun kelebihan air pada masa ini akan menyebabkan buah
kurang manis dan mudah pecah. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari pada
pukul 06.00 dan 17.00. volume pemberian antara 3-5 liter per lubang tanam, penyiraman
dilakukan dengan membasahi sekeliling tanaman hingga kondisi tanah tidak terlalu becek dan
tidak terlalu kering.
2. Penyulaman
Penyulaman berarti mengganti tanaman yang telah mati akibat serangan hama,
penyakit, maupun penyebab yang lain. Tanaman yang disulam biasanya busuk pangkal
batang, tidak tumbuh, kerusakan fisik, dan gejala kerusakan lain yang menyebabkan tanaman
tidak berproduksi dengan baik. Penyulaman bertujuan agar jumlah tanaman yang dapat
berproduksi optimal dan efisiensi lahan tetap tinggi. Penyulaman biasanya dilakukan
seminggu setelah bibit dipindah ke lapang.
3. Pengikatan Batang atau Cabang
Pengaturan letak batang atau cabang turut berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang/ cabang, pengikatan
batang yang terlambat mengakibatkan petumbuhan batang melengkung dan tidak teratur.
Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm pada batang atau cabang agar batang tetap mengarah
ke arah atas. Proses pengikatan sebaiknya jangan terlalu kencang agar tidak menyebabkan
batang terjepit atau patah, dengan demikian diharapkan akar udara lebih mudah menempel
pada tiang rambatan sehingga memperkokoh tanaman seutuhnya. Pengikatan biasanya
dilakukan pada saat tinggi tanaman 50-60 cm.
4. Pemupukan Susulan
Pupuk ibarat makanan atau nutrisi tambahan bagi tanaman, meskipun tanah telah
menyediakan hara tetapi ketersediaan hara biasanya tidak mencukupi untuk menunjang
perkembangan tanaman selanjutnya. Untuk memenuhinya maka perlu adanya pupuk susulan
(tambahan), untuk penanaman system organik pemupukan tentu berdeda dengan system
penanaman anorganik. Penanaman organik haya menggunakan bahan-bahan organik saja
seperti pupuk kandang dari kotoran sapi, kambing atau kompos tanpa menggunakan pupuk
berbahan kimia buatan seperti NPK, dan urea. Pupuk kandang diberikan sebangnyak 2-5 kg
pertanaman dengan interval pemberian 2-3 bulan sekali.
5. Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh bentuk tanaman yang baik sehingga akan
memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik pula, selain itu pemangkasan dilakukan untuk
membuang bagian yang sudah tidak produktif lagi, seperti cabang kerdil alatu lurus. Bagian
yang tidak produktif akan menghambat pembentukan tunas baru dan buah karena
berkompetensi dengan batang produktif dalam memperoleh hara.
Pemangkasan vegetatif dilakukan untuk membentuk batang dan percabangan yang
baik, sementara pemangkasan generatif dilakukan untuk membentuk cabang produktif.
6. Seleksi Bunga dan Buah
Tanaman buah naga mulai belajar berbunga pada akhir bulan k3-7 dan ke-8 setelah
tanam di lahan pada cabang produktif akan muncul kuntum bunga seukuran kelingking. Pada
fase ini diperlukan pemupukan tambahan dengan kadar P dan K yang tinggi seminggu sekali
selama 8 minggu, pengairanpun perlu diatur setidaknya 2 minggu sekali untuk mencegah
kerontokan bunga.
Bunga akan muncul lebih dari 1 pada setiap cabang produktif, karenanya perlu
dilakukan seleksi bunga pawa waktu masih kecil. Pertahankan 2-3 bunga saja per cabang
dengan jarak antar kuntum bunga 30 cm, bunga yang dipertahankan adalah bunga yang besar,
sehat, warna cerah, dan segar serta usahakan yang menghadap ke matahari.
7. Sanitasi Kebun
Salah satu pemeliharaan kebun yang sering terlupakan adalah sanitasi atau kebersihan
kebun. Sanitasi bertujuan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, kebun yang kotor
akan memudahkan penyakit mudah menyerang tanaman seperti busuk batang, hama lalat
buah dengan mudah bisa menyerang saat munculnya buah.
Kebersihan kebun bisa dilakukan dengan menyiangi rumput secara teratur di sekitar
penanaman buah naga dan tidak membiarkan sampah menumpuk di areal penanaman.
Penumpukan bekas pangkasan bisa menjadi sarang lalat dan bekicot.
G. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman buah naga antara lain sebagai berikut:
a. Tungau (Tetranychus sp)
Tungau (Tetranychus sp), berukuran sangat kecil tetapi bersifat pemangsa segala jenis
tanaman (polybag). Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 mm dengan bentuk yang mirip
laba-laba dan aktif di siang hari dan siklus hidup tungau berkisar 14-15 hari. Pengendalian
tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan pestisida nabati seperti, nimba, eceng
gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan tungau.
b. Kutu kebul
Serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm berwarna putih dan sayapnya jernih ditutupi
lapisan lilin yang bertepung, biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah cabang.
Gejala kerusakan biasanya berupa bercak nekrotik pada cabang akibat rusaknya sel-sel dan
jaringan batang. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan teknis seperti menanami
pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai pembatas dan
memperbanyak populasi agen hayati, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
terutama bukan family Solanaceae, seperti tomat, cabai, kentang dan mentimun.

c.

d.

e.

f.

g.

2.
a.

b.

c.

Kutu sisik
Hama kutu sisik (Pseudococcus sp.) umumnya berada pada bagian cabang yang tidak
terkena sinar matahari langsung, cabang yang terserang akan terlihat kusam dan biasanya
menyerang pada sela-sela tanaman yang ternaungi.
Kutu batok
Hama kutu batok (Aspidiotus sp.) menyerang tanaman dengan menghisap cairan pada
batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning.
Pengendaliannya dapat dilakukan menggunakan cara yang sama dengan kutu kebul dan kutu
sisik, atau dengan menyemprotkan larutan belerang pada batang yang terkena kutu.
Bekicot
Hama bekicot sangat merugikan tanaman buah naga karena merusak batang atau cabang,
terutama pada saat musim kemarau. Bekicot menggerogoti sehingga batang menjadi layu,
penyebab hama ini karena sanitasi lingkungan yang kuran bersih. Pengendaliannya dapat
dilakukan secara manual, yaitu mengambil satu persatu bekicot yang ada.
Semut
Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga, karena
aroma khas yang dikeluarkan bunga akan mengundang semut berdatangan. Bunga juga
menghasilkan zat yang berasa manis, semut mulai mengerubungi bunga yang baru kuncup
dan menyebabkan kulit buah berbintik biktik cokelat. Pencegahan buah naga dari semut
adalah dengan menaburkan kabur mengelilingi batang utama buah naga.
Burung
Gangguan burung pada buah naga umumnya jarang terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan,
biasanya burung menyerang buah yang telah matang pata bagian atas, jika memungkinkan
pembungkusan buah dengan plastik atau kain kasa transparan dapat mencegah serangan
burung tersebut.
Penyakit
Busuk pangkal batang
Menyerang pada awal penanaman dengan gejala berupa pembusukan pada pangkal
batang sehingga mengakibatkan batang berair dan berwarna kecoklatan dan biasanya diikuti
adanya bulu putih di sekitar daerah yang terserang. Busuk disebabkan karena keadaan yang
terlalu lembab sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan yaituSclerotium
rolfsii Sacc. Penyakit ini sering terjadi pada bibit stek yang belum tumbuh akar dalam bentuk
potongan.
Busuk bakteri
Tanaman tampak layu, kusam, terdapat lender putih kekuningan pada tanaman yang
mengalami pembusukan. Disebabkan oleh Pseudomonas sp., pengendaliaannya dengan cara
mencabut tanaman yang sakit.
Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl, gejalanya antara lain cabang
tanaman berkerut, layu dan busuk berwarna cokelat. Pencegahan dengan menjaga lahan agar
tidak tergenang oleh air, jika sudah terlanjur terserang maka pangkaslah bagian tanaman dan
buang.
H. Memanen Buah Naga

1.

a.
b.
c.
d.
e.
2.

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen, misalnya waktu yang
tepat untuk panen, dan cara panen yang benar.
Pemanenan buah naga
Musim panen buah naga biasnya diatur pada bulan September hingga Maret, hal ini
berhubungan dengan meningkatnya permintaan kebutuhan saat Natal, tahun aru Cina, dan
hari besar lainnya.
Ciri-ciri buah siap panen:
Umur tanaman sejak kuntum bunga hingga berbuah telah mencapai 50-55 hari
Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna kulit
buah merah mengkilap dengan sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan.
Mahkota buah telah mengecil
Kedua pangkal buah keriput (kering)
Bentuk buah bulat sempurna dan besar, bobot buah diperkirakan 400-600 g.
Waktu panen
Lakukan pemanenan buah naga pada pagi hari (pukul 09.00-11.00) atau sore hari
(15.00-17.00), sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah.
Cara pemanenan
Tahap-tahap pemanenan buah naga adalah:
Kenakan sarung tangan saat akan memetik buah agar tidak melukai kulit buah.
Siapkan gunting pangkas ranting yang salah satu sisinya tajam untuk memanen buah.
Potong buah pada tangkainya tanpa merusak percabangan yang merupakan letak buah
tersebut.
Untuk buah yang memiliki tangkai panjang maka pemetikannya lebih mudah, potong tangkai
buah antara buah dan cabang kemudian buang tangkainya.
Usahakan buah yang telah dipanen tidak terjatuh, bila pohon mulai meninggi maka
pemanenan bisa dibantu dengan menggunakan tangga.
Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran atau langsung dimasukkan ke dalam kotak.
Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah yang dapat menyebabkan buah
memar.
Letakkan buah pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap bawah.
Lapisi setiap lapisan buah dengan bantalan yang sama, tinggi tumpukan buah hendaknya
tidak terlalu tinggi yakni cukup 2-3 susun saja.
Kelas sortasi:
Super, bobot buah > 500 g
Kelas A, bobot buah 400-500 g
Kelas B, bobot buah 300-400 g
Kelas C, bobot buah <300 g
Untuk memudahkan penyortiran selain timbangan juga bisa dengan menggunakan
gelang yang dibuat sendiri dari kawat atau plastik yang disesuaikan dengan ukuran masingmasing kelas.
III.

KESIMPULAN

Sejak masuk ke Indonesia pada tahun 2000-an pamor buah naga kian memuncak,
pada awalnya buah naga berdaging putih yang banyak ditemukan dipasaran namun seiring
dengan waktu pamor buah naga berdaging putih mulai redup, dan buah naga warna merah
yang semakin banyak diminati. System perawatan pada tanaman buah naga harus sangat
diperhatikan, apalagi bagi tanaman bibit, pengairan yang kurang sesuai dengan prosedur
maka akan merusak tanaman.
Pengairan tanaman yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan tanah menjadi
lembab dan akan tumbuh jamur perusak batang bawah yang menyebabkan batang tersebut
menjadi busuk. Sanitasi kebun juga merupakan salah satu unsur pemeliharaan yang penting,
karena tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pemuliaan Tanaman. http://id.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
Dahana, K. dan Warisno. 2010. Buku Pintar, Bertanam Buah Naga (di kebun, pekarangan, dan dalam
pot). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Deptan. 2003. Pengembangan Agribisnis Buah Naga (Dragon Fruit) Indonesia dalam Mencapai Pasar
Ekspor. http://agribisnis.deptan.go.id/index.php?files=berita_detail&id=412 . Diakses pada
tanggal 3 Desember 2012.
Hardjadinata, S. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kristanto, D. 2003. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahadianto, Nur. 2007. Budidaya Buah Naga (Dragon Fruit).http://agribisnis.deptan.go.id. Diakses Pada
Tanggal 3 Desember 2012.
Simatupang, L. 2007. buah Naga Segar dan Nikmat. http://food_details.php. Diakes pada tanggal 3
Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai