Anda di halaman 1dari 5

Etika Perawat Muslim Dalam Sakaratul Maut Klien

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian
seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta
pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di
rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali
di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita
diajarkan doa untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis.

Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka serta berkata rasakan olehmu siksa neraka yang
membakar (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).
Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya
(sambil berkata) keluakanlah nyawamu!) Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak
benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al Anam :
93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh
cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa
terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. Sakitnya sakaratul maut itu, kirakira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya upaya sebagai
berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat
harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangkasangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah
dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
Selanjutnya Ibnu Masud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang
yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal
ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki.
Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki
tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak
teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan
menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang.Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.Otot
rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah
menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam
keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing
dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam
Hadist Riwayat Muslim,
Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah
bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya
maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang
yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .
3. berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,
antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang
mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Panduan bagi pasien sakaratul maut


Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic
spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter,
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien.Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa
menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse
is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to
health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the
necessary strength will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan.Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya
sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.(QS.50:19).
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau
yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan
Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. 6:93)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing


pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, Laa illaaha
illallah.Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, Laa illaaha
illallaah, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum
itu musibah yang akan menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah
laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan
melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan
husnul khatimah.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu.Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
nampak lebih pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam telah bersabda.
Artinya :Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati,
maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat
mengamini apa yang kalian ucapkan.Maka perawat harus berupaya memberikan suport
mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang
terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh
terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi
pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman.Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air.Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkatakata.Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami
orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat.(Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat


Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat.Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

Anda mungkin juga menyukai