Anda di halaman 1dari 5

A.

Perawatan Induk
Calon induk ataupun yang akan dikawinkan dari hasil seleksi yang telah dilakukan
harus disediakan tempat khusus yaitu kolam pemeliharaan induk. Kolam tersebut
berfungsi mempercepat proses kematanagn gonad, penyimpanan induk-induk yang
telah dikawinkan dan mempermudah pengawasan sehari-hari. Lazimnya klam
pemeliharaan induk terdiri dari 2 buah, satu kolam induk jantan dan kolam lainnya
untuk induk betina. Usahakan sistem pengairannya secara paralel. Kolam jantan
dan kolam betina masing-masing memiliki pintu air pemasukan sendiri-sendiri. Jika
tidakdapat (terpaksa) sistem pengairan boleh seri, dengan catatan induk betina
harus diletakkan diatas dan induk jantan dibawah. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah perkawinan sendiri karena induk betina gampang terangsang oleh bau
sperma jantan yang keluar tanpa disengaja mengikuti arus air (Santoso, 1993).
Menurut Santoso (1993), banyaknya induk yang dapat dipelihara per satuan luas
kolam tergantung dari kondisi kolam, makanan dan sistem pengairannya. Sebagai
patokan seekort induk ikan mas seberat 1 kg memerlukan ruang dikolam seluas 5
m2. Namun demikian apabila sistem pengairannya sangat baik (debit air cukup
deras) jumlah (kg) dapat lebih banyak yaitu antara 1-4 kg/m2 (atmadja hardjamulia,
1978).
Selain padat penebaran, faktor lain yang mendukung pematangan gonad adalah
suhu air dan makanan. Sedapat-dapatnya suhu air disesuaikan dengan kemampuan
pertumbuhan ika mas yakni 250C, makanan bergizi berkadar protein tinggi 25%
misalnya pelet, diberikan secara 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-4% dari
bobot ikan seluruhnya (Santoso, 1993).
B. Persiapan Wadah
Menurut Susanto (2006), sebelum pemijahan biasanya kolam dikeringkan dan
dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun bila matahari sering tertutup
awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan 5-7 hari. Penjemuran
untuk kolam ikan mas ini mutlak harus dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau
ampo atau sangit sehingga begitu dialiri air baru ikan terangsang untuk memijah.
Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu
melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran atau
monik diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu
pemasukan air. Kemudian kakaban dipasang diatas sebatang bambu yang utuh agar
dapat terapung. Kakaban ini terbuat dari ijuk yang halus direntang sedemikian rupa
sehingga lebarnya 40 cm. Panjang kakaban ini biasanya berkisar 1,5 2 meter.
Kakaban dijepit dan dipaku pada bilah bambu (Susanto, 2006)
C. Seleksi Induk
Induk-induk yang sudah baik dan matang kelamin merupakan salah satu syarat
mutlak bagi keberhasilan pembenihan ikan mas ini. Untuk mengetahui induk-induk
yang telah siap dikawinkan dari sekumpulan induk yang telah terpilih, dapat melihat
tanda-tanda dari perubahan tubuhnya maupun dengan cara diraba. Induk betina
yang telah siap dikawinkan ditandai dengan perutnya yang membengkak dari muka
ke arah belakang, mulai bagian atas atau urogenitalnya. Sementara induk jantan
yang sudah siap dikawinkan bila sudah mencapai umurnya. Untuk memastikan dan

mengurangi resiko kegagalan dalam pemijahan, induk jantan dapat di urut bagian
perutnya ke arah belakang untuk memastikan kematangan gonadnya. Induk jantan
yang benar-benar sudah siap akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih
mirip santan (Susanto, 2006).
Menurut Susanto (2006), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk
memastikan baik buruknya seekor indukan ikan mas untuk dipijahkan. Kriteria induk
yang baik tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Ciri induk yang berkualitas
No. Jantan Betina
1 Umur sekitar 1,5-3 tahun Umur sekitar 1,5-3 tahun
2 Tidak sakit ataupun ada cacat pada bagian badan maupun sirip-siripnya Tidak
sakit ataupun ada cacat pada bagian badan maupun sirip-siripnya
3 Sisik besar, teratur susunannya, dan cerah Sisik besar, teratur susunannya, dan
cerah
4 Pangkal ekornya normal, artinya perbandingan panjang pangkal ekor (Caudal
penducle) lebih panjang dari lebarnya Pangkal ekornya normal, artinya
perbandingan panjang pangkal ekor (Caudal penducle) lebih panjang dari lebarnya
5 Bentuk kepala ikan mas yang baik lebih kecil dibanding dengan badannya.
Panjang badan minimal 3 kali panjang kepalanya Bentuk kepala ikan mas yang baik
lebih kecil dibanding dengan badannya. Panjang badan minimal 3 kali panjang
kepalanya
6 Tulang rahang normal dan tidak melengkung atau memendek Tulang rahang
normal dan tidak melengkung atau memendek
7 Pada kedua belah sudut bibir atas masing-masing mempunyai dua buah sungut
Pada kedua belah sudut bibir atas masing-masing mempunyai dua buah sungut
8 Kerongkongannya tidak cacat bila tutup insang dibuka Kerongkongannya tidak
cacat bila tutup insang dibuka
9 Tutup insang tidak boleh terlalu mengembang keluar Tutup insang tidak boleh
terlalu mengembang keluar
10 Gerakannya tangkas dan gesit Menurut Santoso (1993), adapun ciri-ciri induk jantan ataupun induk betina yang
sudah matang kelamin ialah dapat dilihat dari tabel 2 berikut.
Tabel 2. Ciri-ciri induk yang sudah matang kelamin
No Jantan Betina
1 Badan tampak ramping atau langsing Badan terutama bagian perut membesar
atau buncit, bila diraba terasa lembek
2 Gerakan lincah dan gesit Gerakkannya lamban, memberi kesan malas bergerak
3 Jika bagian perut diurut perlahan-lahan dari depan kearah sirip ekor akan
mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) seperti santan kelapa Jika perut
diurut akan mengeluarkan cairan berwarna kuning
4 - Pada malam hari biasanya melompat-lompat
D. Teknik Pemijahan ikan mas

Ada beberapa cara atau teknik pemijahan ikan mas yang bisa dilakukan yaitu
pemijahan alami (tradisional), pemijahan secara semi buatan (induce spawning) dan
pemijahan buaan (induce breeding). Pemijahan Kawin suntik atau semi buatan
menurut Mahyuddin (2010), pemijahan secara semi buatan (inducespawning), induk
ikan mas jantan maupun betina disuntik dengan menggunakan hormon perangsang
untuk pematangan dan ovulasi sel telur. Induk ikan mas yang sudah disuntik
kemudian dimasukan kedalam bak atau wadah pemijahan yang dilengkapi kakaban
dan dibiarkan memecah sendiri. Hormon perangsang dapat berupa ovaprim, ekstra
kelenjar hipofisa. Dosis hormon yang digunakan sekiar 0,2-0,3 ml/kg, tergantung
tingkat kematangan gonat induk yang akan disuntik.
Cara penyuntikan dapat dilakukan seperi pada jenis ikan lain, namun demikian ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyuntik. Diantaranya adalah jarum
suntik yang digunakan biasanya berukuran 18mm. Selain itu, dosis penyuntikan
pertama dosisi dan penyuntikan kedua 1 dosis untuk induk betina dengan selang
waktu 4-6 jam. Untuk induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dan waktu
bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina (Susanto, 2002).
Setelah cairan hormon disuntikan 2 kali, biasanya dalam tempo 6 jam inuk
akanterangsang melakukan pemijahan. Pemijahan induce spawning dapat dilakukan
dalam bak (Santoso, 1993).
E. Penetasan telur
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada subtrat, seperti tanaman air atau
rerumputan yang menutupi permukaan air. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening
berdiameter 1,5-1,8 mm dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,
tergantung pada umur dan ukuran atau bobot induk. Telur yang telah terbuahi oleh
sperma akan tumbuh menjadi embrio dan dua hingga tiga hari kemudian telur-telur
menetas menjadi larva (Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011). Telur-telur hasil pemijahan dirawat
hingga menetas, kegiatan ini dilakukan selama 2-3 hari tergantung pada suhu air.
Pada suhu 23-260C telur ikan mas akan menetas dalam dua hari (rata-rata 24 jam),
sedangkan pada suhu 27-300C telur menetas dalam tiga hari (rata-rata 72 jam).
Menurut Susanto (2002), seekor induk ikan mas dengan berat 1 kg akan
menghasilkan benih antara 50.000-150.000 ekor dengan ukuran 2-3 cm.
F. Perawatan larva
Larva yang baru menetas dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan
agar kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu larva tidak membutuhkan
pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.
Cadangan makanan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. Setelah kuning telur habis,
larva memerlukan pakan dari luar yang sesuai dengan bukaan mulutnya
(Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
Pemberian pakan pada larva harus disesuaikan dengan sistem pencernaannya yang
belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering, atau setidaknya
pakan diberikan paling sedikit enam kali dalam sehari semalam.
Larva ikan mas bergerak vertikal, pada awalnya ukuran larva 0,5-0,6 mm dengan

bobot 18-20 mg. Setelah itu larva menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 45 hari. Pada stadia kebul ini ikan mas memerlukan pasokan pakan dari luar untuk
menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari Zooplankton,
seperti Brachionus sp, Moina sp, dan Daphnia sp. Kebutuhan pakan alami untuk
kebul dalam satu hari 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh
menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dengan bobot 0,2-0,5 gr. Dua hingga tiga
minggu kemudian burayak tumbuh menjadi benih yang berukuran 3-5 cm dengan
bobot minimal 3 gr (Partosuwiryo dan Warseno, 2011)
G. Pendederan
Menurut Khairuman dan Amri (2011), pendederan meliputi kegiatan pemeliharaan
benih berukuran 1-3 cm yang berasal dari kegiatan pembenihan. Benih ini
dipelihara hingga berukuran 3-5 cm atau 5-8 cm. Pendederan ini dilakukan selama
tiga minggu dan dilanjutkan pada pendederan II yang juga dilakukan selama tiga
minggu. Pendederan dapat dilakukan pada kolam tembok yang dasarnya tanah atau
kolam tanah seluruhnya.
Menurut Khairuman dan Amri (2011), pada pendederan I, pakan yang diberikan
berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami dapat ditumbuhkan dikolam
dengan meningkatkan kesuburan berupa pemupukan dengan kotoran ayam
sebanyak 250-500 gr/m. , TSP dan urea masing-masing 8-10 gr/m. Sementara itu
pakan tambahan yang diberikan berupa pelet dan bentuk tepung pelet yang
dibasahi air. Pemberian pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore
sebanyak 3-5% per hari dari total bobot benih yang dipelihara. Agar pemberian
pakan tambahan lebih efektif dan efesien, pemberian pakan sebaiknya terpusat
pada satu atau dua tempat saja (untuk pendederan II).
H. Pemanenan Benih
Pemanenan diakukan setelah masa pemeliharaan berakhir, cara pemanenan benih
ialah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yakni dengan
membuka papan monik satu demi satu. Mula-mula saringan dipasang didepan
piontu pengeluaran (monik), buka papan monik paling atas dan biarkan airnya
terbuang. Sambil menunggu surut benih dapat mulai dipanen sedikit demi sedikit
menggunakan waring, masukan benih kedalam ember kemudian tampung benih
dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Apabila airnya sudah
surut lagi buka papan terakhir dan benih langsung dipanen sampai habis
(Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), benih yang sudah ditangkap sebaiknya
dibiarkan dalam hapa tersebut selama satu malam agar kondisi tubuhnya pulih
kembali. Air yang masuk kedalam kolam penyimpanan hapa harus bersih agar tidak
mengotori air dalam hapa. Apabila kondisi kurang aman, sebaiknya benih dipindah
kedalam bak atau hapa. Apabila kondisi kurang aman, sebaiknya benih dipindah
kedalam bak atau hapa lain yang dipasang ditempat yang terjamin keamanannya,
misal didalam ruangan.
Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011) ukuran benih ikan mas yang baru saja
dipanen dari sebuah kolam umumnya tidak seragam, ada dua hingga tiga ukuran
yaitu besar, sedang, dan kecil. Ketidakseragaman itu disebabkan oleh beberapa hal

sebagai berikut.
1. Kecepatan pertumbuhan setiap benih tidak sama, tergantung pada sifat genetika
induknya.
2. Perbedaan jenis kelamin, ikan mas jantam tumbuh lebih cepat dari pada ikan mas
betina.
3. Ketidakseragaman ukuran benih saat penebaran. Untuk itu sebelum benih di
pasarkan, terlebih dahulu diseleksi berdasarkan ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai